LARANTUKA, DELEGASI.COM – Nasib Jembatan Tambatan Perahu (JTP) Sagu di Pulau Adonara, Flores Timur masih tetap sepi dan terisolasi hingga kini.
Belum dimanfaatkan secara optimal setiap hari sebagai sarana bongkar muat bagi Kapal Motor Perahu nelayan.
Akses jalan masuk pun tak terawat dan penuh dengan semak belukar, sebagaimana yang disaksikan DELEGASI.COM belum lama ini saat turun langsung ke lokasi JTP sekadar memastikan apakah sudah mulai lancar dipakai atau tidak.
Padahal, JTP ini dibangun dengan dana hampir Rp.2,5 M dari Dana Alokasi Khusus Departemen Perhubungan pada tahun 2018, yang banyak menuai kontroversi saat awal pengerjaan hingga pasca proyek ini dinyatakan rampung sesuai waktu kerja.
Salah seorang warga Sagu, yang ditemui ketika sedang membersihkan kebun kelapa miliknya di sekitar JTP mengatakan, JTP ini memang jarang dipakai para pemilik Kapal Motor Perahu untuk bongkar muat barang, maupun para Nelayan.
“Iyah, memang jarang dipakai, sehingga kami lebih banyak pakai untuk ikat kambing dan jemur kelapa.
Ada juga yang pakai untuk memancing ikan, baik siang maupun malam.
Biasanya juga orang istirahat malam disini saat mencari ikan malam hari atau menyuluh,”ujarnya apa adanya.
Mantan Kades Sagu, Ridwan Bapa Kamba juga membenarkan, JTP Sagu memang belum berfungsi secara optimal hingga kini.
“Ada perahu memang pernah sandar untuk bongkar barangnya. Tapi, itu saat air tenang dan pasang saja. Tidak bisa setiap saat,”ujarnya santai saat ditemui di kediamannya, beberapa waktu lalu.
Ia berharap Pemkab Flotim bisa memenuhi janjinya menambahkan panjang badan JTP sekitar 150 meter lagi kedepan, agar bisa berfungsi dengan baik.
Pasalnya, sebut dia, jikalau JTP itu tak disambung lagi maka proyek yang didanai dana milyaran rupiah ini hanya akan tetap seperti itu.
“Yah, palingan saat air laut tenang dan pasang baru dimanfaatkan. Itupun, kalau pemilik perahu motor pun mau. Kasihan juga kalau nasibnya seperti itu,”pungkasnya.
Ditanyai ada warga yang pakai untuk jemur kelapa dan ikat kambing, Ridwan Kamba hanya berujar,
“Yah, mau larang juga sulit. Soalnya, warga punya kelapa dan kambing dekat situ, sehingga mereka manfaatkan,”.
Hingga saat ini belum diketahui pasti, nasib JTP tersebut sampai kapan bisa diperpanjang sesuai rencana awal proyek itu dikerjakan.
Akan menjadi sangat tidak elok, kalau JTP Sagu ini dibiarkan merana dan tak terurus terus.
Ibarat uang milyaran rupiah yang dipungut dari pajak rakyat, tetapi kemudian seperti buang garam ke air laut.
Padahal, Flotim bukanlah kabupaten kaya raya. Pendapatan Asli Daerahnya hanya bertahan di angka Rp.50 M sampai saat ini.
Keuangannya untuk.pembiayaan pembangunan di daerah pun masih sangat tergantung dari pusat.
Sampai disini, komitmen kerakyatan Pemda dan DPRD Flotim sedang diuji.
Apakah, berani menggelontorkan APBD Flotim untuk perpanjang bagian depan JTP Sagu sejauh 150 Meter lagi? Kita tunggu saja!!!
//delegasi (BBO)
Belgia adalah negara yang kaya akan budaya dan sejarah, salah satu keindahan destinasi wisata yang…
Delegasi.com - Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Rote Ndao kembali mengambil langkah maju dalam penguatan…
Delegasi.com - Bawaslu Kabupaten Kupang langsung menanggapi laporan dugaan Politik Uang yang dilakukan salah satu…
Delegasi.com - Tokoh aktivis perempuan dan lingkungan hidup Nusa Tenggara Timur (NTT), Aleta Baun mengatakan…
Delegasi.com - Insiden mengejutkan terjadi saat kampanye dialogis pasangan calon gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT)…
Delegasi.com - Kelompok Mahasiswa di Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) yang tergabung dalam…