Larantuka, Delegasi.Com – Berada di puncak Gunung Ile Boleng pada pagi hari dengan udaranya yang sejuk dan dingin, diterpa angin kencang, ditambah guyuran hujan ‘berkat’ semalaman hingga subuh menjadi berkah dan pengalaman yang sedap. Apalagi, mata pun kian terasa segar tatkala disuguhi romantisnya hamparan Pulau Adonara, Solor dan Daratan Flores Timur dengan puncak Ile Mandiri yang berdiri kokoh dengan tebaran tangannya ke ujung Tanjung Bunga, lalu ‘mungilnya’ wajah bukit Wotan Ulumado (Tanjung Gemuk,red) dari kejauhan, kemudian puncak Gunung kembar Lewotobi yang samar-samar hingga betapa romantis dan indahnya saat mata ini melihat bentangan air laut di selat diantara Pulau Adonara dan Solor yang berkelok-kelok seperti sebuah sungai besar yang sedang mengalir,”ujar Frans Lega Bahy,Jr, salah seorang aktivis pencinta alam, asal Desa Hinga-Adonara, saat berada di Puncak Gunung Boleng bersama Pino Rokan dan War Buser, Senin, 12 Agustus 2019, pukul 05.00 Pagi.
Tim Kramat ini melakukan misi pendakian ke Gunung ‘Batu Allah’ di Pulau Adonara ini sejak Minggu, 11/08/2019 dengan titik star dari Desa Nisakarang Kelubagolit pukul 11.30 Wita.
Terus menuju jalur pendakian desa Muda, lalu Lamalota dan memasuki kawasan lereng Gunung Boleng yang dipenuhi pohon Kayu Pahlawan pukul 16.00 Wita, terus ke puncak Gunung Boleng dan tiba pukul 19.40 Wita malam.
Frans Lega Bahy,Jr kepada Delegasi.Com mengaku, sangat takjub ketika berada di puncak Ile Boleng pada pagi hari, lalu melihat bentangan daratan Adonara, Solor, daratan Flores Timur dan Selat Adonara-Solor dengan garis pantai yang berkelok-kelok indah. Ditambah dingin dan sejuknya hembusan angin pagi yang bertiup sangat kencang membawa sisa-sisa hujan semalaman, yang menusuk masuk ke tulang-tulang.
“Ini sebuah pemandangan yang luar biasa cantiknya di pagi hari. Apalagi selepas hujan semalaman dari pukul 23.00 Wita hingga pukul 05.00 Wita yang membikin tubuh ini begitu kedinginan. Lalu, pas sudah mulai pagi, tepat pukul 06.00 Wita, Sinar Matahari pagi pun mulai muncul memancarkan sinar paginya dari posisi Timur Gunung Ile Boleng, yang membuat tubuh ini bertambah segar,”pungkasnya.
Lega Bahy,Jr bahkan mengatakan, potret dari puncak Ile Boleng ini sangat berkelas, alamiah dan berdaya tarik dunia. Sehingga layak untuk dijual.
Selain itu, Lega Bahy, Jr juga merasa bangga karena bisa mencapai puncak Ile Boleng dan menginap, tapi bisa bertahan melawan dinginnya udara di puncak dengan posisi seluruh badan basah kuyup karena diguyur hujan lebat dari pukul 23.00 Wita hingga pukul 05.00 Wita.
Hal yang sama diakui Pino Rokan ketika melihat munculnya pelangi diatas laut, persis di Selat Adonara-Solor pada pukul 06.30 Wita. Apalagi, ditambah dengan deretan Gunung Ile Ape, Uyelewun, Labalekang dan Ile Seburi, serta hamparan perbukitan, Selat Adonara, Gonsalu, Lembata, hingga bentangan Laut Flores dan Sawu yang berdiri mengapiti Gunung ‘Batu Allah’ Ile Boleng.
“Terasa begitu segar kalau pagi-pagi seperti ini berada di puncak Ile Boleng, apalagi dalam keadan basah kuyup karena diguyur hujan semalaman sampai pagi. Saya sangat senang bisa mengalami suasana seperti ini,”tutupnya.
Ia berharap ada upaya kedepan bersama untuk menjadikan Gunung Ile Boleng sebagai destinasi alam yang dilindungi dan laboratorium kajian Ilmu Pengetahuan dunia. Tim Sakti misi Ile Boleng 1,5,7 ini pada Senin, 12/08/2019 Pagi memutuskan untuk tidak melanjutkan pendakian selanjutnya karena ada longsoran pada rute jalan yang dilalui. Tim akhirnya kembali pukul 07.30 Wita ke markas yakni Desa Lamapaha-Hinga Kecamatan Kelubagolit melalui jalur yang sama saat berangkat, dan tiba tepat pukul 16.00 Wita.
//delegasi (BBO)