KUPANG, DELEGASI.COM- Drakula dalam bayang-bayang kegelapan menatap tajam kepada seorang perempuan yang terbaring di atas kasurnya. Tatapannya jahat namun menggambarkan rasa lapar akan sesuatu yang telah lama tak ia rasakan: darah.
Kisah drakula yang mengincar darah perempuan di atas sejatinya telah muncul sejak 1897. Kala itu, cerita ini muncul dalam sebuah novel bertajuk Dracula karangan mantan jurnalis bernama Bram Stoker.
Siapa sangka, cerita tersebut membuat histeria sekaligus euforia masyarakat London kala itu. Cerita dalam novel yang dikemas bak catatan jurnal dan surat itu membangkitkan mimpi buruk manusia yang telah lama tersimpan dalam DNA hingga bergenerasi: vampir.
Stoker dipercaya menciptakan sosok Count Dracula berdasarkan penguasa kejam asal Romania, Vlad the Impaler. Vlad sendiri dalam kesehariannya dikenal sebagai Vlad Dracula yang bermakna “Vlad Anak Naga”, tetapi bisa juga sebagai “Vlad Si Iblis”.
Vlad the Impaler memiliki pamor melegenda di kalangan musuh. Ia tak sungkan menancapkan musuhnya secara hidup-hidup pada tiang pancang hingga menggantung. Ia menikmati aksi itu sebagai hiburan.
Kebengisan Vlad the Impaler kemudian hidup dalam kisah rakyat Transylvania soal vampir, makhluk kegelapan yang mendatangi orang terkasih dan menghisap darah untuk tetap ‘hidup’.
Secara turun-temurun, masyarakat Transylvania percaya bahwa ada makhluk jahat antara hidup dan mati yag menghantui mereka kala gelap datang. Mereka pun hanya bisa mengandalkan doa dan bawang putih untuk melindungi diri.
Bahkan Asia terbilang memiliki jumlah vampir yang lebih beragam. Di Asia, masing-masing daerah bahkan memiliki legenda vampir yang berbeda. Ada jiangshi dari China, kuntilanak dari Indonesia, hingga mandurugi dari Filipina.
Bentuknya pun beragam, mulai dari mayat hidup hingga jejadian. Namun semuanya punya selera yang sama: darah manusia hidup.
Film-film tentang jiangshi bahkan menjadi hit pada dekade 80-90-an silam. (dok. Bojon Films Company Ltd. via IMDb)
|
Segala folklor dan cerita horor tersebut kemudian terus melegenda dalam bentuk yang modern: film. Tak terhitung film yang dibuat berdasarkan kisah vampir yang mengancam hidup manusia.
Dari kisah Dracula karya Bram Stoker saja, ada lebih dari 200 judul film soal drakula yang telah tayang. Hal itu belum termasuk dengan serial televisi, aksesori, hingga buku juga film lepasan terkait karakter lainnya dalam kisah Dracula.
Begitu pula dengan vampir China alias jiangshi. Film-film tentang jiangshi bahkan menjadi hit pada dekade 80-90-an silam. Bukan hanya di China, tren itu juga sempat melanda Indonesia.
“Ada konstruksi kesenangan yang sudah melekat di masyarakat Indonesia kemudian ditawarkan di film (vampir China) itu.” kata akademisi film Satrio Pamungkas soal tren jiangshi yang sempat melanda Indonesia berdekade lalu.
“Di masa itu, vampir biasanya selalu kalah. Dia bisa ditaklukkan dengan bacaan-bacaan (mantra atau doa) dan ditempel di keningnya. Jadi itu polanya hampir sama dengan film horor di Indonesia dulu, dengan bacaan doa bisa hancur atau kebakar setannya,” lanjutnya.
Bukan hanya pada jiangshi. Pola yang sama juga berlaku pada kisah Dracula. Sekuat ataupun sebengis apa pun Count Dracula, ia selalu kalah dari Dr Van Helsing yang bermodalkan relikui agama, bawang putih, dan doa.
Sekuat ataupun sebengis apa pun Count Dracula, ia selalu kalah dari Dr Van Helsing yang bermodalkan relikui agama, bawang putih, dan doa. (dok. Universal Pictures via IMDb)
|
Kisah para penghisap darah yang selalu muncul tiap Halloween itu mungkin jadi penanda bahwa mereka tak benar-benar pergi meski dunia sudah semakin modern.
Akan selalu ada momen ketika mereka ‘hidup’ lagi dan jadi pembicaraan, salah satunya adalah Fokus: Kisah Si Penghisap Darah yang tayang di CNNIndonesia.com kali ini dalam rangka menyambut Halloween.
Terlepas dari berbagai gaya penuturan kisah soal drakula dan vampir, setidaknya pesan Bram Stoker sebagai pelaku pertama cerita ini tersiar luas dan menggelinding besar tetap patut diingat.
“Saya cukup yakin bahwa tak ada keraguan apa pun bahwa peristiwa-peristiwa yang digambarkan di sini [cerita Dracula] benar-benar terjadi, betapapun sulit dipercaya dan tidak dapat dimengerti mereka pada saat pertama,” kata Stoker.
“Dan saya lebih yakin bahwa mereka [kejadian dalam Dracula] pasti berada dalam tingkatan yang tidak dapat dipahami.” lanjutnya.
//delegasi(cnn/end)