KUPANG, DELEGASI.COM– Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) mengancam akan memenjarakan salah satu tuan tanah di Kampung Rende Prayawang, Desa Rindi, Umbu Maramba Hawu. Ancaman Gubernur VBL ke Umbu Meramba Hawu dan keluarga diduga gegara Pemprov NTT mengklaim tanah suku/ulayat/keluarga Umbu Maramba Hawu sebagai aset Pemprov NTT. Selain mengancam untuk menenjarakan, Gubernur VBL mengancam akan memukul Umbu Maramba Hau karena memotong pembicaraannya dalam pertengkaran mereka pada Sabtu (27/11/21) di range sapi Karamba, Kampung Renda Prayawang, Desa Rindi, Kecamatan Rindi, Kabupaten Sumba Timur, NTT.
Demikian cuplikan Vidio yang beredar lewat pesan WhatsApp/WA dan Facebook/FB dan diperoleh Tim Media ini pada Minggu (28/11/2021) pagi. Vidio tersebut mempertontonkan debat sengit Gubernur VBL dan Umbu Maramba Hawu (tuan tanah, red) terkait obyek tanah yang sedang direncanakan Pemprov NTT menjadi range sapi Ongole untuk menghasilkan daging sapi premium di ‘Bumi Sandel Wood’ itu.
“Dengar baik-baik, datang omong supaya saya urus buat- baik-baik buat kalian, saya ikut. Tetapi, kalau kalian berbeda dengan pemerintah supaya ganggu, saya akan berhadapan dengan kalian. Saya tidak tembak kalian, tidak ada. Saya angkut kalian kasih masuk di penjara. Kalian berhadapan dengan pemerintah, dengar itu baik-baik. Saya yang berurusan, saya Gubernur, saya tidak takut,” tegas Gubernur VBL sebagaimana cuplikan video percakapan VBL dan Umbu Maraba Hawu.
Video berdurasi 3 menit 26 detik tersebut, juga mempertontonkan Gubernur VBL tampak naik pitam dan mengeluarkan kata atau kalimat ancaman memukul Umbu Maramba Hawu yang tampak ikut menyela perkacakapan Gubernur VBL dengan Umbu Maramba Hawu terkait obyek tanah yang akan dijadikan lokasi range sapi itu.
Menurut Gubernur VBL, mantan Bupati Sumba Timur (alm. Umbu Mehang Kunda pernah memintanya untuk membangun lokasi tersebut.
“Bukan (bukan tanah milik alm. Umbu Mehang Kunda, red), tapi dia senior, dia datang sendiri sama saya. Bukan tempat Umbu Mehang tidak apa-apa, tetapi karena dia datang sendiri sama saya, dia ajak saya lihat ini tempat bagaimana? Jadi, tanah ini masuk tanah Provinsi (Pemprov NTT, red) punya aset. Kau jangan bantah-bantah, nanti saya bangun saya falungku (tonjok atau pukul, red) engkau,” ucap Gubernur VBL tegas.
Menurut Gubernur VBL sebagaimana cuplikan video tersebut, obyek tanah tersebut merupakan titipan alm. Umbu Mehang Kunda untuk Pemprov NTT dan harus dikelola secara baik untuk kebaikan masyarakat. “Dia (Umbu Mehang Kunda, red) ajak saya kasih tunjuk keliling (lokasi obyek tanah, red) ini tempat,” ungkap VBL.
Menurut informasi yang dihimpun tim media ini, perdebatan sang Gubernur dan tuan tanah tersebut bermula ketika Umbu Maramba Hawu yang mengetahui kedatangan/kunjungan kerja Gubernur VBL ke Rende, Desa Rindi, Kecamatan Rindi-Sumba Timur datang menemui Gubernur VBL.
Umbu Maramba Hawu datang bersama beberapa anggota keluarganya bertemu langsung Gubernur VBL di tempat dimana sang Gubernur beristirahat dan mempertanyakan perihal surat pelepasan hak obyek tanah yang direncanakan Pemprov NTT (Gubernur VBL, red) menjadi lokasi peternakan Sapi Ongole dan diklaim Pemprov NTT merupakan aset daerah.
Sebelumnya, obyek tanah tersebut digunakan oleh mantan Bupati Sumba Timur, alm. Umbu Mehang Kunda sebagai lokasi range sapi Ongole. Namun kemudian, tanah tersebut dikabarkan telah menjadi aset Pemprov NTT.
Karena merasa keluarganya tidak pernah menyerahkan tanah tersebut ke Pemprov NTT, maka sebagai kepala suku pemilik tanah Umbu Maramba Hawu mempertanyakan siapa orang yang menyerahkan tanah tersebut ke Pemprov NTT sehingga Pemprov NTT mengklaim tanah tersebut sebagai aset Pemerintah Provinsi NTT.
“Saya hanya mau minta tolong itu surat penyerahan itu siapa yang serahkan? Itu saja dan saya gara-gara itu tanah, saya mau mati, keluarga saya juga mau mati. Sekarang pun mau tembak, sekarang! Saya pun mau mati!” tegas Umbu Maramba Hawu.
