Categories: OPINI

Bansos dan Problem Solidaritasan

“Covid-19 mestinya dilihat secara komperhensif  terhadap apa yang menjadi akibat dari Covid-19 tersebut.  Bukan saja aspek kesehatan yang mengalami ganguan tetapi justru seluruh aspek kehidupan manusia, baik ekonomi, budaya, politik, agama, pendidikan dan lain sebagainya dihantamnya habis-habisan”

Yasintus E. Darma

 

DELEGASI.COM –Tahun 2020 merupakan tahun yang sangat berbeda dan tidak mudah dilupakan dalam sejarah peradaban hidup manusia. Bagaimana tidak, Pada tahun ini dunia sedang dirundung derita yang cukup tragis. Seluruh tangis,keluh dan luka menyelimuti ruang hati dan sanubari manusia.

Semuanya itu disebabkan oleh covid-19 yang sepertinya menjadi hantu di siang bolong. Tidak pernah sedikitpun kita bayangkan pada hari-hari sebelumnya bahwa pada tahun 2020 ini kita dilanda oleh satu musibah besar yang menghantam kita dari berbagai aspek kehidupan.

Covid-19 Bukan menjadi isu baru, bukan pula hal yang sepele. Sampai hari ini, covid-19 masih menjadi isu yang mendapat perhatian banyak pihak, sekaligus menjadi isu mendunia.

Isu covid diketahui oleh hampir semua kalangan dalam kehidupan masyarakat, hal ini sebagai akibat dari proses penyebaran informasi yang tiada sekatnya lagi. Media mampu menembus ruang dan waktu, sehingga informasipun menjalar sampai pada plosok dunia.

Covid-19 mestinya dilihat secara komperhensif atau menyeluruh terhadap apa yang menjadi akibat dari Covid-19 tersebut. Buktinya bukan hanya aspek kesehatan yang mengalami ganguan tetapi justru seluruh aspek kehidupan manusia, baik ekonomi, budaya, politik, agama, pendidikan dan lain sebagainya dihantamnya habis-habisan.

Hal ini membuktikan bahwa betapa dahsyat dan betapa besar pengaruh covi-19 terhadap kehidupan sosial.

Negara kebijakan

Covid-19 menuntut negara dan lembaga sosial lainya melakukan dobrakan besar terutama dalam memutus rantai penyebaran covid-19 dengan program pendistribusian bantuan untuk menjaga stabilitas kehidupan masyarakat, terutama yang berkaitan dengan bantuan barang pokok atau kebutuhan primer seperti beras, telur dan lain sebagainya.

Bantuan tersebut bukan hanya bertujuan untuk membantu masyarakat dalam aspek ekonomi tetapi juga dalam kaitannya dengan meningkatkan karbohidrat dalam tubuh.

Saat ini, Seperti yang kita ketahui, berbicara negara tidak terlepas dari politk kebijakan yang selalu merujuk pada negara kesejahteraan. Orientasi eksistensi negara ialah kesejahteraan masyarakat.

Dampak kesalahan teknis

Di rilis dari JAKARTA, KOMPAS.com, dengan judul akurasi data diperlukan agar penyaluran Bonsos tepat sasaran. Akurasi data penerimaan penerimaan bantuan sosial diperlukan agar penyaluran bantuan sosial oleh pemerintah dalam upaya mengatasi dampak pandemi Covid-19 tapat sasaran.

Data yang tidak akurat mengakibatkan bantuan yang disalurkan salah sasaran, bahkan ada yang menerima bantuan ganda. Di sisi lain, ada warga yang seharusnya diprioritaskan mendapat bantuan, justru tidak mendapatkannya. Seperti penyaluran Bansos bagi warga terdampak Covid-19 di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, yang membuat pemerintah desa disalahkan oleh sejumlah warga karena dianggap bantuan tidak tepat sasaran.

Berdasarkan isu di atas,  hemat saya ialah semua kejanggalan atau kesalahan di atas masuk dalam kesalahan teknis. Berbicara tentang kesalahan teknis di tengah fenomena ini menjadi sebuah kesalahan yang fatal dan ini naif.

Bagaimana tidak, di tengah covid-19 ini, masyarakat berada dalam ujian yang besar, apalagi dengan intruksi jaga jarak semua masyarakat membatasi ruang gerak sehingga banyak yang berhenti bekerja.

Ini artinya banyak masyarakat yang berharap uluran bantuan pemerintah, terutama pada masyarakat yang sangat membutuhkannya. Seperti yang kita ketahui bahwa terdapat penerima bansos yang tidak tepat sasaran.

Persoalan ini timbul karena Pemerintah desa tidak dimanfaatkan untuk mendata masyarakat yang pantas dan tidak sebagai penerima bansos. Sehingga, tingkat probabilitas terhadap menggunakan data mentah (data primer yang tidak dirubah) atau data lama dari pemerintah sangat tinggi.

