Beri Kami Seutas Benang dan Sepotong Besi

Avatar photo
Tim Monev dari Provinsi bersama Korkab dan Kader TEKAD foto bersama usai berdialog dengan kelompok Kaun Ibu di Desa Ling Kecamatan Satarmese Utara, Jumat(6/11/2021)//Foto: Delegasi.com(Hermen Jawa)

“Kami tidak ada perkerjaan lain lagi. Kaum ibu hnya menenun, sedangkan bapak-bapak hanya bisa buat parang (penempah parang) hasil akan dijual untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga kami,” Mathildis Daimun

RUTENG, DELEGASI.COM – Berkunjung ke Desa Ling dan saudara kembarnya Desa Kole, Kecamatan Satarmese Utara –Kabupaten Manggarai – Nusa Tenggara Timur memberi pesan kuat jika kelompok pemberdayaan yang terdiri dari kaum ibu dan kaum pria di dua desa itu membutuhkan sentuhan kasih pemerintah untuk menggerakan roda perekonomian mereka. Pekerjaan utama warga kedua desa ini adalah menenun bagi kaum perempuan dan pandai besi bagi kaum pria. Pekerjaan ini dilakoni sejak turun temurun sejak nenek moyang.

Pekerjaan ini terpaksa dilakukan karena wilayah itu tidak memiliki lahan sawah atau tanaman pangan lainya akibat topografi yang kurang memberikan humus bagi tanaman.

Kendati komoditi Pinang cukup mendominasi di beberapa lahan kebun, namun tidak mencukupi kebutuhan hari hari warga. Apalagi buah pinang hanya bisa panen sekali dalam setahun.

Baca Juga:

Dinas PMD Flotim Gelar Bimtek Administrasi Desa

Kadis PMD Manggarai : 22 Desa Persiapan Sudah Diresmikan dan Ada Penjabat Kadesnya

Itu pasalnya, saat Tim Monitoring dan Evaluasi (Monev) untuk Program Tranformasi Ekonomi Kampung Terpadu (TEKAD) dari Dinas PMD NTT bersama Koodinator Kabupaten, Fasilitator Kecamatan , Kader Desa Program TEKAD berkunjung ke wilayah itu Jumat(6/11/2021), mereka meminta pemerintah bisa intervensi kegiatan usaha mereka baik berupa dana maupun fasilitas penunjang lainya agar usaha mereka bisa bangkit dan berkembang.

Di Desa Ling sendiri ada dua kelompok pemberdayaan yang dibentuk atas inisiatif warga sendiri bersama pemerintah desa setempat. Dua kelompok itu yaitu Kelompok Wae Mori Cias, kelompok penenun yang terdiri dari kaum ibu dan kelompok penempah besi yang terdiri dari kaum pria. Mereka menamakanya Kelompok Penempah Besi Ling.

Mathildis Daimun, Ketua Kelompok tenun Wae Mori Cias kepada Tim Monitoring dan Evaluasi Program TEKAD mengaku jika akhir akhir ini hasil tenun mereka jarang laku terjual. Mereka sangat kesulitan memasarkan hasil tenun mereka dengan harga yang standar. Banyak pedagang yang menawarkan hasil tenun  mereka dengan harga di bawah standar.

Kurangnya minat pembeli datang di kampung Ling menurut Mathildis karena jumlah produksi tenun mereka, mulai dari sal/selempang, songke, Sarung Todo berkurang.

“Mungkin karena jumlahnya berkurang, makanya pembeli jarang datang kemari. Ini karenakami kekurangan bahan, termasuk benang. Kami butuh modal untuk membeli benang,dan peralatan tenun yang saat ini bnyak yang rusak,”ungkap Mathildis.

Baca Juga:

Lahirkan Kades Berkualitas, 94 Desa di Manggarai Siap Gelar Pilkades Serentak

Tim Monev Kunjungi Desa Sasaran Program TEKAD di Manggarai

Mereka mengaku, jika pekerjaan utama kaum perempuan di kampung itu itu hanya menenu. Sementara suami mereka pekerjaan utamanya hanya sebagai tukang penempah besi.

“Kami tidak ada perkerjaan lain lagi. Kaum ibu hnya menenun, sedangkan bapak bapak hanya bisa buat parang(penempah parang) hasil akan dijual untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga kami,” ungkap Mathildis yang diamini oleh para ibu yang lain saat berdialok dengan Tim Monev Program Tekat dari Dinas PMD NTT.

Keluhan yang sama disampaikan ketua Kelompok Penempah Besi Kampung Ling, Kanisius Sudin. Kanis yang mengaku jumlah anggotanya sebanyak 10 orang itu kesulitan memproduksi parang lebih banyak lagi. Mereka juga kesulitan mendatangkan besi ver sebagai bahan utama pembuatan parang. Selain itu alat pembuatanya juga masih sangat sederhana dan masih tradisional.

