Anton Tentang Kwadran Bele ( 1)

Kwadran Bele adalah rumusan teori pembangunan untuk manusia pembangun, Berbicara tentang filsafat pembangunan di kalangan Suku Buna, di pedalaman Timor. Orang Buna itu hidup di tanah gersang.

 

KUPANG, DELEGASI.COM–TIGA sofa coklat berderet di ruang tamu rumah. Ada dua meja, satu meja plastik setinggi kira-kira 70 centimeter. Satu meja kayu panjang sekitar satu meter. Di pinggir ruang tamu ada alat olahraga sepeda merk Kinetic.

Berbagai jenis bunga dengan potnya masing-masing menghiasi ruang tamu rumah itu.  Bunga-bunga itu seakan sedang menebarkan senyum dan menyapa setiap orang yang datang di rumah Blok R 1 Perumahan Lopo Indah Permai Kolhua.

Di rumah inilah  seorang laki-laki bernama Antonius Bele, tinggal bersama keluarganya. Saat bertemu di rumahnya, Kamis (25/8/2022) sore, Anton sedang berdiri di teras. Mengenakan baju kemeja warna putih lengan pendek, dipadukan celana panjang agak coklat. Ia menyilakan penulis duduk di salah satu sofa.

Anton ditemui untuk bincang-bincang tentang Kwadran Bele.  Kwadran Bele adalah rumusan teori pembangunan untuk manusia pembangun, ciptaan Dr.Antonius Bele, M.Si.  Mengapa diberi nama Kwadran Bele? Simak  petikan wawancara Delegasi.com dengan Anton Bele, yang diturunkan secara serial.

Tanya : Bisa Anda jelaskan tentang Kwadran Bele?                              

Jawab (Anton):  Kwadran Bele ini hasil penelitian saya tentang filsafat pembangunan di kalangan Suku Buna, di pedalaman Timor. Orang Buna itu hidup di tanah gersang.  Sebagai satu suku, anggotanya sekarang ini kira-kira 100 ribu orang (75 orang  di Timor Leste dan 25 ribu orang di Timor wilayah Indonesia).

Mereka tinggal di Kecamatan Lamaknen di Kabupaten Belu. Daerah ini sangat gersang. Tetapi, mengapa mereka tetap hidup akrab dan bertahan. Itu menjadi pertanyaan untuk saya. Mengapa mereka ini tetap bersatu.  Atas dasar itulah saya melakukan penelitian untuk membuat Disertasi menyelesaikan studi program doktoral atau Strata 3 di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga tahun 2011.

Saya melakukan penelitian selama enam tahun sejak tahun 2005 hingga tahun 2011.  Saya melakukan penelitian tentang filsafat pembangunan, khusus tentang daya tahan orang Buna dalam membangun. Pertanyannya, mengapa mereka sampai bertahan hidup di tanah gersang?

Kemudian saya mempelajari  itu pembangunan  dari kajian –kajian  internasional, salah seorang ahli pembangunan dari Amerika Serikat, namanya Danah Zohar. Seorang ibu, psikolog, dia dengan kawan-kawannya membuat  kajian-kajian.

Hasil kajian mereka menyatakan bahwa di dunia sekarang ini pembangunan manusia gagal karena mengabaikan salah satu dari empat modal (capital). Empat modal itu, yakni modal materi, modal intelektual, modal manusia, dan modal spiritual. Modal spiritual inilah diabaikan dalam proses pembangunan.

Dari empat modal ini, ternyata modal materi digarap habis-habisan. Modal intelektual,  ternyata orang menjadi intelektualistis. Kurang saling menghargai secara manusiawi. Modal sosial, ternyata secara sosial orang  kurang menghargai sesama, karena lebih mengutamakan produk. Itu semua karena lemahnya modal spiritual. Artinya, modal spiritual dalam diri manusia  kurang dipakai dalam proses pembangunan.   

Falsafah Hidup Orang Buna                           

Berdasarkan kajian internasional inilah (Danah Zohar, dkk), maka  saya membuat kajian kehidupan Suku Buna di Belu. Bahwa masyarakat di manapun mereka berada menurut analisa para ahli,  ada empat modal yang dipakai oleh manusia,  termasuk orang Buna, dalam pembangunan.

Pertama,   modal materi adalah benda alam semesta. Kedua, modal intelektual, yaitu pikiran dan temuan-temuan ilmiah. Ketiga, modal sosial adalah rasa sosial. Keempat, modal spiritual adalah rasa keagamaaan, kepercayaan. Keempat modal pembangunan ini  memang benar ada.  Tetapi, modal spiritual kurang dipakai oleh manusia dalam pembangunan.

