YANGON, DELEGASI.COM – Demonstrasi antikudeta di Myanmar kian hari kian gahar. Jumlah pendemo dan aksi kekerasan yang semakin meningkat bahkan membuat puluhan warga kabur ke India.
Dilansir dari AFP, Minggu (7/3/2021), puluhan warga Myanmar sedang antre di wilayah perbatasan India. Mereka menunggu giliran agar bisa bergabung dengan sekitar 50 warga Myanmar yang sudah lebih dulu melintasi perbatasan usai kondisi Myanmar semakin mencekam.
Otoritas Myanmar juga telah meminta India untuk mengirim kembali delapan polisi yang melarikan diri dari negaranya pada minggu ini.
“Sedikitnya 85 warga sipil dari Myanmar telah menunggu di perbatasan internasional untuk memasuki India,” pejabat itu menambahkan tanpa menyebut nama.
Demonstrasi antikudeta pecah di seluruh Myanmar sejak militer melakukan kudeta 1 Februari 2021 yang menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi. Pasukan keamanan kemudian meningkatkan tindakan keras terhadap pengunjuk rasa dan menyebabkan puluhan pendemo tewas.
Media India melaporkan orang-orang yang melintasi perbatasan terdiri dari warga sipil, polisi hingga pejabat lokal. Mereka kabur karena menolak mematuhi perintah junta militer. Otoritas Myanmar juga telah menyurati otoritas India agar memulangkan para polisi yang kabur. Surat itu dikirim ke pejabat di distrik Champhai Mizoram di mana beberapa pengungsi berada.
“Untuk menjaga hubungan persahabatan antara kedua negara tetangga, Anda dengan hormat diminta untuk menahan delapan personel polisi Myanmar yang telah tiba di wilayah India dan diserahkan ke Myanmar,” demikian isi surat tersebut.
Pejabat di pemerintahan India menyebut surat dari otoritas Myanmar itu sedang dipelajari. Pihak India, yang berusaha membangun hubungan lebih dekat dengan Myanmar untuk melawan pengaruh China, diketahui tidak mengutuk kudeta di Myanmar.
Namun, Duta Besar India untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), TS Tirumurti, mengatakan pencapaian demokrasi Myanmar dalam beberapa tahun terakhir ‘tidak boleh dirusak’. India diketahui berbagi perbatasan darat sepanjang 1.643 Km dengan wilayah Myanmar.
India sendiri telah menjadi lokasi pelarian bagi ribuan pengungsi dari Myanmar, termasuk etnis Chin dan etnis Rohingya yang melarikan diri dari operasi militer Myanmar yang sarat kekerasan. Secara terpisah, pemimpin komunitas etnis Chin di New Delhi menyebut polisi Myanmar sangat jarang kabur ke India.
“Ini sesuatu yang tidak biasa. Karena di masa lalu, polisi dan militer hanya mematuhi perintah,” ucap Presiden Komisi Pengungsi China di India, James Fanai.
Ratusan Polisi Membelot, Gabung ke Demonstran
600 orang polisi dikabarkan bergabung dengan gerakan pembangkangan sipil Myanmar (CDM) untuk melawan rezim junta militer. Hanya Negara Bagian Rakhine yang melaporkan tidak ada aksi protes dari petugas.
Dilansir dari kantor berita The Irrawaddy, Minggu (7/3/2021) jumlah polisi mengundurkan diri meningkat tajam sejak terjadi kekerasan pada akhir Februari. Seorang petugas di Naypyitaw mengatakan polisi dari Departemen Investigasi Kriminal, Cabang Khusus, Polisi Keamanan Turis, Polisi Keamanan dan bagian pelatihan telah meninggalkan tugas mereka untuk melawan rezim militer.
Pada Kamis (4/3) ada lebih dari 500 polisi yang berpartisipasi dalam CDM, dan 100 lainnya bergabung dengan gerakan pada hari Jumat (5/3). Petugas itu mengatakan tidak ada protes polisi yang dilaporkan di Negara Bagian Rakhine.
Polisi yang berpartisipasi dalam CDM mengatakan mereka hanya akan menerima pemerintahan terpilih. Beberapa mengatakan mereka akan menawarkan layanan mereka jika Komite yang Mewakili Pyidaungsu Hluttaw, mewakili anggota terpilih Parlemen Persatuan dari Partai Liga Demokrasi Nasional (NLD) Myanmar, membentuk tentara untuk melawan rezim militer.
“Mayoritas petugas yang telah bergabung dengan CDM mengajukan pengunduran diri. Sementara beberapa hanya memberi tahu atasan mereka bahwa mereka bergabung dengan gerakan itu,” kata petugas di Naypyitaw, Myanmar.
Autopsi Jasad Kyal Sin Picu Protes
Otoritas Myanmar menggali kuburan Kyal Sin, yang dikenal sebagai ‘Angel’ (19) di Myanmar. Wanita itu ditembak mati saat melakukan aksi demo antikudeta. Jasad wanita yang terakhir kali mengenakan kaus bertuliskan ‘Everything will be OK’ itu diautopsi oleh pihak kepolisian.
Menurut laporan televisi negara MRTV pada Sabtu (6/2), pemeriksaan jenazah Kyal Sin membebaskan polisi dari tuduhan pembunuhan terhadapnya. Kyal Sin tewas pada Rabu (3/3), akibat tembakan di kepala ketika para pengunjuk rasa menghadapi aksi kekerasan dari pasukan keamanan yang hendak membubarkan demonstrasi.
Penggalian makam Kyal Sin memicu kemarahan dari para penentang kudeta. Mereka menuduh junta militer mencoba menyembunyikan fakta bahwa dia dibunuh oleh pasukan mereka.
Televisi pemerintah mengatakan polisi, hakim, dan dokter telah menggali jenazahnya dan melakukan penyelidikan bedah. Mereka menemukan luka tembus di bagian belakang kepala dan sepotong timah berukuran 1,2 x 0,7 cm di otak Kyal Sin. Disebutkan luka potongan timah itu berbeda dengan ujung peluru yang digunakan polisi.
Televisi pemerintah mengatakan polisi berhadapan langsung dengan para pengunjuk rasa. Sementara luka di bagian belakang kepala dan objek yang membuat Kyal Sin terbunuh ditembakkan dari senjata yang dapat menembakkan peluru kaliber.
“Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa mereka yang tidak menginginkan stabilitas melakukan pembunuhan,” kata MRTV.
Di media sosial, penentang kudeta menggambarkan penggalian itu sebagai penghinaan lebih lanjut terhadap Kyal Sin dan keluarganya, dengan maksud memberikan laporan palsu tentang apa yang terjadi. Kyal Sin disebut meninggalkan catatan berisi informasi soal golongan darah, nomor kontak yang bisa dihubungi dan permintaan untuk mendonasikan tubuhnya jika dia kehilangan nyawanya saat berunjuk rasa.
//delegasi(detiknews)
Belgia adalah negara yang kaya akan budaya dan sejarah, salah satu keindahan destinasi wisata yang…
Delegasi.com - Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Rote Ndao kembali mengambil langkah maju dalam penguatan…
Delegasi.com - Bawaslu Kabupaten Kupang langsung menanggapi laporan dugaan Politik Uang yang dilakukan salah satu…
Delegasi.com - Tokoh aktivis perempuan dan lingkungan hidup Nusa Tenggara Timur (NTT), Aleta Baun mengatakan…
Delegasi.com - Insiden mengejutkan terjadi saat kampanye dialogis pasangan calon gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT)…
Delegasi.com - Kelompok Mahasiswa di Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) yang tergabung dalam…