LARANTUKA-DELEGASI.COM–Korban perekruitan calon Pekerja Migran asal Nusa Tenggara Timur, yang diduga kuat non prosedural ke Malaysia dan Singapura, yang rentan Human Trafficking kembali terjadi.
Kali ini menimpa Katarina Kewa Tupen (21) Gadis asal Flores Timur, Pulau Adonara, Desa Lamabunga, Anak ke-3 pasangan Dominikus Domi Tiru dan Petronela Somi Nutu.
Kewa Tupen yang diimingi ke Singapura oleh Calo, Ahmad Yani setelah tiba di Medan, pasca direkruit kaki tangannya, di Kupang, kemudian ditampung di Medan, sebelum dikirim ke Singapura, berhasil diselamatkan oleh Pegiat Kemanusiaan asal Medan, Lusi Tampubolon dan jajaran Kepolisian Resort Kota Besar Medan, Polsek Percut Sei Tuan, Selasa, 29/03/2022, Malam.
Korban Kewa Tupen, yang ditampung di rumah Pelaku Calo Buruh Migran, Ahmad Yani, dan disekap di salah satu kamar, yang dikunci dari luar, serta sangat dibatasi ruang geraknya, bahkan makan pun diantar itu, berhasil dijemput dan dibawa ke :Kantor Polsek Percut Sei Tuan, Kota Medan, untuk diamankan, dan selanjutnya tinggal di rumah Keluarga Flobamorata, hingga kini.
Baca juga: Marciana Jone Ajak Semua Pihak Beri Perhatian Serius terhadap Masalah Human Trafficking
Aksi gerak cepat Ibu Lusi Tampubolon dan Aparat Polsek Percut Sei Tuan, serta Resort Kota Besar Medan, akhirnya menggagalkan seluruh rencana kerja jaringan Human Trafficking Kupang-Jakarta-Medan, untuk mengirim Katarina Kewa Tupen ke luar negeri, yakni Singapura.
Pasca ditampung di rumah diduga pelaku Ahmad Yani, dan disekap beberapa hari di salah satu kamar, setelah tiba di Medan.
“Iyah benar, Saya diselamatkan Ibu Lusi Tampubolon, dan Jajaran Polisi di Kota Besar Medan dari rumah Bos Ahmad Yani.
Baca juga: Padma Indonesia Aspresiasi Langkah Serius Presiden Jokowi Soal Human Trafficking di NTT
Serta koordinasi bersama Romo Beno, Pr, Pastor asal Nagekeo dan Ketua Dewan Pembina PADMA Indonesia, Gabriel Goa, dari Jakarta,”ujar Kewa Tupen, saat dihubungi Delegasi.Com,dari Adonara, Flotim melalui sambungan Telepon, Kamis, 31/03/2022, Pagi.
Katarina Kewa Tupen, Gadis asal Desa Lamabunga, Kecamatan Kelubagolit, yang pendidikannya tidak tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini, lebih jauh menceritrakan, sebelumnya Dia diimingi bekerja sebagai Pelayan Orang Jompo (Lansia) di Kota Medan, dengan gaji Rp. 2 juta per bulan, oleh salah seorang jaringan Ahmad Yani di Kota Kupang, yang biasa dipanggil Eflin.
“Saya diajak Eflin, yang mengaku orang Kupang, tapi ada keluarganya di Adonara, Waiwerang juga.
Dia memposting di Medsos miliknya. Lalu, Saya tertarik untuk ikut karena persyaratannya mudah dan cepat.
Hanya diminta KTP, Kartu Vaksin Covid-19 dan Kartu Keluarga.
Lalu, Dia minta nomor telepon, untuk dikasih ke Bosnya di Jakarta.
Kemudian, Bosnya menelpon Saya, menanyakan kesiapan mau bekerja di Medan sebagai Penjaga Lansia, dengan kontrak 2 tahun, gaji Rp. 2 Juta per bulan.
Saya sempat tanya, bukan penipuan kan, tapi dijawab oleh Bos, ini bukan penipuan.
