ADONARA-DELEGASI.COM– Lagi, Yayasan Peduli Lewotanah Adonara (YLPA), yang bermarkas di Desa Waiburak, Adonara, Flores Timur, kembali menunjukkan ‘taji kemanusiaannya’, Rabu, 2 Juni 2021, dengan melakukan peletakan batu pertama pembangunan rumah korban banjir bandang Waiburak, bersama korban atas nama Baharuddin Bebe Corebima.
Sebagaimana liputan langsung Delegasi.Com, kegiatan kemanusiaan ini, berlangsung tepat pada pukul 07.00 WITA, di lokasi rumah lama Bebe Corebima, yang lenyap tersapu banjir bandang, Minggu Paskah Kelabu, 04/04/2021, pukul 01.00 WITA itu.
Baca juga: Jiwai Pancasila 1 Juni, YPLA Bangun Rumah ke 2 Korban Banjir Bandang Waiburak, Faisal Rahman Lion
Dihadiri sejumlah tokoh dan pengurus Yayasan, seperti Dewan Penasehat Sulaiman Bahrun, Muh. Ridwan, Dewan Pengawas Muh. Kabir Wahar, Sekretaris Yayasan Moh. Iqbal Enga, Bendahara Asgar Sulaiman.
Juga Korban Bebe Corebima, Warga sekitar dan para tukang.
Meski berjalan sederhana dan singkat, namun lancar.
Selaku Dewan Pengawas, Muh. Kabir Wahar, yang mewakili Yayasan, meletakan batu dan campuran semen-pasir, tanda dimulainya pembangunan kembali rumah Bebe Corebima, yang berada tepat di mata jalan raya, dekat jembatan Waiburak-Waiwerang yang ambruk, yang sebelumnya juga menjadi rumah kios jual buah-buahan dan bahan sembako lainnya.
Usai penandaan batu, semen, pasir, pengerjaan fondasi rumah dengan ukuran 4 x 10 Meter itupun dikebut tuntas hingga pukul 10.00 Wita, berkat bantuan tukang keluarga, dan warga sekitar yang sukarela membantu.
Bebe Corebima (33), korban selamat bersama istri, dua anak dan satu adiknya itu kepada Delegasi.Com disela-sela kegiatan pembangunan rumahnya, menjelaskan, rumah yang dibangun ini permanent, dengan tipe 4 x 10 Meter.
Sekaligus menjadi kios untuk melanjutkan kembali usaha ekonominya, yang lenyap,”katanya.
“Olehnya, atas bantuan Yayasan ini, Saya sekeluarga mengucapkan terima kasih banyak.
Semoga ini menjadi berkah buat Yayasan, juga para donatur yang telah menyumbang lewat Yayasan.
Tidak hanya material bangunan, namun semua jenis bantuan yang telah Kami terima sebelumnya, yakni sembako, pakaian, obat, peralatan perabot rumah dan lainnya.
Terima kasih banyak, terima kasih banyak, Tuhan dan Lewotanah memberkati semuanya. Amin,”ujar Bebe Corebima, tersenyum, sambil sesekali menyeka keringatnya, juga sedang melayani beberapa pembeli buah yang datang.
Ia lebih jauh membenarkan material bantuan Yayasan, berupa pasir, batu merah, semen, seng juga sebagiannya sudah ada di lokasi.
Selain dari pihaknya dan juga keluarga yang ikut membantu.
“Semoga lancar dan bisa cepat selesai. Serta mulai normal lagi,”tambahnya.
Sementara itu, terlihat Tukang, warga sekitar dan Pengurus Yayasan, terus gotong royong bersama kerja.
Ada yang kerja campuran semen, pasir. Ada pula yang kerja pasangan batu.
Sedangkan, Tukang Ardat Ishak kepada Wartawan sampaikan, siap membantu secara sukarela membangun.
“Hari ini fondasi saja dulu, dibantu Yayasan dan keluarga yang ada.
Kami tiga orang Tukang. Mudah-mudahan tidak ada halangan dan bisa cepat selesai,”tambahnya, singkat.
Pihak Yayasan, melalui Dewan Pengawas Muh.Kabir Wahar, juga Sekretaris Moh.Iqbal Enga, juga berharap semuanya berjalan lancar dan lekas selesai, agar para korban bisa kembali pulih hidupnya, serta memulai usaha ekonominya, demi keberlangsungan hidup bersama keluarga.
“Kami tentu akan bersama gotong royong sampai selesai,”pungkas Muh.Kabir, diamini Iqbal Enga.
Pantauan Media, jelang 2 bulan, tepatnya pada Jumat, 04/06/2021, aktivis warga korban banjir bandang, yang rumahnya lenyap,.rusak berat dan sedang, serta warga yang ikut terdampak, di Waiburak, baik di areal Dusun I kompleks Kantor Desa Waiburak, yang telah rata tanah, jalan raya dari Kios Bebe Corebima, Rumah Makan Lamongan, terus ke arah Bengkel Berkah sepanjang jalan raya ke Dusun Bele, mulai normal.
Rumah dan bangunan mulai tertata lagi, seperti Rumah Makan Lamongan, Warung Bakso Mas De, yang rata tanah, pun kini mulai tegak lagi.
Hal yang sama rumah-rumah di bagian belakang, terus ke Muara Sungai-Kali ke Mesjid Waiburak, mulai dibersihkan dan ditempati.
Sebuah Exvator juga sedang mengeruk kali, membersihkan material kayu, batu dan menatanya agar lebih memudahkan penanganan proyek normalisasi kawasan kali.
Demikian pula, dengan pemukiman warga yang rusak hancur di kompleks sebelah jembatan Waiburak-Waiwerang, dari arah Polsek Adotim, rumah Bapak Banjir Eke, Kelurahan Waiwerang, lalu Jembatan penyeberangan ke Bapak Almahrum Ben Lebu Raya, terus ke Waiburak.
Mulai terus ditata agar terlihat makin baik dan normal.
Terlihat para warga korban terdampak banjir bandang, baik di Kelurahan Waiwerang dan Waiburak, terus sibuk bekerja menata rumahnya, dan mulai buka usaha ekonominya.
(Delegasi.Com/BBO)
Ruang tamu, jantung sebuah rumah, kini bertransformasi. Tren minimalis, didorong oleh penelitian psikologis tentang keterkaitan…
Bayangkan sebuah ruangan, tenang, seimbang, dan penuh ketenangan. Itulah keajaiban seni dinding minimalis. Lebih dari…
Ruang sempit bukan lagi penghalang bagi hunian yang nyaman dan estetis. Faktanya, ilmu desain interior…
Bayangkan rumah yang bukan sekadar tempat tinggal, tetapi sebuah karya seni fungsional. Rumah minimalis modern,…
Bayangkan rumah mungil yang nyaman, di mana setiap sudutnya dirancang dengan cermat untuk memaksimalkan ruang…
Bayangkan sebuah rumah, bersih, lapang, dan menenangkan. Bukan sekadar tren, desain minimalis didasarkan pada prinsip-prinsip…