LARANTUKA-DELEGASI.COM-– Tak terhitung sudah banjir air mata duka yang mengalir mengiringi jalan pulang Ama Frans Lebu Raya, sang pemimpin rendah hati, sejak kabar duka ini tersiar melalui berbagai saluran kawat, baik Media Televisi Nasional, maupun saluran Media Sosial, Media Cetak dan Telekomunikasi lainnya,Minggu, 19 Desember 2021, Sore, saat Mantan Gubernur NTT 2 periode ini menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Sanglah-Denpasar-Bali.
Publik NTT, bahkan Indonesia dikejutkan dengan berpulangnya seorang Putera terbaiknya.
Kehilangan sosok pemimpin, pejuang dan politisi rakyat, rendah hati dan bertangan dingin.
Yang mendedikasikan hampir sebagian masa hidupnya untuk kemajuan bangsa, NTT tercinta dan kesejahteraan rakyat.
Dia adalah Drs. Frans Lebu Raya, Putera Sang Fajar, kelahiran Watoone, Adonara 18 Mei 1960.
Sebagaimana rekaman Media, berita duka ini terasa menyengat nurani, mendatangkan kesediaan yang amat mendalam bagi seluruh rakyat NTT.
Karena kehilangan sosok panutan, yang selalu dekat dengan rakyatnya, tetap rendah hati dan murah senyum.
Banjir air mata duka ini, terekam jelas saat pemberangkatan jenasah Beliau, mulai dari Bandara I Gusti Ngurah Rai Denpasar-Bali, Senin, 20 Desember 2021 pukul 11.15 Wita, tiba di Bandara El Tari Kupang pukul 13.35 Wita.
Lalu, diarak menuju Kantor DPD PDI Perjuangan NTT, kemudian selanjutnya disemayamkan di rumah kediaman Beliau, di Jalan Thamrin Oepoi-Kota Kupang.
Ungkapan simpati dan empati dari berbagai pihak, pun tak terbendung, saat datang melayat, Senin 20/12/2021, Malam, yang bertepatan dengan Hari Ulang Tahun NTT ke 63.
Rumah perjuangan Beliau di dataran Oepoi Kupang itu, yang mengantarnya menjadi Gubernur NTT 2 periode itu, seakan menjadi saksi sejarah hidup, betapa sosok anak seorang petani Watoone, Paulus Ola Samon (Almahrum) ini, begitu sangat dicintai rakyatnya, para sahabatnya, tapi juga lawan-lawan politiknya.
Demikian pula, pada Selasa, 21 Desember 2021, ketika jenasah Almahrum diberangkatkan dari rumah kediamannya menuju Gereja Sta. Maria Asummpta untuk Misa Penghormatan pada pukul 09.00 Wita, lalu ke Kantor Gubernur NTT, guna pelepasan secara resmi oleh Gubernur Viktor Laiskodat, menuju Bandara El Tari Kupang, untuk diterbangkan ke Bandara Gewayan Tanah Watowiti-Larantuka pada pukul 12.00 Wita.
Tangis haru merasa kehilangan Sang Pemimpin, figur seorang Bapak bagi rakyatnya, yang telah banyak berjasa bagi kemajuan pembangunan dan masyarakat NTT, pun pecah tumpah ruah.
Akan halnya, ketika Pesawat yang membawa jenasah Beliau, bersama Sang Istri Lusia Adinda Lebu Raya, Anak, Kakak Paulus Bebe Aran dan Istri, Saudari Ina Tokan dan beberapa keluarga dekat, tiba di Bandara Gewayan Tanah Larantuka, sekitar pukul 13.00 Wita.
Disambut histeris warga, yang sudah menanti sejak Pagi.
Meskipun, dalam suasana hujan cukup lebat di areal Bandara, hingga angin kencang di sebagian wilayah Kota Larantuka, namun tetap tak membikin warga bergeming, menyambut kedatangan ‘Sang Pahlawannya’.
