Kondisi Jalan Buruk, Mobil Terbalik dan Makan Korban Puluhan Orang

  • Bagikan
Para penumpang korban kecelakaan angkutan pedesaan San Pedro rute Lewoleba menuju Lamalera saat berada di kantor Desa Belabaja, Nagawutun, Lembata, Sabtu (24/4) malam.

Jakarta-San Pedroo– Mobil angkutan pedesaan rute Lewoleba, kota Kabupaten Lembata menuju Lamalera, Kecamatan Wulandoni, Sabtu (24/4) sekitar jam 19.00 WITA terbalik karena mengalami patah as payung di Dusun Kluang, Desa Belabaja (Boto), Kecamatan Nagawutun, Kabupaten Lembata.

“Saat mobil mendaki di jalan menuju gedung bekas SD Inpres Labalimut di Bunga Bleang, as payung patah lalu mobil terbalik, Sabtu (24/4) malam. Kejadiannya tak jauh dari gedung Pustu dan kantor Desa Belabaja. Korban dan para penumpang seluruhnya dibawa ke kantor desa lalu kami tangani,” ujar Astrid Labaona, bidan desa Labalimut dalam keterangan usai menangani korban di kantor Desa Belabaja, Sabtu (24/4).

“Nene Udis, salah seorang korban mengalami luka serius. Kalau bergerak darah keluar terus. Mungkin saat mobil jatuh, terjadi benturan keras sehingga kita putuskan dirujuk ke Lewoleba. Korban selama ini tinggal di Loang, kota Kecamatan Nagawutun. Ada 17 orang luka lecet. Tiga orang lainnya menderita luka sehingga kita jahit saja.”ujar Astrid usai menangani korban kecelakaan.

Mantan Kepala Desa Belabaja Ferdinandus Perawin Mudaj, mengakui sebagian ruas jalan dari Desa Belabaja dan Labalimut (Boto) menuju ke desa-desa seperti Puor, Imulolong, Posiwatu, Lamalera di Wulandoni kondsinya sangat memprihatinkan. Tak hanya itu, sebagian ruas jalan dari Lewoleba menuju Boto, nyaris tak pernah diperhatikan Pemerintah Kabupaten Lembata melalui dinas terkait.

“Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur Pak Josef A Nae sudah menjanjikan akan bersama Pak Gubernur Vikor Bungtilu Laiskodat memperhatikan ruas jalan Lewoleba menuju desa nelayan Lamalera. Di hadapan saya selaku Kepala Desa dan warga masyarakat Boto di depan rumah adat suku Mudaj di dusun Kluang, desa Belabaja, beliau menyampaikan beliau dan Pak Viktor sudah berkomitmen membangun jalan dari Lewoleba menuju Lamalera yang merupakan destinasi wisata internasional,” kata Fredy Mudaj.

Tokoh masyarakat Belabaja, Titus Wolo de Ona menambahkan, ruas jalan dari Lamalera menuju Boto baru saja dilewati Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Bungtilu Laiskodat dan rombongan saat berkunjung di Lembata beberapa bulan lalu. Sekembali dari Lamalera, malam hari Gubernur Laiskodat dan rombongan melewati desa Posiwatu, Imulolong, Puor, Belabaja, Labalimut dan Atawai menuju wilayah pantai di Desa Idalololong dan Penikenek lalu keLewoleba.

“Saat kampanye Pak Wakil Gubernur Josef Nae Soi, beliau juga menyatakan beliau dan Pak Viktor Laiskodat berkomitmen membangun ruas jalan Lewoleba menuju Lamalera dengan dana APBD I. Komitmen itu disampaikan setelah saya menyampaikan langsung saat sesi tanya-jawab bersama warga di depan rumah adat suku Mudaj. Saya percaya beliau dan Gubernur adalah tipikal pemimpin yang tak akan pernah lupa dengan janjinya kepada warga masyarakat dan kami sesepuh desa,” kata Titus Wolo de Ona, penjaga rumah adat suku de Ona.

Warga asal Belabaja, Ansel Deri, mengakui selama 21 tahun Lembata menjadi daerah otonomo kondisi ruas jalan Lewoleba menuju Lamalera sangat memprihatinkan. Selama kepemimpinan Bupati Eliaser Yentji Sunur dan wakilnya, Thomas Ola Langoday, nyaris tak ambil pusing membangun jalan itu.

“Tahun lalu Gubernur Viktor Laiskodat sudah membantu Lembata melalui APBD NTT untuk membenahi ruas jalan Lewoleba menuju Lamalera. Bantuan anggaran bangun jalan bersumber APBD NTT diarahkan dari Desa Pasir Putih menuju Lewopenutung. Bisa saja itu diarahkan Bupati karena ada aset milik daerah berupa lahan di Pantai Pata Pu’u yang dibeli daerah antara Lolong dan Tewaowutung,” kata Ansel Deri, mantan Tenaga Ahli Viktor Laiskodat dan Irjen Pol (Purn: Drs Y. Jacki Uly, MH di DPR RI.

Namun, menurut editor buku “Membangun Tanpa Sekat” memperingati HUT ke-21 Otonomi Lembata tahun 2021, ruas jalan Pasir Putih menuju wilayah selatan Lembata seperti Idalololong, Lusiduawtun hingga Lamalera, memang sangat buruk sehingga Pak Gubernur prioritaskan anggaran itu ke sana. Pihaknya berharap ruas Lewoleba menuju Lamalera juga mendapat perhatian provinsi.

“Seluruh Lembata tahu. Wilayah selatan itu pusat hasil niaga dan pertanian Lembata. Bencana erupsi gunung Ile Lewotolok akhir November 2020 dan musibah banjir lahar dingin awal April 2021 sangat menyulitkan lalu lintas angkutan pedesaan mengirim bantuan untuk para korban bencana. Kalau terjadi kecelakaan angkutan pedesaan, tentu selalu jadi keprihatinan sekaligus kenikmatan bagi warga. Sialnya, Pemerintah Kabupaten Lembata seolah tutup mata,” kata Ansel kesal dalam keterangan tertulis yang diterima Redaksi Delegasi.com Minggu Pagi.

“Lokasi kejadian San Pedro di ujung kampung Kluang itu juga dilewati Pak Gubenur NTT dan rombongan saat kembali dari Lamalera. Pak Gubernur bisa marah kalau saat itu beliau Boto lalu melewati desa-desa seperti Lamalewar, Belame, Watokobu (Belang) hingga Lewoleba. Kondisi sangat buruk tapi itulah yang kami nikmati selama 21 tahun Lembata menjadi kabupaten penuh lepas dari Flores Timur,” kata Antonius Urikame de Ona, warga desa Belabaja lainnya menambahkan.

Menurut Astrid, puluhan penumpang bus naas itu ditampung sementara di kantor desa. Pihak pemerintah dan masyarakat desa bahu-membahu mengumpulkan makanan dan minuman untuk makan malam. “Malam ini para penumpang makan malam dan nginap dulu di Belabaja. Besok baru mereka kembali ke rumahnya. Sedang pasien lain akan dirujuk ke Lewoleba,” katanya.

//delegasi(*/tim)

Komentar ANDA?

  • Bagikan