LARANTUKA, Delegasi.Com – Tampilnya Sanggar Seni Budaya Lamamerik-Leworock, Desa Serinuho dan Dulijaya dengan tarian Gawi Au nya, kian menambah indah dan sempurnanya nuansa khasanah malam pembukaan Festival Lamaholot 2019 di lapangan Sepak Bola Desa Bantala, Lewolema, Rabu, 11/09/2019.
Betapa tidak, para penari pria dan wanita, yang jumlahnya mencapai puluhan orang itu, yang datang jauh-jauh dari wilayah Pantai Utara Kecamatan Titehena itu pun tak menyia-nyiakan kesempatan dan mampu menunjukkan permainan terbaiknya dan sangat menghibur.
Berpakaian serba cokelat kehitaman, mereka mampu menampilkan tarian Gawi Au nya dengan penuh semangat, sambil diiringi bunyian bambu yang saling terus bersahutan.
Meskipun, para penarinya rata-rata sudah berusia di ataa 50 tahun. Alhasil, penonton dan awak media pun dibuat terkesima hampir setengah lamanya.Termasuk, saat mendengarkan pengucapan syair adat yang begitu tajam mendalam diawal dimulainya pertunjukan. Syair pembukaannya pun sangat indah dan mendalam. Seakan memberi makna dan isyarat bahwa ajang Festival Lamaholot 2019 di Lewotala, Lewolema adalah media untuk saling mempertemukan antara Ibu dan Anak, Kakak dan Adik, Saudara dan Saudari dalam satu napas Lamaholot.
Berikut, nukilan syair yang dibawakan salah seorang utusan Sanggar Seni Budaya Lamamerik, yang berhasil direkam media, “Selamat malam Semuanya, Nubun Go Tawa Haka, Toran Go Horan Gere. Ina’n Petun Bala Haka, Ana’n Au Toran Gere. Lolu Lo’o Sadu Lolen, Nubun Baran, Go Keroko Holo Tiwan, Tawa Haka. Go Duli Wala Rua, Go Daten Wala Kalu.
Nubun Pulo, Baran Lema. Tanah Apa Tuak Suban Ama, Lewo Pai Goek Suban Ama, Tanah Goek Wato Karabau. Sega Pi Tanah Lewolema, Sain Pi Ongen Lola Rua. Puken Koda Teen Tou, Kirin Teen Ehan.
Seni Tabe Epun, Lodo Tabe Moiten. Sega Kian Nama Tukan, Sain Teen Merik Lolon. Soga Soran Alo, Petun Bala Ama, Ana’n Au Horan Goka. Pai Puji Te Pelewan Raya Tuhan.
Ama Belen, Rera Wulan, Tanah Ekan. Kelen Restu Leluhur Lewotanah, Pai Taan Mura Lewo, Pai Taan Rame Tanah.
“Sebuah event promosi budaya yang dikemas Sanggar Seni Nubun Tawan. Dan, inilah Sorak Soka Alo Petun Bala Ama, Au Oran Goka oleh Sanggar Lamamerik, Leworock, Desa Serinuho dan Dulijaya,”tutup utusan Sanggar Lamamerik tersebut.
Sanggar inipun mampu mengkolaborasikan antara syair, bunyi benturan bambu dan gerak tarian para penari dengan sempurna.
Tak ada kesalahan sedikitpun yang terjadi, seperti ada penari yang kakinya kena jepit bambu dan bersenggolan badan.
Banyak pihak memberi apresiasinya.
“Iyah, tarian ini sangat hebat dan sempurna. Sudah sepantasnya bisa dipromosikan dan dilombakan pada event-event bergengsi lainnya,”sebut beberapa penonton malam itu, antara lainnya Royal Blolon, warga Pantai Besar, lalu ada Alex Koten, yang berdiri bersama media dan sempat ngobrol disela-sela menonton pertunjukan tarian Gawi Au tersebut.
Mereka berharap, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Flotim mampu mempromosikan event Gawi Au dan pergelaran lainnya dalam festival lain yang jauh lebih bergengsi. //delegasi(BBO)
Ruang tamu, jantung sebuah rumah, kini bertransformasi. Tren minimalis, didorong oleh penelitian psikologis tentang keterkaitan…
Bayangkan sebuah ruangan, tenang, seimbang, dan penuh ketenangan. Itulah keajaiban seni dinding minimalis. Lebih dari…
Ruang sempit bukan lagi penghalang bagi hunian yang nyaman dan estetis. Faktanya, ilmu desain interior…
Bayangkan rumah yang bukan sekadar tempat tinggal, tetapi sebuah karya seni fungsional. Rumah minimalis modern,…
Bayangkan rumah mungil yang nyaman, di mana setiap sudutnya dirancang dengan cermat untuk memaksimalkan ruang…
Bayangkan sebuah rumah, bersih, lapang, dan menenangkan. Bukan sekadar tren, desain minimalis didasarkan pada prinsip-prinsip…