Hari Ini Calon Kapolri Listyo Sigit Jalani Fit and Proper Test di DPR

  • Bagikan
Listyo Sigit Prabowo pernah menjadi ajudan Presiden Jokowi pada 2014. Sekitar dua tahun kemudian atau pada Oktober 2016, dia menjabat Kapolda Banten dengan pangkat Brigadir Jenderal. TEMPO/M Taufan Rengganis

JAKARTA, DELEGASI.COM – Calon Kapolri Komisaris Jenderal Listyo Sigit Prabowo akan menjalani uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) pada hari ini, Rabu, 20 Januari 2021.

Pada Selasa sore kemarin, Listyo Sigit melalui Tim Ahli Calon Kapolri, telah menyerahkan naskah makalah kepada Komisi Hukum DPR. Naskah yang diserahkan pada pukul 15.00 WIB itu bakal menjadi bahan presentasi dalam fit and proper test hari ini.

“Materi sudah diserahkan oleh Ketua Tim yakni Inspektur Jenderal Wahyu Widada (Kepala Kepolisian Daerah Aceh), didampingi Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri Inspektur Jenderal Ferdy Sambo,” ujar Argo saat dihubungi pada Selasa, 19 Januari 2021.

Presiden Jokowi telah memilih Komisaris Jenderal Listyo Sigit Prabowo sebagai calon Kapolri pengganti Jenderal Idham Azis. Surat Presiden terkait penunjukan Listyo telah diserahkan kepada DPR pada Rabu lalu, 13 Januari 2021.

DPR lewat Komisi III memiliki waktu 20 hari sejak menerima surat tersebut untuk merampungkan proses fit and proper test calon kapolri.

 

Dekat Dengan Ulama

Kapolri Jenderal Pol Idham Azis (kedua kiri) didamping istri Fitri Handari Idham Aziz (kiri) melakukan salam komando dengan Kabareskrim Polri Inspektur Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo (kedua kanan) usai saat serah terima jabatan Kabareskrim di Mabes Polri Jakarta, Senin 16 Desember 2019. //Foto: TEMPO

 

Riwayat perjalanan Kepala Badan Reserse Kriminal atau Kabareskrim Polri Inspektur Jenderal Listyo Sigit Prabowo tak bisa dipisahkan dari ulama. Mantan ajudan Presiden Joko Widodo itu empat tahun lalu sempat ditolak ulama saat hendak ditabalkan menjadi Kapolda Banten.

Penolakan terhadap Listyo terjadi seiring dengan memanasnya tensi politik identitas semasa kasus penistaan agama yang dituduhkan kepada Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok bergulir. Kala itu, sejumlah ulama dan pengurus Majelis Ulama Indonesia di Banten resisten terhadap kehadiran Listyo karena perbedaan agama.

Listyo—nonmuslim, dianggap tak sejalan dengan wilayah Banten yang berwujud kasultanan. Untuk menurunkan tensi penolakan terhadap dirinya, Listyo melakukan manuver dengan mendekati ulama.

“Pertama kali saya datangi Abuya Muhtadi (ulama asal Banten), tokoh FPI (Front Pembela Islam), Ustas Kurtubi, dan Martin Syarkawi. Kemudian saya keliling, (mengunjungi) tokoh Pandeglang, sudah almarhum sekarang. Beliau salah satu pemimpin pesantren di Tebuireng 008,” ujar Listyo kepada Majalah Tempo, Jumat, 12 Desember 2019.

Dalam kunjungannya, Listyo menjelaskan bahwa ia datang sebagai aparatur penegak hukum. Dengan begitu, ia mengemban tugas menjamin keamanan warga Banten. Listyo mengakui tak meyakinkan apa pun kepada para ulama.

Ia hanya menyebut “akan menjadi pelayan” saat warga meminta tolong dan terbelit masalah. “Saya siap jadi pelayan bapak-bapak,” tuturnya.

Trik Listyo mendekati ulama dengan metode dialog pintu ke pintu rupanya efektif. Dengan membuka ruang dialog, lambat laun keberadaannya diterima oleh ulama. Ia bahkan tak sungkan memberikan kontak personal kepada ulama untuk memastikan bahwa tak ada jarak antara tokoh agama, masyarakat, dan pejabat kepolisian.

Kedekatan Listyo dengan ulama mulai tampak saat ia berhasil memboyong ulama ke Istana Negara untuk bertemu dengan Presiden Jokowi. Berbekal kedekatannya dengan Jokowi, Listyo mempertemukan ulama dengan Presiden pada November 2016.

“Karena mereka itu kan kadang enggak paham sosok Jokowi. Jadi (supaya) ada komunikasi,” ujarnya.

Penolakan lantas berbalik jadi dukungan. Dianggap mampu merangkul semua kalangan, Listyo didukung oleh sekitar 3.000 ulama dari Majelis Pondok Pesantren Salafiyah se-Banten untuk menjadi Kabareskrim. Dukungan itu ditunjukkan seusai ribuan ulama menjalankan istigasah di Kampung Petir, Serang, pertengahan November lalu.

Listyo resmi dilantik sebagai Kabareskrim pada Senin, 16 Desember 2019. Ia mengisi kursi lowong setelah pejabat sebelumnya, Jenderal Idham Azis, ditarik menjadi Kapolri. Sebagai pejabat Bareskrim yang baru, ia mematok target kerja. Utamanya mengevaluasi reserse dan meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat. “Kemudian masalah transparansi. Lebih cenderung yang punya pengaruh daripada masyarakat biasa,” ucapnya.

//delegasi(tempo)

Komentar ANDA?

  • Bagikan