Maka dari situlah saya melakukan penelitian kehidupan orang-orang Suku Buna selama enam tahun sejak tahun 2005 sampai tahun 2011. Yang saya temukan adalah orang Suku Buna mempunyai falsafah hidup. Kenapa mereka masih bisa bertahan, itu karena  dalam bahasa Buna  ada Nopil.

Nopil artinya, saya ada tenaga untuk bekerja kebun, beternak. Saya punya kekuatan dan punya kemauan untuk hidup. Nopil itulah yang mendorong orang-orang Buna hidup, baik perorangan, persuku maupun perkelompok.

Mereka juga ada falsafah Nawas. Nawas itu arti dasarnya adalah saya punya dahi. Itu sebenarnya otak, kepandaian. Bertolak dari falsafah inilah, sehingga orang Buna menyekolahkan anak-anak. Berusaha menjual babi, sapi dan hewan lainnya untuk menyekolahkan anak-anak. Sebab, Nawas ini, anak perlu sekolah.

Nawas ini juga termasuk dalam kearifan-kearifan lokal,  yaitu bertani. Tanah ini cocok untuk kacang,  untuk tanam bawang atau tanaman lainnya. Itu semua tradisi. Biar mereka tidak sekolah formil, tapi itu sudah ada pengalaman. Jadi, Nawas itu ada pengalaman dan pengetahuan.

Ketiga ada Nezel. Nezel itu, saya punya perut, tali perut. Artinya, bapa dan mama, anak-anaknya adalah Nezel. Dan, semua orang dalam suku Buna  erat berkaitan karena  Nezel. Itu adalah kekeluargaan. Biar pun ada orang asing, mereka bilang sesama manusia jangan dibikin susah. Sesama manusia itu Nezel.  Keempat adalah Nimil. Itu artinya saya punya hati. Mereka ini ternyata sangat kuat dalam kesatuan, karena empat falsafah ini;  Nopil, Nawas, Nezel, dan Nimil.

Itu temuan penelitian saya, dalam arti bahwa orang Suku Buna menghayati empat falsafah ini. Bagi orang Buna, empat falsafah itu bukan modal  (capital), tetapi ada dalam diri manusia. Bahagian dari diri manusia.

Kalau modal berarti ada jarak. Saya boleh pakai, dan saya tidak boleh pakai. Tetapi, ini tidak. Orang Buna tidak bisa menghindar dari empat unsur ini karena mereka bilang, itu berasal dari pencipta,  yang ada  dalam diri manusia. Manusia terdiri dari empat falsafah ini.  Jadi, mereka (orang Buna), istilahnya itu  jiwa dan badan, itu memang tahu sejarah pengetahuan umum. Tetapi, pengetahuan lebih dasar adalah empat falsafah tadi, yaitu Nopil, Nawas, Nezel, dan Nimil.

//delegsi(Hyeron Modo/bersambung)

Komentar ANDA?

Penulis Delegasi

Recent Posts

Keindahan Manneken Pis Brussels

Belgia adalah negara yang kaya akan budaya dan sejarah, salah satu keindahan destinasi wisata yang…

11 jam ago

Dinas Perpustakaan Rote Ndao Gelar Pelatihan untuk Inovasi dan Meningkatkan Ekonomi

Delegasi.com - Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Rote Ndao kembali mengambil langkah maju dalam penguatan…

2 minggu ago

Usut Dugaan Politik Uang, Bawaslu Kabupaten Kupang Siap Bentuk Dua Tim Investigasi

Delegasi.com - Bawaslu Kabupaten Kupang langsung menanggapi laporan dugaan Politik Uang yang dilakukan salah satu…

2 minggu ago

Tokoh Perempuan Aleta Baun Nyatakan Dukungan Untuk Paket SIAGA

Delegasi.com - Tokoh aktivis perempuan dan lingkungan hidup Nusa Tenggara Timur (NTT), Aleta Baun mengatakan…

2 minggu ago

Warga Sarotari Tengah Pingsan Saat Kampanye Dialogis Bersama Ibu Asty Lakalena

Delegasi.com - Insiden mengejutkan terjadi saat kampanye dialogis pasangan calon gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT)…

2 minggu ago

Relawan Milenial NTT Nyatakan Dukungan Untuk Paket SIAGA

Delegasi.com - Kelompok Mahasiswa di Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) yang tergabung dalam…

2 minggu ago