Sebuah kerinduan mendalam melihat dari dekat jasad ‘Sang Guru’, yang telah dibaluti Kain Bendera Merah-Putih itu.
Sepanjang jalanan, lambaian tangan, dan isak tangis memanggil nama Ama Frans Lebu Raya, sambil berkumandang doa penyerahan kepada Sang Khalik pun, terdengar terang, hingga sampai di Pelataran Kantor Bupati Flotim.
Bupati Flotim, Anton Hadjon memimpin langsung upacara penjemputan, penghormatan dan pelepasan.
Sekitar pukul 16.00 Wita, Jenasah Almahrum dibawa ke Pelabuhan Larantuka, untuk menyeberang ke Adonara, via Pelabuhan Tobilota, dan selanjutnya ke Watoone.
Ikut dalam rombongan, sejumlah petinggi DPD PDIP NTT, antara lain
Ketua Emilia Nomleni, Sekretaris DPD PDIP NTT, Yunus Takandewa, Wakil Ketua Viktor Mado Watun, Alex Longginus dan beberapa pejabat PDIP lainnya.
Lautan manusia di sepanjang kiri kanan jalan, puluhan kendaraan roda 4 dan ratusan sepeda motor, memenuhi jalan raya dari Tobilota-Waiwadan-Koli-Mangaaleng-Lamabunga-Keluwain-Hinga-Redontena-Sukutokan-Lamabelawa-Oringbele-hingga Watoone, penuh sesak, hingga membikin jalanan macet.
Saking macet, kendaraan Ambulance, dan mobil yang membawa rombongan, akhirnya bisa tiba di Watoone, sekitar pukul 18.30 Wita, saat mulai gelap.
Teriakan histeris memanggi-manggil Ama Frans Lebu Raya, pun tak terelakan penuh linangan air mata.
Betapa tidak, kepergian Ama Frans Lebu Raya, yang begitu cepat, di usia yang baru menginjak 61 tahun, seperti mimpi di Siang bolong.
Semua orang dibikin seperti tak percaya, mengapa Ama Frans Lebu Raya, bisa jalan pulang ke rahim bumi, secepat ini.
Disaat Bangsa dan Negara, Daerah serta Rakyat NTT masih membutuhkan pengabdiannya.
Ama Frans Lebu Raya, Kami telah kehilanganmu hari ini selamanya.
Beribu-ribu pasang mata berlinangan air mata, di sepanjang jalan, sejak kabar duka ini tersiar dari Rumah Sakit Sanglah Denpasar, lalu ke Bandara I Gusti Ngurah Rai, menuju El Tari Kupang, terus ke Gewayan Tanah-Larantuka-Kantor Bupati Flotim, Pelabuhan Larantuka-Tobilota dan Watoone, Selasa, 21/12/2021, Malam.
Kini, jasadmu akan diantar ke dalam rahim bumimu Watoone.
Dan, selamanya tidak bisa dilihat lagi.
Ama Frans Lebu Raya, Rakyatmu akan selalu mengenangmu selamanya, sebagai legenda hidup, yang telah ikut berjasa besar membangun bangsa, daerah dan mensejahterakan masyarakat.
(Delegasi.Com/BBO)
Bayangkan rumah yang bukan sekadar tempat tinggal, tetapi sebuah karya seni fungsional. Rumah minimalis modern,…
Bayangkan rumah mungil yang nyaman, di mana setiap sudutnya dirancang dengan cermat untuk memaksimalkan ruang…
Bayangkan sebuah rumah, bersih, lapang, dan menenangkan. Bukan sekadar tren, desain minimalis didasarkan pada prinsip-prinsip…
Bayangkan rumah yang bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga perwujudan harmoni antara manusia dan alam.…
Bayangkan sebuah hunian yang memadukan kesederhanaan minimalis dengan aura industri yang kokoh. Rumah minimalis dengan…
Rumah, tempat bernaung dan beristirahat, tak hanya sekadar bangunan. Ia adalah refleksi diri, sebuah ekosistem…