Jakarta, Delegasi.Com – Anugerah terindah sering datang tanpa diduga. Inilah yang dialami Anastasia Clara Tjia. Tidak terlintas dalam benaknya, dia dibaptis Paus Fransiskus, pada perayaan Paskah 2019 di Vatikan.
“Saya tidak menduga sama sekali. Saya sangat bersyukur dan bahagia. Tidak semua orang mengalami peristiwa ini, dibaptis oleh Paus. Ini suatu mukjizat bagi saya. Ini sebuah jawaban atas doa dari suami saya,” kata Vivi panggilannya, seperti dirilis BeritaSatu.com.
Wanita asal Surabaya ini mengisahkan, suaminya mendaraskan Rosario tiap hari. Tidak pernah berhenti selama 30 tahun.
Dalam doa Rosario, Andreas Andiono, suaminya, memohon kepada Bunda Maria agar suatu saat nanti Vivi dibaptis.
“Saya percaya, ini jawaban atas doa Rosario suami saya. Ternyata Bunda Maria memberi lebih apa yang diharapkan suami saya. Ini anugerah luar biasa, mendapat kesempatan untuk dibaptis, bahkan dibaptis Paus Fransiskus,” kata Vivi.
Dari delapan orang yang dibaptis oleh Paus saat itu, dia menjadi satu-satunya orang Indonesia. “Dari informasi seorang romo yang sudah 12 tahun bertugas di Vatikan, belum ada orang Indonesia yang dibaptis oleh Paus, khususnya selama 12 tahun terakhir,” ujar wanita kelahiran Makassar ini
.
Menurutnya, menjadi Katolik adalah sebuah panggilan yang tidak mudah untuk dijalani. Dia harus menjalani katekumenat selama hampir 2 tahun dengan 60 kali pertemuan. Sebuah masa persiapan yang cukup lama.
Sebelum menjadi Katolik, dia adalah penganut Buddha yang taat. Dia sering kali mengunjungi tempat suci agama Buddha. Bahkan dia ke Tibet untuk belajar agama dengan Dalai Lama.
Vivi sebenarnya mengenal agama barunya sudah cukup lama karena suaminya seorang Katolik yang taat.
Perayaan ekaristi diselenggarakan di rumahnya setiap tahun. Pada suatu saat, begitu perayaan ekaristi selesai, Vivi diminta untuk memberikan sambutan. Pada waktu itulah, tanpa disadari, dia mengucapkan minta dibaptis tahun depan.
Setelah Vivi mengucapkan kalimat itu, barulah dia sadar mengapa dia mengucapkannya. Padahal, dia tidak pernah memikirkan sebelumnya. “Tidak mungkin saya pindah keyakinan, karena saya seorang penganut Buddha yang sangat taat. Saya tidak tahu bagaimana melukiskan perasaan saya saat itu. Permintaan untuk dibaptis itu keluar begitu saja, tanpa saya sadari. Setelah tahun berganti, saya malu ketika bertemu romo dan suster, karena saya masih belum juga dibaptis,” katanya.
Pada April 2017, Vivi dengan sungguh-sungguh menyatakan keinginannya untuk mempelajari agama Katolik supaya bisa dibaptis pada 2018.
Namun, karena persyaratan katekumenat belum mencukupi, akhirnya rencana itu ditunda hingga 2019.
Yang dinanti akhirnya tiba pula. Pada Desember 2018, seorang suster memberi tahu, permintaannya untuk dibaptis Paus diterima. Dia seolah tidak percaya dengan kabar itu.
Akhirnya Vivi memilih nama permandian Clara. Santa Clara memang diperingati tiap 11 Agustus, sama seperti tanggal dan bulan lahirnya.
Setelah dibaptis, Vivi merasa sering mendapatkan mukjizat. “Saya merasa hidup saya kini pun menjadi lebih bermakna untuk sesama,” ujarnya.
//delegasi(BeritaSatu/ger)
Belgia adalah negara yang kaya akan budaya dan sejarah, salah satu keindahan destinasi wisata yang…
Delegasi.com - Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Rote Ndao kembali mengambil langkah maju dalam penguatan…
Delegasi.com - Bawaslu Kabupaten Kupang langsung menanggapi laporan dugaan Politik Uang yang dilakukan salah satu…
Delegasi.com - Tokoh aktivis perempuan dan lingkungan hidup Nusa Tenggara Timur (NTT), Aleta Baun mengatakan…
Delegasi.com - Insiden mengejutkan terjadi saat kampanye dialogis pasangan calon gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT)…
Delegasi.com - Kelompok Mahasiswa di Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) yang tergabung dalam…