Kupang, Delegasi.Com – Ketua Majelis Sinode GMIT, Pdt. Dr. Mery LY Kolimon, berharap Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (Pemprov NTT) menyiapkan pasar kelor bagi masyarakat.
GMIT sudah menyerukan kepada jemaat untuk menanam kelor dan para petani kelor sudah menghasilkan produk berbahan dasar kelor seperti Teh Marungge.
Pendeta Mery menyampaikan hal ini kepada Pos Kupang di ruang kerjanya, Jumat (2/11/2018). Ia mengatakan, selama ini jemaat Sinode GMIT di beberapa tempat telah menanam tanaman kelor.
“Selain mengimbau mereka menanam, sebagai salah satu cara menjaga lingkungan, juga memberikan pelatihan kepada mereka untuk memanfaatkan kelor yang ditanam,” kata Meri seperti di kutip pos kupang.com.
Di Niki-niki, lanjut Mery, jemaat sudah menghasilkan Teh Marungge.
“Saya sudah mengonsumsi Teh Marungge itu, dan cukup enak. Manfaat kelor sungguh besar untuk keluarga. Selain untuk memperbaiki gizi keluarga, kelor juga bisa meningkatkan pendapatan ekonomi,” katanya.
Mery berharap jika pasarnya disiapkan dengan baik, para petani bisa menanam dalam skala yang besar sehingga memenuhi pasar dunia. Saat ini, lanjutnya, Pemuda GMIT sedang bergiat melatih jemaat melakukan pembibitan dan penanaman kelor.
“Di Alor dan Malaka, perkembangannya cukup bagus. Mereka melatih jemaat untuk mengembangkan kelor,” ujarnya.
Mery mengatakan, November merupakan Bulan Lingkungan. Pihaknya akan mengimbau jemaat untuk menanam, tidak hanya kelor, tapi semua jenis tanaman. “Kami serukan kepada jemaat untuk menanam air dan pohon, sebagai tindakan syukur dan merawat alam,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTT, Yohanes Tai Ruba, ditemui di ruang kerjanya, Kamis (1/11/2018) mengatakan, upaya Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, untuk membumikan pohon kelor di NTT tidak main-main.
Sampai tahun 2023, lanjut Yohanes, Gubernur Viktor menargetkan 50 juta pohon kelor di seluruh NTT. Untuk mencapai target tersebut, pihaknya sedang berjuang dan bekerja keras memenuhinya.
Kelor, kata Yohanes, rupanya menarik perhatian banyak pihak di seluruh dunia dan tak tanggung-tanggung saat ini 10 ribu ton dipesan oleh pemesan dari luar NTT.
Yohanes mengatakan, Dinas Pertanian dan Perkebunan sekarang menyiapkan klaster-klaster pohon kelor. Klaster yang dimaksud adalah klaster daun dan klaster biji.
Kelor bisa dikembangkan dengan klaster tersebut, dan sudah menyiapkan lokasi untuk menanam kelor yang akan digunakan untuk kepentingan demontrasi plot dan pengembangan kelor.
“Kami sudah siapkan di Desa Pitai, Oetete, dan Oefafi di Kabupaten Kupang. Petani di sana sudah menyiapkan lahannya. Dan kami sudah siapkan sekitar 30 ribu bibit di kompleks kantor,” ujarnya.
Selain menyiapkan lahan, demikian Yohanes, para keloris-keloris di NTT dan petani saat ini sedang dipersiapkan untuk mengikuti pelatihan tentang kelor di Blora, Jawa Tengah.
“Mereka adalah petani kelor yang ada di Timor, Alor, Flores Timur, Lembata, Sumba. Mereka diseleksi di tiap-tiap kabupaten untuk menjadi peserta,” katanya.
Pelatihan terhadap petani dan pekerja UMKM, kata Yohanes, selain berkaitan program Gubernur NTT, juga karena kelor bermanfaat untuk masyarakat.
“Pertama untuk pemenuhan gizi masyarakat. Kedua, peningkatan ekonomi masyarakat,” jelas Yohanes.//delegasi(PK/ger)