Akhirnya, Saya menyatakan kesiapan, hingga dibockingnya tiket pesawat.
Lalu Saya disuruh naik pesawat dari Larantuka-Kupang, Senin, 21 Maret 2022, lalu ke Surabaya-Jakarta.
Tiba di Bandara Soekarno-Hatta, dijemput Bos Ahmad Yani, dan langsung terbang ke Medan, dengan biaya ditanggung perusahan PT. Mitra Asia Sehati,”beber Kewa Tupen.
Hanya saja yang membikinnya mulai curiga, lanjutnya, setelah tiba di Medan, Dia bukannya dibawa ke tempat kerja sesuai perjanjian, tapi ke sebuah Resto dengan alasan ikut pelatihan selama 2 hari.
Ini yang membuat Saya mulai tidak nyaman dan curiga. Serta bertanya-tanya kok harus ada pelatihan lagi.
Akhirnya, Saya tolak dan minta kembali ke Kantor Perusahan.
Tiba di Kantor Perusahan, Saya disuruh untuk cek up lengkap.
Tapi, Saya diam saja dan ikuti. Hingga akhirnya Saya diminta tandatangan Surat Kontrak.
Dan, dibuatlah surat pernyataan persetujuan orang tua, bahwa Saya Siap bekerja di Singapura.
Disinilah Saya tolak dan berontak untuk tidak mau berangkat.
Sampai Saya disekap dalam kamar, dan diselamatkan Ibu Lusi Tampubolon,Cs dan Jajaran Polsek Percut Sei Tuan dan Resort Kota Besar Medan, dan koordinasi Romo Beno, Pr, Gabriel Goa dari PADMA Indonesia, serta Keluarga Besar Flobamorata di Medan,”ungkap Kewa Tupen,.detail.
Sementara itu, Pegiat Kemanusiaan Asal Medan, Lusi Tampubolon saat berbicara dengan Delegasi.Com per telepon turut membenarkan kejadian ini.
“Iyah benar, Saya dan Suami, bersama Jajaran Polsek Percut Sei Tuan, Resort Kota Besar Medan, setelah berkoordinasi juga dengan Romo Beno, Pr, Pastor asal Nagekeo, Mbay di Medan, dan Gabriel Goa dari PADMA Indonesia, Jakarta, akhirnya langsung datangi Rumah milik Bos Perusahan PT. Mitra Asia Sehati, tempat Katarina Kewa Tupen, berada.
Dan, langsung membawanya keluar, setelah bernegosiasi dengan Satpam dan Bos Perusahan tersebut, yang sempat keberatan dan minta uang tebusan pengganti tiket pesawat dan lainnya sebesar Rp. 11 juta, yang sempat dinego jadi Rp. 7 juta.
Kami langsung bergerak ke Kantor Polsek Percut Sei Tuan, untuk diambil keterangan.
Lalu, selanjutnya Katarina Kewa Tupen dibawa ke Kompleks Pastoran Romo Beno, Pr, dan selanjutnya korban diminta tinggal bersama di rumah Keluarga dari Mbay-Manggarai, hingga kini,”tegas Lusi Tampubolon.
Pegiat Kemanusiaan yang bergerak sendiri dengan Suaminya, tanpa bernaung didalam Lembaga apapun, dengan misi kemanusiaan, yang sudah banyak menolong orang NTT dari korban jaringan Human Trafficking di Kota Medan ini mengungkapkan, kebahagiaannya bisa dalam waktu singkat menyelamatkan Korban Katarina Kewa Tupen.
“Terus-terang, Saya sangat bahagia, dan bersyukur kepada Tuhan, bisa secepat itu selamatkan Katarina Kewa Tupen, dari bahaya.
Kan, bisa jadi korban yang lebih fatal, jikalau Kami terlambat,”timpalnya, lagi.
Ia bahkan mewanti-wanti secara keras agar Pemerintah Pusat, Propinsi NTT dan Kabupaten/Kota, khususnya di NTT, dalam hal ini Bupati Flores Timur, agar menyikapi serius hal ini agar jangan terulang lagi.
