ADONARA-DELEGASI.COM– Dalam menjalankan tugas panggilan kehidupan setiap hari, hendaknya senantiasa mendengarkan arahan Roh Kudus, agar Kita tetap menjalankannya dengan sebaik-baiknya, dan memberanikan diri menjadi pembawa kabar gembira serta kebenaran kepada kebaikan dan keselamatan, sebagaimana kesaksian tiga tokoh penting Gereja Katolik, yakni Nabi Yeyasa, St. Paulus dan St. Petrus, dalam menjawabi panggilan Tuhan.
Sambil terus memadahkan puji syukur menyanyikan kidung, Kudus..Kudus…Kuduslah Tuhan, Selamanya Kudus.
Allah segala kuasa surga dan bumi.
Demikianlah pesan penting Pater Dionisius Kopong Ola,SVD, Rohaniawan asal Adonara, yang bertugas di Ghana, Benua Afrika, dalam kotbahnya, di Gereja St.Martinus Hinga, Minggu, 06/02/2025, Pagi, yang saat ini tengah berlibur di Kampung Halamannya Desa Redontena, Kelubagolit, Adonara-Flores Timur.
Pater Dionisius menyampaikan, apa yang dialami Nabi Yeyasa, didalam mendengar panggilan Tuhan, saat melihat Tuhan di Bait Suci, lalu dengan keberaniannya menyahuti, ‘Inilah Aku, Utuslah Aku’, menjadi pewarta kabar gembira, meski Nabi Yeyasa menyadari dirinya sebagai orang berdosa dan najis bibir, karena tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, hendaknya menjadi teladan yang hidup bagi Kita semua.
“Demikian pula, dengan kesaksian St. Paulus saat bertemu Tuhan dalam perjalanan ke Damaskus untuk menganiaya jemaat Kristen, dimana St. Paulus kemudian bertobat dan tidak lagi menjadi penganiaya Kristus.
Baca juga: Gebrakan PGRI Flotim Bersama Universitas Hamzanwadi Lombok Timur, Publikasi Jurnal Guru
Lalu, dengan iman akan kebangkitan Kristus, Dia dengan berani menjadi pembawa kabar gembira bagi kebangkitan Kristus, bagi orang-orang di Korintus,”terang Pater Dionisius.
Hal yang sama, dengan kesaksian St. Petrus, sebagai seorang Nelayan, saat menjawabi panggilan Tuhan.
“Dimana, St. Petrus sebagai nelayan, yang sudah kerja sepanjang malam untuk menangkap ikan, tapi tidak mendapatkan apa-apa, kemudian datanglah Yesus, yang bukan seorang nelayan menyuruhnya menebar jala ke tempat yang lebih dalam.
Meski, St. Petrus sempat protes karena merasa lebih tahu tentang keadaan di laut, namun karena Yesus sudah memerintahkannya, Dia pun ikut saja.
Dan, ternyata setelah St. Petrus membuang jala, Dia menangkap ikan yang begitu banyak.
Dia sangat heran. Lalu, Yesus memanggilnya, Petrus, sekarang Engkau bukan lagi menjala ikan, tapi menjadi penjala manusia,”sambung Pater Dion.
Ia bahkan menegaskan, ajakan Yesus ini, membuat Petrus merasa diri lemah dan berdosa di hadapan Tuhan.
Tapi, Tuhan tetap memilihnya. Ikuti Aku menjadi penjala manusia.
“Dan, Petrus pun, lalu dijadikan pemegang kunci kerajaan Surga.
Engkau Petrus, dan diatas batu karang ini, Ku dirikan GerejaKu.
Kunci kerajaan Allah akan kuberikan kepadamu,”ujarnya, lebih lanjut menukilkan betapa kesaksian tiga tokoh Gereja ini dengan latar kehidupan, tempat dan karakter yang berbeda, namun berani menyahuti panggilan Tuhan, sebagai orang berdosa, yang bertobat dan menjadi pewarta kabar gembira serta kebenaran bagi sesama, dalam kesetiaan panggilannya.
Pastor asal Indonesia, yang sudah puluhan tahun bertugas di Ghana ini, juga menceritrakan pengalamannya saat-saat bersama Tuhan, mengandalkan Roh Kudus, ketika melayani misa dan memberikan renungan kepada 5 Uskup se Afrika dan Superior General SVD, saat berkunjung ke rumah SVD di Afrika, pada tahun 2012, lalu.
“Awalnya, saat pimpin Misa pagi dan bawa renungan, Saya sempat gugup dan tidak mampu.
Baca juga: Semarak, Misa Pemberkatan Gereja Katolik St.Simon Petrus Lewopao
Saya sempat minta salah satu Uskup untuk bawa renungan, tapi kemudian Saya memberanikan diri, berdoa minta bantuan Roh Kudus untuk memampukan Saya.
Dan, syukurlah Saya bisa menjalankan tugas dengan baik.
Setelah itu, seorang Uskup datang bertemu Saya menyampaikan terima kasih.
Ini salah satu pengalaman Saya ketika mengandalkan Roh Kudus.
Apapun tantangan yang dihadapi, pasti bisa berjalan dengan baik dan lancar.
Karena itu, Yakinlah, Tuhan selalu memanggil Kita pada saatnya,”tambah Pater Dion menyakinkan.
Ia juga mengajak umat agar senantiasa membaharui diri, menjadikan pengalaman-pengalaman hidup, sebagai pembelajaran, untuk melanjutkan tugas-tugas panggilan Kita.
“Teruslah berdoa agar Roh Kudus selalu bekerja menggerakan, mengarahkan Kita kepada kebaikan dan keselamatan Kita semua.
Belajarlah dari ketiga panggilan Tuhan kepada orang berbeda, saat berbeda dan karakter berbeda, yang kemudian memberanikan diri menjadi pewarta kabar gembira dan kebenaran, agar hidup kita senantiasa diberkati setiap hari,”tutup Pater Dion.
Misa berjalan hikmad. Umat pun mengikutinya dengan baik dan tenang.
Hingga selesai perayaan ekaristi kudus, di Gereja yang direnovasi oleh PT. Telkom Indonesia, yang kemudian diresmikan Menteri BUMN Republik Indonesia, Rini Soemarmo, beberapa tahun lalu, atas permintaan langsung Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, saat itu.
(Delegasi.Com/BBO)
Bayangkan rumah yang bukan sekadar tempat tinggal, tetapi sebuah karya seni fungsional. Rumah minimalis modern,…
Bayangkan rumah mungil yang nyaman, di mana setiap sudutnya dirancang dengan cermat untuk memaksimalkan ruang…
Bayangkan sebuah rumah, bersih, lapang, dan menenangkan. Bukan sekadar tren, desain minimalis didasarkan pada prinsip-prinsip…
Bayangkan rumah yang bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga perwujudan harmoni antara manusia dan alam.…
Bayangkan sebuah hunian yang memadukan kesederhanaan minimalis dengan aura industri yang kokoh. Rumah minimalis dengan…
Rumah, tempat bernaung dan beristirahat, tak hanya sekadar bangunan. Ia adalah refleksi diri, sebuah ekosistem…