SEBA, DELEGASI.COM – Di balik mimpi besar Paket 2M (Nikodemus Rihi Heke – Johanis Uli Kale) untuk menaikan status Kampus Akademi Komunitas Sabu Raijua (Aksara) dari Program Diploma Dua (D2) menjadi D3, rupanya ada tersimpan cerita miris seputar nasib para dosen.
Hal ini terungkap ketika salah seorang dosen Kampus Aksara berani menyampaikan unek-unek kepada Calon Bupati Sabu Raijua, Orient P. Riwu Kore di sela-sela kampanye terbatas Paket IE RAI di Desa Raemedia Kecamatan Sabu Barat, Sabtu (14/11) malam.
Dosen berinisial LR itu awalnya mengapresiasi tekad Paket IE RAI untuk menghadirkan univeritas di Sabu Raijua. Selanjutnya ia menyentil sederet persoalan yang selama ini dihadapi oleh para dosen Kampus Aksara. Antara lain mengenai penghapusan tunjangan daerah terpencil untuk para dosen sebesar Rp 500 ribu, tidak adanya penyesuaian gaji dosen lulusan S2, serta pembayaran gaji dosen yang tersendat dalam dua tahun terakhir.
Menurutnya, pembayaran gaji para dosen mulai tersendat sejak tahun 2018. Pada tahun 2019, gaji mereka selama setahun baru dibayar pada bulan Desember. Sedangkan di tahun 2020, para dosen baru menerima gaji di bulan Oktober. “Gaji kami untuk delapan bulan (Januari-Agustus) baru dibayar pada bulan Oktober,” ujarnya.
Berkaca dari persoalan di atas, dosen yang sudah mengabdi sejak tahun 2015 itu berharap, apabila kehadiran universitas benar-benar terwujud (bilamana IE RAI terpilih), maka kesejahteraan tenaga pengajar harus juga diperhatikan. “Dan kalau bapak terpilih, bagaimana dengan kampus (Aksara) yang sudah ada. Apakah akan ditinjau kembali atau seperti apa sikap bapak,” tanya dosen itu kepada Orient.
Menanggapi keluhan dosen tersebut, Cabup Orient Riwu Kore mengaku sangat prihatin dengan persoalan yang dihadapi para dosen Aksara. Sebab menurutnya, kesejahteraan dosen dan SDM lainnya yang ada di kampus, sangat berpengaruh terhadap kualitas dari output kampus itu sendiri. “Bayar gaji dosen saja sonde (tidak) lancar, tapi bermimpi untuk naikan status kampus. Ini artinya omong tinggi, tapi pelaksanaannya kosong,” kata Cabup yang berpasangan dengan Thobias Uly itu.
“Kita semua makan setiap hari, terus bagaimana kalau gaji diterima setahun sekali. Ini artinya tidak ada planning. Saya kuatir mutu output tidak bagus karena persoalan ini,” sambung Orient yang langsung disambut dengan tepuk tangan meriah dari masyarakat yang hadir dalam kampanye terbatas.
Orient menambahkan, IE RAI sudah punya planning untuk menghadirkan universitas apabila masyarakat mempercayakan mereka memimpin Kabupaten Sabu Raijua lima tahun ke depan. “Ini bukan pencitraan, tapi kami sudah punya planning untuk hadirkan universitas. Kenapa harus universitas? Ya karena banyak lowongan pekerjaan saat ini menerima lulusan sarjana,” katanya.
Usai kampanye, Orient lagi-lagi ditanya oleh wartawan soal masa depan Kampus Aksara itu sendiri, bila IE RAI terpilih menahkodai Sabu Raijua. Orient mengaku akan meninjau kembali keberadaan kampus itu. “Kita akan tinjau kembali. Yang pasti, kita harus juga memikirkan nasib mahasiswa, para dosen dan semua karyawan yang ada di kampus itu,” ungkapnya.
//delegasi(*/tim)