“Dinas Tenaga Kerja di Propinsi NTT, Kabupaten/Kota se NTT, khususnya Flotim, agar cepat menyikapi hal ini.
Harus ada sosialisasi ke masyarakat desa tentang Pekerja Migran, Perusahan yang bergerak, Human Trafficking dan aspek terkait lainnya,”tohoknya, serius.
Respons serius juga disampaikan Gabriel Goa, Ketua Dewan Pembina PADMA Indonesia, Jakarta, terkait kasus ini.
Dalam pernyataannya kepada Delegasi.Com, Gabriel Goa, menegaskan, rentannya human trafficking melalui jalur Medan, dengan target pekerja migran asal NTT, perlu diambil langkah serius kolaborasi bersama Pemerintah, Aparat Penegak Hukum, Lembaga Agama, Masyarakat dan Pers.
Hal ini penting untuk menyelamatkan anak bangsa, khususnya NTT yang kerap terjebak iming-iming perekruit melalui jalur instan non prosedural rentan human trafficking,”katanya, lagi.
“Olehnya, PADMA Indonesia mendesak Gugus Tugas Pencegahan dan Penahanan Tindak Pidana Perdagangan Orang, untuk berkoordinasi serius dengan Mabes Polri, Polda NTT dan Polda Sumut, untuk tindak tegas dan membuat jerah pelaku serta aktor intelektualis jaringan Migrasi Ilegal yang rentan human trafficking di NTT, melalui jalur Medan,”pungkasnya, tegas.
Tak hanya itu, jalur-jalur tikus seperti Jalur Barat (Kepulauan Riau, & Sumut), Tengah (Kalbar) dan Timur (Kaltara), harus ditutup/dibongkar,”sambung Gabriel Goa.
Ia juga mendesak Gubernur NTT dan Bupati/Walikota se NTT, agar serius melakukan sosialisasi pencegahan Migrasi Ilegal, yang rentan human trafficking.
Serta mempersiapkan calon pekerja migran NTT melalui Balai Latihan Kerja (BLK) Pekerja Migran, dan Layanan Terpadu Satu Atap (LTSA).
“Yang bisa bekerjasama dengan lembaga swasta dan agama, menciptakan rebranding pekerja migran NTT, memiliki kompetensi dan kapasitas, agar hisa bersaing di bursa pasar kerja internasional,”tandasnya.
Hal berikutnya, yang tak kalah pentingnya adalah memberdayakan sekolah-sekolah Vokasi di NTT untuk menyiapkan calon-calon Pekerja Migran Indonesia, yang berkualitas dan siap bersaing di bursa pasar international,”tutup Gabriel Goa, memberikan saran simpatik.
Ia berharap kasus Katarina Kewa Tupen ini, membuka pikiran Pemda, juga Masyarakat, Aparat Penegak Hukum dan Orang Tua, bahwa ancaman human trafficking melalui jaringan perekrut pekerja migran, terus terjadi dengan pola yang makin profesional.
Serta sulit dideteksi, sehingga harus dicegah sedini mungkin, dengan melibatkan berbagai elemen.
Bayangkan rumah yang bukan sekadar tempat tinggal, tetapi sebuah karya seni fungsional. Rumah minimalis modern,…
Bayangkan rumah mungil yang nyaman, di mana setiap sudutnya dirancang dengan cermat untuk memaksimalkan ruang…
Bayangkan sebuah rumah, bersih, lapang, dan menenangkan. Bukan sekadar tren, desain minimalis didasarkan pada prinsip-prinsip…
Bayangkan rumah yang bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga perwujudan harmoni antara manusia dan alam.…
Bayangkan sebuah hunian yang memadukan kesederhanaan minimalis dengan aura industri yang kokoh. Rumah minimalis dengan…
Rumah, tempat bernaung dan beristirahat, tak hanya sekadar bangunan. Ia adalah refleksi diri, sebuah ekosistem…