Fenomena ini ahirnya menimbulkan satu persoalan baru di tengah kehidupan masyarakat. Ada konflik, ricuk, tidak saling percaya menjadi penyakit baru dalam realitas kehidupan masyarakat. Penyakit baru ini hadir dibalik ketidakakurasian data.

Korban Solidaritas

Mengingat bahwa solidaritas kehidupan masyarakat menjadi prioritas dan keharusan agar tercipta equilibrium atau keseimbangan dan mencegah konflik berkempanjangan dalam kehidupan masyarakat, maka diperlukannya solidaritas. Robert M.Z lawang (1985), solidaritas adalah keadaan saling percaya antara anggota kelompok atau komunitas. Jika orang saling percaya akan menjadi satu atau menjadi sahabat, menjadi saling menghormati, menjadi saling bertanggung jawab untuk saling membantu dalam memenuhi kebutuhan antara sesama.

Merilis dari JAKARTA, KOMPAS, Gerakan filantropi dan kedermawanan yang tumbuh subur semestinya bisa menjadi solusi atas persoalan yang melanda negeri ini.

Keterbatasan data dan informasi antara lain terkait kelompok miskin baru, membuat prakarsa dari para penderma berpotensi tidak tepat sasaran. Gerakan filantropi semakin dibutuhkan ketika pandemo covid-19 melumpuhkan perekonomian warga, lembaga Zakat misalnya, menguatkan distribusi bantuan sosial selama pandemi.

Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan warga rentan miskin dan belum terjemah bantuan. Ddirektur Utama Badan Amil Zakat Nasional (Basnas) Arifin Purwakananta tidak memungkiri distribusi bantuan di masyarakat belum merata.

Berpacu pada definisi dan jajak media di atas, hemat saya adalah solidaritas merupakan unsur yang yang penting dalam kehidupan masyarakat.

Efektivitas relasi sosial tercipta bila adanya solidaritas sosial. Ketika solidaritas kemudian memiliki gangguan maka, akan menimbulkan konflik yang besar bagi kehidupan masyarakat serta seluruh elemen dalam kehidupan masyarakat menjadi korban.

Nilai-nilai moralitas, tidak saling percaya, perkelahian, hinaan dan beberpa dampak lainya menjadi kenyataan yang menari di atas realita kehidupan. Dengan melihat ambruknya solidaritas tersebut menimbulkan satu persoalan baru dalam kehidupan masyarakat. Yaitu problem solidaritas. Inilah yang saya rasa menjadi konflik baru dan fobia bagi banyak orang.

Selain efek di atas, filantropi dan kedermawanan menjadi unsur penting dalam kehidupan sosial masyarakat. Di tengah covid-19, filantropi dan kedermawanan akan mampu menghadirkan solusi efektif ditengah problem ketidakakurasian data.

Di mana, nantinya pihak yang sangat membutuhkan bantuan ditengah covid-19 tetapi tidak ada dalam data penerima bansos bisa memperoleh perhatian dan bantuan dari orang lain, atas dasar filantripo dan kedermawanan. Inilah salah satu dampak solidaritas di tengah covid-19 yang melanda kehidupan kita. Semuanya Asalkan solidaritas masyarakat selalu dijunjung tinggi.

Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Sosiologi Universitas Nusa Cendana

 

//delegasi(*)

Komentar ANDA?

Penulis Delegasi

Recent Posts

Rumah minimalis dengan arsitektur modern Panduan lengkap

Bayangkan rumah yang bukan sekadar tempat tinggal, tetapi sebuah karya seni fungsional. Rumah minimalis modern,…

22 jam ago

Rumah minimalis dengan dapur kecil dan fungsional

Bayangkan rumah mungil yang nyaman, di mana setiap sudutnya dirancang dengan cermat untuk memaksimalkan ruang…

22 jam ago

Rumah minimalis dengan penggunaan furnitur minimal Panduan praktis

Bayangkan sebuah rumah, bersih, lapang, dan menenangkan. Bukan sekadar tren, desain minimalis didasarkan pada prinsip-prinsip…

22 jam ago

Rumah minimalis dengan material alami Desain dan aplikasi

Bayangkan rumah yang bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga perwujudan harmoni antara manusia dan alam.…

22 jam ago

Rumah Minimalis dengan Konsep Industrial Panduan Lengkap

Bayangkan sebuah hunian yang memadukan kesederhanaan minimalis dengan aura industri yang kokoh. Rumah minimalis dengan…

22 jam ago

Menata Rumah dengan Furniture yang Nyaman

Rumah, tempat bernaung dan beristirahat, tak hanya sekadar bangunan. Ia adalah refleksi diri, sebuah ekosistem…

2 hari ago