Kupang, Delegasi.Com – Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI) Yogyakarta yang bekerjasama dengan CIS Timor menyelenggarakan diskusi buku berjudul “Jurnalis Bukan Juru Ketik” yang berlangsung, Kupang, Kamis(13/9/2018)
besok.
Demikian pres rilis Komunitas Peace Maker Kupang (Kompak) sebagai panitia penyelenggara yang diterima Delegasi.Com, Rabu (12/9/2018) siang.
“Jurnalis Bukan Juru Ketik” adalah buku yang berisi buku saku panduan bagi jurnalis dalam meliput isu keberagaman yang diambil dari pengalaman ANBTI bekerjasama dengan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta selama tiga tahun terakhir.
Penulisan buku saku tersebur daang dari sebuah gagasan bersama melihat dengan pengalaman kelompok agama dan kepercayaan yang ada di Yogyakarta mengalami peristiwa Intoleransi dan pemberitaan di media kurang mendukung perspektif keberagaman.
“ANBTI mendampingi penyintas dalam menghadapi situasi Intoleransi dan persekusi terhadap kasus penolakan Camat Pajangan Bantul yang sempat ditolak karena beragama Katolik dan advokasi terhadap gugatan Gua Maria Wahyu Ibuku di Giri wening, Gunung kidul.
Selain itu pada kasus kekerasan terhadap Gafatar, penutupan sejumlah gereja di Gunung kidul, Sleman dan Bantul.
Melihat potensi serangan dan kekerasan yang kerap terjadi, maka ANBTI berinisiatif untuk melakukan kerja-kerja advokasi dengan bekerjasama dengan jurnalis.
Pilihan untuk bekerjasama dengan jurnalis adalah upaya untuk mendorong perspektif public secara lebih luas dalam memahami isu Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB).
Selain itu media dipandang mampu memberikan edukasi kepada masyarakat dan pemerintah sehingga upaya mendorong proses advokasi dapat dilakukan melalui pemberitaan di media.
Namun ANBTI dan AJI Yogyakarta menyadari bahwa masih perlu melakukan konsolidasi dan sosialisi kepada jurnalis agar dalam menuliskan berita mereka memahami kaidah Hak Asasi Manusia, Undang-Undang yang berlaku, serta memiliki pengetahuan yang luas tentang siapa yang akan mereka tulis berdasarkan informasi yang benar.
Maka buku ini juga dilengkapi dengan memperkenalkan agama-agama yang ada di Indonesia serta keyakinan yang ada.
Aliran-aliran dalam agama yang berkembang di Indonesia.
Buku ini juga menyampaikan bagaimana peran narasumber sangat penting untuk memberikan perspektif kepada public terhadap satu peristiwa yang terjadi.
Maka peran pendamping, Civil Society Organization (CSO), akademisi, mahasiswa, tokoh agama adalah membantu jurnalis menemukan narasumber yang kompeten dan memiliki perspektif HAM dan KBB.
Pengalaman jurnalis dalam meliput isu keberagaman, tantangan, kendala di lapangan dalam berhadapan dengan penyintas, pemerintah dan kelompok intoleran diungkapkan oleh jurnalis dalam buku ini.
Selain penulisan berita yang disampaikan, ada refleksi jurnalis terhadap pemberitaan yang ditulis, dampak yang kemudian dialami oleh penyintas baik yang positif maupun negatif.
Peristiwa-peristiwa tersebut kemudian memberikan refleksi bahwa jurnalis dan penyintas harus saling mengenal dan memahami komunitas-komunitas yang rentan menjadi korban kekerasan atau diskriminasi.
Sehingga kerjasama untuk mewujudkan hak asasi manusia secara khusus hak KBB dapat terus kita perjuangkan bersama. //delegasi(hermen)
Sognefjord, terletak di wilayah Sogn og Fjordane, adalah fjord terpanjang dan terdalam di Norwegia. Dengan…
Belgia, negara kecil di jantung Eropa, terkenal dengan keindahan arsitektur, budaya, dan kulinernya. Salah satu…
Belgia adalah negara yang kaya akan budaya dan sejarah, salah satu keindahan destinasi wisata yang…
Delegasi.com - Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Rote Ndao kembali mengambil langkah maju dalam penguatan…
Delegasi.com - Bawaslu Kabupaten Kupang langsung menanggapi laporan dugaan Politik Uang yang dilakukan salah satu…
Delegasi.com - Tokoh aktivis perempuan dan lingkungan hidup Nusa Tenggara Timur (NTT), Aleta Baun mengatakan…