Berita  

JPIC Ajak Kemitraan Siap Advokasi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan di Flotim

Avatar photo
Siswa-Siswa Asrama St.Arnoldus Hokeng, Sta.Agnes Hokeng, dan juga para undangan Talkshow, Jumad,09/12/2022, Kiat Menghapus Kekerasan Perempuan dan Anak, di Susteran SSpS Hokeng, yang dihelat JPIC. (WAR/Delegasi.Com)

DELEGASI.COM,HOKENG – Salah satu komitmen yang dihasilkan dalam Talkshow Penghapusan Kekerasan Perempuan dan Anak, Rabu, 9 Desember 20220 di Susteran SSpS Hokeng adalah JPIC siap mengajak kemitraan melakukan Advokasi bagi Perempuan dan Anak korban kekerasan.

Baca Juga:

Pasca Kampanye Damai, JPIC Gelar Talkshow Penghapusan Kekerasan Perempuan dan Anak

Demikian rekaman pernyataan terbuka Koordinator Relawan Justice and Peace Integrity Creation (JPIC), Sr.Wilhelmina Kato,SSpS, saat tampil selaku moderator Talkshow, maupun saat diwawancarai Media, usai kegiatan.

Suster Wilhelmina Kato,SSpS selaku Moderator Talkshow, Jumad, 09/12/2022, sedang memimpin diskusi, dengan narasumber utama Romo Ece Muda, Pr, Anton Luli Uran dan Ibu, Adrian Mbaji. Serta Pembanding, Ben Liwu, Don Boruk dan Ibu Formin. (WAR/Delegasi.Com)

Menurut Sr.Wilhelmina Kato, pengalamannya mendampingi ratusan korban KDRT yang selama ini dimediasi oleh JPIC, di Kota Larantuka dan sekitarnya cukup suksess.

Ini membuktikan kalau kerjasama kemitraan berbagai unsur memiliki pengaruh yang luar biasa membantu penyelesaian setiap masalah.

Olehnya, sangat penting didorong keterlibatan berbagai pihak yang berkompeten, seperti Kepala Desa, Kepala Sekolah, Tokoh masyarakat, Tokoh agama, Aparat Penegak Hukum dan unsur lainnya.

Dikatakannya, kebersamaan seperti ajaran Biblis yakni cara hidup jemaat purba, dimana setiap relawan menyumbang sedikit-sedikit dari apa yang dimiliki, lalu mereka duduk bersama, menikmati bersama dan berbagi bersama suka duka hidup bersama, merupakan kekuatan besar untuk bisa menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi.

“Contohnya dengan makan malam kebersamaan usai Talkshow, bukan karena Saya suka makan, tapi Saya mau kalau akhir dari seluruh rangkaian kegiatan/perjumpaan, harus diakhiri dengan kegiatan makan bersama. Itulah kekhasan dan kekuatan kita,” ungkapnya.

Tanpa dukungan kebersamaan, kemitraan semua pihak menurut Sr. Wilhelmina, tidak bisa berbuat banyak hal .Dia mengajak untuk berjalan bersama.

“Dengan demikian, kita bisa membantu perempuan dan anak korban kekerasan di wilayah Wulanggitang, juga sekitarnya,” pungkas Sr.Wilhelmina Kato,SSpS, bersemangat.

Ia juga secara terbuka nyatakan, Susteran SSpS Hokeng siap menerima keluarga bermasalah untuk didampingi sampai dengan berdamai kembali. Termasuk jikalau secara terpaksa dilanjutkan ke jalur hukum.

Suster Wilhelmina lebih jauh menekankan, peran Kepala Desa, Kepala Sekolah, Tokoh Adat, juga Pemangku kepentingan lainnya amatlah dibutuhkan.

“Kita mau sosialisasikan JPIC dan Isu penghapusan kekerasan perempuan dan anak ke desa serta sekolah, tapi Kepala Desa maupun Kepala Sekolah tak menunjukkan keberpihakan yang kuat terhadap agenda ini juga sama saja. Sehingga butuh kesadaran Kepala Desa dan Kepala Sekolah untuk mulai menciptakan Desa serta Sekolah Ramah Perempuan dan Anak,”tegasnya, lagi.

Ia menambahkan, JPIC siap membangun kerjasama kemitraan dengan Kepala Desa dan Kepala Sekolah terkait isu penghapusan kekerasan perempuan dan anak.

Suasana Jamuan Makan Malam di Susteran SSpS, usai Talkshow Kiat Menghapus Kekerasan Perempuan dan Anak, Jumad,09/12/2022, Malam, yang dihelat Relawan Justice and Peace Integrity Creation (JPIC) pimpinan Sr.Wilhelmina Kato,SSpS. (WAR/Delegasi.Com)

Ajakan ini diamini para Narasumber Utama, Pembanding, serta peserta Talkshow. Romo Ece Muda,Pr, Anton Luli Uran, Adrian Mbaji, Ben Liwu, Don Boruk, dan Ibu Formin sepakat bahwa kekerasan perempuan dan anak di Wilayah Wulanggitang harus dihentikan.

Ia mendorong JPIC menjadi mitra utama seluruh desa dan sekolah untuk memeranginya.

“Saya kira, mulai saat ini Desa dan Sekolah, maupun komunitas lainnya harus bisa menggandeng JPIC dalam memerangi masalah ini, dengan memanfaatkan berbagai forum yang ada, untuk saling bertukar pikiran dan aksi nyata. Mulai dari forum Musrengbangdes, Posyandu, juga Penerimaan Rapor Siswa di sekolah, dan lainnya untuk bisa bersama Relawan JPIC mendiskusikannya,”saran Romo Ece Muda.

Hal yang sama disampaikan Don Boruk, yang juga Kades Boru Kedang, Wulanggitang.

Baginya, keterlibatan Lembaga Adat di desa juga sangat penting didorong, agar memperkuat ketahanan adat budaya di desa, yang menjadi akar dari tumbuh kembangnya sumber daya manusia di desa.

Pasalnya, selain faktor ekonomi dan perkembangan era digitalisasi yang begitu cepat dan kuat merusak generasi, yang menciptakan banyak kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, namun hilangnya peran lembaga adat di desa juga membuat banyak orang tercabut dari akar nilai-nilai budayanya.

Dirinya bahkan menceritrakan, salah satu caranya yang selama ini dilakukan adalah selalu melibatkan Lembaga Adat dalam setiap kegiatan di desa, untuk mengingatkan semua pihak agar selalu menghormati hak dan martabat perempuan dan anak.

“Bahkan, sebagai Kades, telah membuat Posyandu khusus Bapa-Bapa selama dua bulan sekali, guna mensosialisasi dan mengedukasi tentang pentingnya menghormati hak perempuan dan anak,”pungkas Don Boruk.

Sementara, Ben Liwu, Ibu Formin, Anton Luli Uran, Adrian Mbaji, dan Endi Namang, selaku Relawan JPIC berharap, butuh aksi nyata semua pihak untuk menghapus kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Jikalau ada pihak tertentu yang menemui masalah kekerasan perempuan dan anak, segera bawa ke JPIC untuk mendapatkan pendampingan,”tohok Ibu Formin, sembari menambahkan, hendaknya mulai saat ini Kita semua boleh menjadi duta JPIC kemanapun dan bagi keluarga kita masing-masing.

//delegasi (WAR)

Komentar ANDA?