Kelompok kaum pria itu juga membutuhkan dana dan fasilitas pembuatan parang, berupa bahan dasar pembuatan parang berupa besi dari ver oto,Alat penempah besi, sehingga dan lain lain.

“Semoga kehadiran program TEKAD ini bisa membantu kami untuk mencarikan solusi tentang masalah yang kami hadapi. Hidup kami begini sudah. Kami hanya mampu bekerja sebagai tukan pembuat parang di kampung ini”, kata Kanis dengan dialek Manggarai.

Program TEKAD di Kecamatan Satar Mese Utara menjangkau dua desa yaitu Desa Ling dan Desa Cireng.

Dua desa ini menjadi pilot projek dari 25 Desa di Kabupaten Manggarai.

Baca juga:

Program TEKAD Diharapkan Mampu Menjawab Kebutuhan Masyarakat Desa

116 anak Stunting di Ngada dan Nagekeo Dapat Sentuhan Keluarga Patris Lali Wolo dan DPC PDIP

Dua desa ini juga yang dikunjungi oleh Tim Monitoring dan Evaluasi (Monev) program TEKAD dari Dinas Peberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) NTT di hari kedua. Hal yang sama , kunjungan kali ini di dua desa yang dipusatkan di Kampung Ling itu dalam rangka untuk melihat langsung hasil progres hasil kerja tim ditingkat Kabupaten, fasilitator Kecamatan dan Pendamping Desa dengan dengan stakeholder yang berkaitan dengan program tersebut.

Tim Monev Dinas PMD terdiri tiga orang yaitu Fiorela Florensa Paly (Ketua Tim), Nevila L.Detaq (anggota) dan Damianus Kaki (anggota).

Ketua Tim Monev dari Dinas PMD NTT, Fiorela Florensa Paly menjelaskan kalau kehadiran program TEKAD di wilayah itu, tidak memberi uang tunai langsung.

Tapi bagaiman Program ini berkolaborasi dengan Pemerintah setempat agar program pembangunan desa berpihak pada pemberdayaan ekonomi warga atau kelompok warga sangat penting utnuk meningkatkan pendatan.

“Kami hadir untuk melihat keberadaan kelomok tenun ibu ibu dan Kelompok penempah besi dari kaum bapak bapak. Nanti Tim Kami mulai dari Korkab sampai di Kader desa akan melakukan pendampingan bersama pemerintah setempat terhadap keluhan mama mama dan bapak bapak sekalian,” tandas Fio, demikian Fiorela Florensa Paly disapa.

Diketahui, program TEKAD yang diresmikan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Abdul Halim Iskandar pada Pertengahan Mei 2020 lalu itu merupakan program kerjasama antara Kemendes PDTT dan International Fund for Agriculture Development (IFAD)

Kemendes PDTT dan IFAD memiliki kesamaan komitmen untuk melakukan proses pembangunan secara intensif berkelanjutan berbasis desa dan daerah pinggiran.

Yang mana target utama pembangunan tersebut adalah untuk kesinambungan ekonomi masyarakat desa menuju masyarakat sejahtera.

Terdapat dua hal yang menjadi fokus program Kemendes PDTT yakni program pembangunan dan program pemberdayaan berbasis desa dan kawasan transmigrasi dan program pemberdayaan masyarakat.

Program TEKAD memberikan kontribusi signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat desa dan masyarakat di kawasan transmigrasi.

“Tentu kesamaan visi misi dan komitmen saja tidak cukup, harus dilanjutkan dengan langkah-langkah konkret untuk mencapai apa yang menjadi cita-cita kita bersama,” ujar Pria kelahiran Jombang ini.

Terkait hal tersebut, Direktur Kantor Perwakilan IFAD Indonesia, Ivan Cossio Cortez mengatakan, program TEKAD mengedepankan dan memperkuat desentralisasi dan memperkuat partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan.

Menurut Cortez, hadirnya Undang-Undang Desa dan Dana Desa di Indonesia telah menjadi kerangka kuat bagi program TEKAD, yang mengutamakan proses pembangunan dari bawah atau buttom up.

“Kami ingin dengan adanya Undang-Undang Desa dan Dana Desa yang sudah ada di Indonesia dapat membuat proses pembangunan di Indonesia menjadi lebih baik, terutama di tingkat desa. Sehingga pembangunan bisa dari tingkat bawah atau buttom up,” ujar Cortez.

IFAD sendiri merupakan badan khusus PBB yang memiliki mandat khusus yakni pembangunan di wilayah perdesaan. Menurut Ivan, program-program yang dilaksanakan IFAD menyasar masyarakat miskin dan perdesaan khususnya wilayah timur.

“Kami berterimakasih Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi bekerjasama untuk mendukung program (TEKAD) ini,” ujar Cortez.

//delegasi(hermen)

 

 

 

 

 

 

Komentar ANDA?