ROMA, Delegasi.Com – Kota Roma dan Tahta Suci Vatikan, Minggu, 22 September 2019, kembali menjadi saksi sejarah, dihelatnya Marathon bertajuk ‘Run for Peace’ – Berlari untuk Perdamaian.
Event yang mendunia ini, dimulai sejak 3 tahun lalu atas kerjasama antara Vatikan, dalam hal ini Dewan Kepausan untuk Budaya dan Dewan Kepausan untuk Dialog Antar Umat Beragama, Kelurahan Kota Roma dan Asosiasi Atletik Ringan Italia yang berkantor di Roma, serta didukung oleh Komunitas-komunitas lintas Agama di Roma,khususnya Yahudi, Islam, Protestan, Baha’i, Hindu dan Buddha.
Demikian keterangan resmi yang disampaikan Pater Markus Solo Kewuta,SVD, mewakili Tahta Suci Vatikan dan Gereja Katolik, kepada Delegasi.Com melalui rilis pers yang dikirim lewat pesan kawat Whatsappnya, Rabu, 25/09/2019, Siang, Pukul 15.00 Wita.
Pater Markus Solo,SVD lebih jauh menjelaskan, yang menjadi Koordinator utama dari pihak Dewan Kepausan untuk Budaya adalah Mansignor Melchior Sanches De Toca, UnderSecretary Kantor, yang juga awal tahun ini membentuk Team Olimpiade Vatikan.
Melchior Sanches De Toca juga, sebut Pater Markus Solo,SVD, pernah juga menghadiri pembukaan Olimpiade Musim Dingin di Korea Selatan, mewakili Tahta Suci Vatikan.
Sementara, Dirinya mewakili Dewan Kepausan untuk Dialog Antar Umat Beragama.
Dijelaskan pula, tahun 2017, tepatnya 17 September 2017, Marathon pertama untuk perdamaian berlangsung dengan baik, dengan partisipasi sekitar 4 ribuan orang.
“Peristiwa yang disambut baik dan mendapat gema media besar inipun, memperoleh dukungan penuh dari mana-mana. Komunitas-komunitas lintas agama pun semakin merasakan pentingnya peristiwa seperti ini. Oleh karena tantangan terhadap perdamaian dan kerukunan juga semakin kuat. Hal ini dirasakan juga oleh semua pihak penyelenggara,” katanya.
Misionaris asal Indonesia yakni sebuah kampung kecil, Dusun Lewouran, Flores Timur itu, lebih lanjut mengatakan, tahun 2018, persisnya, tanggal 22 September diadakan lagi Marathone disi II yang diikuti sekitar 5 ribuan peserta.
“Tetapi, saya hanya aktif mempersiapkannya. Tidak sempat hadir pada saat itu, karena sedang melakukan kunjungan Pastoral ke Australia. Penyelenggara Marathon Run for Peace ini adalah Dewan Kepausan untuk Budaya dan Dialog Antar Umat Beragama, serta Kelurahan Kota Roma dengan Atletik Ringan Italia yang didukung oleh berbagai komunitas lintas agama di Italia,” pungkasnya, bersemangat.
Dia menambahkan, tahun ini adalah tahun khusus karena Kedutaan Uni Emirat Arab dan India terlibat di dalamnya.
Ia menyebut, alasan keterlibatan UEA adalah karena penandatanganan dan terbitnya Dokumen Abu Dhabi bulan Februari lalu antara Paus Fransiskus dan Imam besar Al-Azhar, Ahmed al-Tayyib.
Dokumen itu, berjudul ‘Human Fraternity’ atau ‘Persaudaraan Insani’ yang mengajak semua umat manusia, khususnya Kristiani dan Muslim, untuk memajukan kerjasama di berbagai bidang untuk perdamaian dan keharmonisan bersama.
“Segala macam konflik harus dihindari. Berhenti pula menginstrumentalisasi atau mempolitisasi agama, mengutuk segala macam bentuk kekerasan atas nama agama, memajukan budaya dialog, budaya silahturahmi dan budaya perdamaian itu sendiri,”tandasnya.
Sedangkan kehadiran Kedutaan India berkenaan dengan tahun ini dunia merayakan hari kelahiran Mahatma Gandhi yang ke-150.
“Dimana, Negara India menyumbangkan sejumlah besar medali Mahatma Gandhi kepada para pemenang dan semua penyelenggara. Hal ini mau menekankan bahwa perdamaian melalui jalan tanpa kekerasan adalah jalan ideal. Sport melalui lari marathone adalah sebuah contoh untuk mengabarkan kepada dunia, betapa perdamaian itu penting. Dia bisa diraih tanpa kekerasan,”timpalnya.
Sementara terkait hadiah, Pater Markus Solo,SVD sampaikan, hadiah utama 1, 2 dan 3 mendapat piala. Sedangkan yang lainnya berupa medali Mahatma Gandhi berkenaan dengan 150 tahun kelahiran Gandhi tahun ini, yang disponsori Negara India melalui Kedutaannya di Roma.
Wakil Presiden Yayasan Noastra Aetate di Vatikan, yang bertugas mendidik para duta perdamaian di seluruh dunia itu, bahkan mengisahkan, “Sebuah insiden menarik terjadi, ketika Kami menerima medali-medali Mahatma Gandhi. Saat itu, Saya berdiri bersama Rabbi Giacomo dari Komunitas Yahudi Italia dan Imam Saleh dari Mesjid Raya Roma, mewakili Komunitas Islam Italia. Dimana, setelah membagi pada deretan Kami, ternyata Imam Saleh harus bersabar, karena medalinya kurang satu. Dan, Panitia harus kembali mengambilnya di suatu tempat. Setelah 5 menit berlalu, Panitia belum juga kembali. Melihat itu, Rabbi Giacomo mengeluarkan medalinya dari leher, dan menyerahkannya kepada Imam Saleh dengan ucapan: Saudaraku, Saya bisa menunggu. Kalau tidak ada pun tidak soal. Medali ini saya berikan untukmu. Dan dirinya menjadi saksi, sebuah aksi yang tidak biasa dan penuh nuansa itu.
Tak lama kemudian, Panitia kembali lalu memberikan sebuah medali Gandhi kepada Rabbi Yahudi. Dan, Kami bertiga turunan Abraham pun mengenakan medali Gandhi (Hindu) bersama. Rasanya kemesraan ini pun janganlah cepat berlalu,”tulis Pater Markus Solo Kewuta, SVD mengakhiri tulisan kawatnya tersebut.
//delegasi (BBO)
Bayangkan rumah yang bukan sekadar tempat tinggal, tetapi sebuah karya seni fungsional. Rumah minimalis modern,…
Bayangkan rumah mungil yang nyaman, di mana setiap sudutnya dirancang dengan cermat untuk memaksimalkan ruang…
Bayangkan sebuah rumah, bersih, lapang, dan menenangkan. Bukan sekadar tren, desain minimalis didasarkan pada prinsip-prinsip…
Bayangkan rumah yang bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga perwujudan harmoni antara manusia dan alam.…
Bayangkan sebuah hunian yang memadukan kesederhanaan minimalis dengan aura industri yang kokoh. Rumah minimalis dengan…
Rumah, tempat bernaung dan beristirahat, tak hanya sekadar bangunan. Ia adalah refleksi diri, sebuah ekosistem…