Kupang, Delegasi.com – Gereja Masehi Injil di Timor (GMIT) meluncurkan buku berjudul Berhikmat dan Berbagi. Peluncuran buku setebal 536 halaman itu ditulis oleh 39 penulis dari kalangan GMIT sendiri. Pelumcuran itu ditandai dengan kegiatan bedah buku yang diselengarakan di Gereja GMIT Gloria Kayu Putih Kupang, Senin(30/10/2017).
Hadir pada saat itu Ketua Umum Panitia HUT GMIT ke-70 dan 500 Tahun lahirnya Reformasi, Fary Francis, sesepuh tokoh GMIT, Esthon Foenay.
Buku “Berhikmat dan Berbagi”, menurut Fary memuat refleksi perjalanan GMIT selama 70 tahun sekaligus memperingati 500 tahun reformasi.
Dalam sambutanya, Ketua umum Fary menyampaikan penghargaan yang tulus kepada 39 penulis yang telah meluangkan waktu untuk menyelesaikan buku tersebut.
Menurut Fary, Ecclesia semper reformanda. Gereja selalu berubah. adalah tema besar perayaan 500 tahun Gereja Reformasi dan 70 tahun GMIT. Suatu tema yang melintasi zaman pun peradaban, dan akan tetap aktual untuk masa depan hidup menggereja.
“Ada berbagai kegiatan yang dilakukan GMIT untuk memaknai dua momen penting ini. Salah satunya dengan menulis buku 70 Tahun” kata Fary.
GMIT Berhikmat & Berbagi. Merekam berbagai perjalanan iman menggereja selama 500 tahun dan 70 tahun dalam sebuah buku kecil ini, tentu bukanlah takaran yang tepat. Perjalanan itu terlampau panjang. Pengalaman iman begitu melimpah. Kisah kebersamaan sejak masa-masa awal hingga kini sudah sangat banyak. Buku ini tidak cukup.
Kertas-kertas putih buku ini tak sanggup menampung semua memori dan pengalaman itu. Lalu, mengapa mesti menulis buku ini ?
“Scripta manent verba volent. Inilah menurut kami jawaban yang tepat. Tulisan itu tetap, kata-kata bisa terbang. Tradisi lisan itu baik pada zamannya. Namun, ia sulit melintasi zaman karena keterbatasan memori dan daya cerebral manusia. Maka beralihlah zaman pada tradisi tulisan, sebagaimana yang kita hidupi kini dan di sini (hic et nunc)” Jelas Fary
Di sisi lain lanjut Fary, menghadirkan buku ini untuk mengenang dua momen penting dalam sejarah gereja reformasi dan GMIT tidak lain untuk menegaskan preposisi ini, scribamus ergo sum! Kami menulis maka kami ada. GMIT menulis maka GMIT ada.
Itulah mengapa, buku ini digarap oleh begitu banyak tokoh dari masa-masa pengabdian yang berbeda, dengan bidang ilmu yang berbeda, dalam ruang pelayanan yang berlainan, untuk menceritakan kepada dunia, mewartakan kepada seluruh jemaat bahwa GMIT dalam waktu 70 tahun adalah GMIT yang terlibat, GMIT yang peduli, GMIT yang tidak antikritik, GMIT yang terbuka, GMIT yang perlu dikoreksi. Jejak-jejaknya itulah yang dikisahkan dalam buku ini
Kegiatan bedah buku Berhikmat dan Berbagi” merupakan salah satu kegiatan dari rangkaian kegiatan HUT GMIT dan peringatan 500 tahun lahirnya reformasi.
Lima Pembedah sekaligus penulis Buku “Berhikmat dan Berbagi adalah”, 1). Pdt. Prof. Semuel B.Hakh, yang membedah dari sudut pandang Korupsi dalam, perjanjian baru, 2). Yulius Riwu Kaho dari prespektif mengembangkan talenta yang dikaruniakan Allah untuk menghadirkan damai sejahtera dalam kehidupan keluarga, gereja dan masyarakat. 3). Fred Benu yang mengulas tentang Perencanaan pelayanan GMIT Berbasis Kinerja, 4). Yulianan S. Ndolu, mengulas soal GMIT dalam pergumulanya untuk penghapusan terhadap kekerasan terhadap perempuan, 5). Roddialek Pollo, Pemuda sesebagai tulang punggung gereja, dan 6). Ans Takalapeta, mengulas tentang harapan seluruh warga GMIT terpanggil dan diutus untuk terus menyelenggarakan damai sejahtera ditengah pergumulan Gerja, Negara dan Masyarakat.
Bedah buku yang dipandu Ana Djukana sebagai moderator itu dikuti beberapa tokoh GMIT dan jemaat. Selain kegiatan bedah buku, panitia juga memamerkan beberapa judul buku Rohani di depan Pintu gereja. Buku buku yang dipamerkan itu juga ditulis oleh Jemaat dikalangan GMIT sendiri.//delegasi (ger/juan pesau)