Mendengar kata-kata Umbu Maramba Hawu itu, Gubernur VBL bertanya lebih lanjut, “Siapa yang mau kasih mati (Umbu Marambah Hawu)? Saya datang disini bukan untuk kasih mati lu (anda). Saya datang disini untuk urus kalian punya hidup, makanya saya mau urus ini tanah. Kau mengerti atau tidak?” tanya Gubernur VBL lagi.
Sang Gubernur lalu lanjut menjelaskan, bahwa untuk membuat orang mati itu hal gampang, tetapi menghidupkannya susah atau sulit. “Ngerti kau? Saya pake kepala (berpikir, red) disini, bikin supaya orang bisa hidup. Dengan bangun ini tempat orang hidup, bukan bikin (membuat) mati orang,” tegas VBL.
Tampak dalam debat sebagaimana video, Gubernur VBL berusaha membangun komunikasi dan mengajak Umbu Maramba Hawu untuk berpartisipasi bekerjasama mendukung Pemprov NTT dalam pengembangan usaha sapi di lokasi tersebut, sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat Sumba Timur, termasuk bagi keluarga Umbu Maramba Hawu di masa depan.
“Paling benar, sekarang bapa hidup disini, saya gubernur, mari kita atur ini tempat baik-baik; piara sapi yang dagingnya premium. Dan itu kita butuh manusia-manusia (orang) datang kesini. Bapak (Umbu Maramba Hawu, red) berpartisipasi dan anak cucu dari bapa akan hidup karena daging premium yang baik ke depan. Setuju tidak kalau begitu?” tanya VBL.
Menjawab pertanyaan Gubernur VBL, Umbu Maramba Hawu menjelaskan, bahwa dirinya hanya (datang) untuk minta klarifikasi dari Gubernur VBL soal siapa yang menyerahkan tanah tersebut dan dimana dokumennya. “Dan saya gara-gara itu tanah, saya mau mati, keluarga saya juga mau mati. Sekarang pun mau tembak, sekarang! Saya pun mau mati!” tegas Umbu Maramba Hawu.
Menurut Umbu Maramba Hawu, tanah yang akan dijadikan lokasi range sapi oleh Pemprov NTT itu, tidak akan ia serahkan begitu saja, kalau tidak ada bukti surat penyerahan tanah tersebut dari orangtuanya ke Pemprov NTT.
“Saya tidak melawan pemerintah, tidak melawan Gubernur karena itu sebagai aturan, tetapi kita sebagai manusia yang tahu, berarti kita harus menghargai hak ulayat. Kita (Pemprov NTT, red) harus menghargai, karena ini sudah ada di dalam aturan, itu saja. Tetapi kalau pak Gubernur kasar-kasar begini, eh saya juga tidak mau lari, mati na mati. Saya punya keluarga juga banyak, mereka mau mati juga gara-gara ini tanah,” tandas Umbu Maramba Hawu tak bergeming.
Di hadapan Gubernur VBL, Umbu Maramba Hawu, mengungkapkan, bahwa sebelumnya ia dan keluarga telah menyerahkan tanah 10.000 Ha ke BMT dan juga ribuan hektar kepada SMN. “Apa lagi yang saya tidak baik ini? Itu untuk negara ini, untuk Gubernur,” tandasnya.
Karena alasan itulah, lanjutnya, ia meminta kembali lahan yang pernah dijadikan lokasi usaha ternak sapi di zaman almarhum Bupati Umbu Mehang Kunda, karena menurutnya tidak pernah ada penyerahan hak tanah tersebut oleh orangtuanya kepada Pemprov NTT.
“Makanya saya minta kembali ini (tanah) pak. Itu yang saya harapkan. Sudah berapa ribu yang sudah saya kasih. Sudah berapa ribu hektar yang saya kasih. Saya kurang baiknya dimana?” kritiknya.
Gubernur VBL pun kembali menjawab singkat dan tegas, Pemprov NTT tidak bisa menyerahkan atau mengembalikan tanah tersebut. “Kalau yang itu (obyek tanah, red) tidak bisa (tidak bisa dikembalikan, red),” tegasnya.
Mendengar kata Gubernur VBL demikian, Umbu Maramba Hawu tetap tak bergeming, “Kalau begitu biar sudah kita mati. Biar kalian- kalian yang akan tembak (sambil menunjuk ke beberapa orang yang berdiri yang diduga anggota polisi yang sedang berjaga keamanan, red).
//delegasi (tim)
Ruang sempit bukan lagi penghalang bagi hunian yang nyaman dan estetis. Faktanya, ilmu desain interior…
Bayangkan rumah yang bukan sekadar tempat tinggal, tetapi sebuah karya seni fungsional. Rumah minimalis modern,…
Bayangkan rumah mungil yang nyaman, di mana setiap sudutnya dirancang dengan cermat untuk memaksimalkan ruang…
Bayangkan sebuah rumah, bersih, lapang, dan menenangkan. Bukan sekadar tren, desain minimalis didasarkan pada prinsip-prinsip…
Bayangkan rumah yang bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga perwujudan harmoni antara manusia dan alam.…
Bayangkan sebuah hunian yang memadukan kesederhanaan minimalis dengan aura industri yang kokoh. Rumah minimalis dengan…