LEMBATA-DELEGASI.COM– Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur yang berpotensi besar menjadi habitat tumbuhan Malapari (Pongamia Pinnata), bakal dijadikan sebagai Pilot Project Riset Budidaya Malapari di Nusa Tenggara Timur, sebagai salah satu alternatif mengembangkan energi baru terbarukan dari bahan Nabati.
Malapari merupakan salah satu jenis tumbuhan pantai yang berpotensi sebagai alternatif sumber bioenergi dan berbagai manfaat lainnya.
Tanaman Malapari bisa dijumpai di sejumlah wilayah Lembata, seperti Pantai SGB Bungsu.
Tak jauh dari Lewoleba, Ibukota Kabupaten Lembata.
“Potensi tersebut mendorong PT. Sahabat Nusantara Teknologi Inovasi (PT. SANTI) menggandeng peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan eksplorasi Malapari ini dalam program ‘Lembata ICONIC for Malapari’.
Baca Juga: Teror Hama Putih Palsu Serang Tanaman Petani di Mbay, DPRD NTT Desak Pemprov Jangan Tutup Mata
Para Peneliti dibantu team dari Unit Pelaksana Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan (UPT KPH) Lembata, saat ini sedang melakukan inventarisasi tegakan pohon yang tersebar di area pesisir Lembata,”ujar Bibin Busono, Komisaris PT.SANTI dalam Press Release yang diterima Redaksi Delegasi.Com, Rabu,17 Agustus 2022.
Bibin Busono juga menegaskan, pihaknya juga telah mengirimkan Surat kepada UPT KPH Lembata 5 Juli 2022 lalu guna melakukan riset tumbuhan Malapari.
“Riset pertama ini merupakan Pilot Project Kami di Nusa Tenggara Timur,”terang Bibin Busono, lagi.
Dikatakannya, Dr.Aam Aminah, Periset BRIN yan g telah 15 tahun mendalami tumbuhan ini di beberapa wilayah seperti Pantai Carita Banten, Alas Purwo Jawa Timur dan Batu Karas, serta telah melakukan percobaan di Parung Panjang Bogor, turut hadir dalam riset kali ini.
“Hasil riset Malapari di Lembata merupakan eksplorasi genetika untuk keperluan riset-riset selanjutnya guna mendapatkan bibit unggul,”tambah Bibin Busono.
Dibagian lain, Peneliti BRIN, Dr.Desmiwati menerangkan, riset ini tidak hanya fokus pada aspek genetika, tapi juga mencakup aspek sosial-budaya sebagai salah satu proses asesmen apabila nantinya akan dilakukan propagasi budidaya secara massal.
Baca Juga: Usaha dan Komitmen Muhibah Budaya Jalur Rempah Kupang dalam menjaga Wangi Abadi Kayu Cendana
Dijelaskan, dalam riset sosial budaya, salah satu acuan yang digunakan adalah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 9 Tahun 2021 tentang Perhutanan Sosial (PS).
Selain itu, penanaman Malapari juga sebagai upaya melakukan reforestrasi, konservasi mangrove dan pemanfaatan lahan-lahan kritis agar bisa bermanfaat bagi perekonomian masyarakat, serta sebagai salah satu upaya dalam program Global Net Zero Emission.
Saat ini, sambung Dr.Desmiwati, pengembangan energi baru terbarukan menjadi perhatian Indonesia yang merupakan bagian dari kelompok negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia.
Dan, kebutuhan energi Indonesia terus meningkat setiap tahun dengan pertumbuhan kebutuhan energi rata-rata sebesar 7 persen per tahun, namun pemenuhan kebutuhan energi sebanyak 94 persen masih bergantung kepada energi fosil.
“Nah, ini berbeda dengan Biomasa yang melakukan penanaman dan penebangan pohon, namun Malapari dimanfaatkan buahnya untuk diproses menjadi bahan baku bioenergi sehingga bersifat lestari,”pungkas Dr.Desmiwati.
Ia menambahkan, kemampuan Malapari menyerap gas rumah kaca sangat baik dan berpotensi menjadi unggulan.
“Wilayah yang dilakukan penanaman Malapari dapat pula dimanfaatkan masyarakat untuk mananam tumpang sari seperti Jagung, Kopi dan Ubi, karena sifat Malapari yang tidak saling berebut hara serta bersifat sebagai tumbuhan perintis,”tandasnya, detail.
Lebih lanjut, Bibin Busono merincikan, hasil riset yang akan dilakukan peneliti BRIN akan menjadi jurnal ilmiah yang diharapkan dapat memberikan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Lembata dalam mengembangkan tanaman Malapari di Pulau Ikonik ini, yang didukung Peraturan Daerah dan berbagai regulasi di tingkat nasional.
Dalam kerja riset ini, sambung Bibin Busono, PT.SANTI juga bekerjasama dengan BPSI KLHK Bogor, Institut Teknologi Bandung (ITB).
Selain itu, juga mendapat kunjungan studi banding dari Investancia Group BV, Perusahan Pengembang Malapari asal Belanda, yang sedang mengembangkan 1,2 juta hektar Malapari di Paraguay, Amerika Selatan.
“Marcel Van Heessewijk selaku CEO dan Founder dari Investancia turut serta dalam rombongan ke Lembata kali ini,”timpal Bibin.
Diharapkan, Pilot Project budidaya Malapari yang dimulai dari Lembata diharapkan dapat membantu pemerintah dalam menjawab tantangan energi di masa depan.
“Iyah, Lembata sebagai ikon Malapari, hendaknya dapat menjadi semangat bersama untuk menjawab tantangan energi yang tengah dihadapi dunia, termasuk Indonesia,”pinta Bibin, lagi.
Dibagian lain, Unit Pelaksana Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan (UPT.KPH) Lembata menyambut baik rencana kerjasama survei penelitian yang diajukan PT.SANTI, apalagi dibantu peneliti dari BRIN.
Karena itu, UPT.KPH Lembata mendukung inisiatif pihak PT. SANTI dengan menjawab surat permohonan yang diterima pada 28 Juli 2022, guna melakukan riset Malapari di Kampung Halaman Lembata. Apalagi, potensi Malapari pun sangat besar,”terang Kepala UPT.KPH Lembata, Linus Lawe,S.Hut dalam Press Release yang diterima Redaksi Delegasi.Com, tersebut.
Menurutnya, saat ini sudah ada sekitar 280 hektar lahan Malapari di dalam kawasan Kehutanan Lembata yang dikelolah masyarakat melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sesuai Peraturan Menteri LHK Nomor 9 Tahun 2021 tentang Perhutanan Sosial (PS).
“Kami menyampaikan terima kasih kepada Penjabat Bupati Lembata, Marsianus Djawa, yang menerima Kami melakukan riset perdana ini.
Tak lupa Kami sampaikan terima kasih kepada UPT.KPH Lembata melalui komunikasi konstruktif sehingga peneliti BRIN bisa hadir di Lembata dengan dukungan maksimal,”tambah Bibin.
Ia mengungkapkan, seluruh rangkaian acara di Lembata merupakan kerjasama dengan Yayasan Anton Enga Tifaona.
Sementara itu, Alex Bala Tifaona dalam keterangannya menyampaikan, Yayasan berinisiatif mengajak berbagai pihak dari luar NTT hadir di Lembata untuk ikut membantu mengembangkan Lembata sekaligus mengangkat berbagai potensi sumber daya alam yang dimiliki untuk dikembangkan sehingga memiliki nilai tambah ekonomi bagi masyarakat.
“Almahrum Papa selalu mengingatkan agar Kami anak-anaknya ikut memberikan perhatian besar bagi kemajuan daerah melalui inisiatif-inisiatif kecil namun bermanfaat bagi ribu ratu (rakyat,red).
Kami mulai mewujudkan ide kecil ini dengan mengajak PT.SANTI bersama peneliti BRIN melakukan riset Malapari di Lembata.
Kami berdoa dan berharap semoga ada dukungan pemerintah, masyarakat dan stakeholders di Lewotana, sehingga kegiatan ini bisa berjalan lancar dan sukses,”terang Alex, Putera mendiang Tokoh Otonomi Lembata, Brigjen Pol (Purn) Drs. Anton Enga Tifaona. (War/Delegasi.Com)