LARANTUKA, DELEGASI.COM – Perayaan Kamis Putih untuk mengenangkan Perjamuan Malam Terakhir Yesus bersama para MuridNya di Yerusalem, sebelum diserahkan untuk dijatuhi hukuman mati, akrab dengan sebuah kata, yakni ‘Perintah atau Mandat’, dalam Bahasa Inggrisnya ‘Maundy’.
Kata Mandat, berasal dari kata Latin ‘Mandatum’, yang berarti Perintah, seperti dikisahkan di dalam Injil Yohanes 13:34: ‘Aku memberikan perintah baru kepada Kamu, yaitu supaya Kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi Kamu, demikian pula Kamu harus saling mengasihi,” tulis Padre Marco Solo Kewuta,SVD, Anggota Dewan Penasehat Kepausan, asal Indonesia, dalam refleksi Kamis Putih 2020 yang dikirim kepada Delegasi.Com, melalui kawat Whatshapnya, Kamis, 09/04/2020, Malam.
Menurutnya, Kamis Putih adalah saat kita merayakan pemberian Perintah Baru ‘Cinta’ oleh Yesus yang dilegasi melalui Ekaristi Kudus dan Pembaharuan Janji Imamat oleh para Imam, yang di-mandatkan juga untuk merayakan apa yang Yesus lakukan di Malam Perjamuan Akhir itu untuk mengenang Dia.
“Perintah Yesus untuk saling mengasihi, ditunjukan juga melalui pembasuhan kaki.
Dia memberikan contoh kepemimpinan yang menghidup, roh seorang hamba dan pelayan,”sambungnya.
Bacaan pertama (Keluaran 12: 1-8. 11-14), berbicara tentang perjamuan ritual pembebasan dan tanda simbolis perlindungan.
Lalu, pembacaan kedua (1 Korintus 11:23-26) menyajikan Perjamuan Tuhan sebagai tanda untuk memperingati Kematian dan Kebangkitan Yesus.
Kemudian, Episode Penginjil Yohanes tentang Pembasuhan Kaki (Yohanes 13:1-15), adalah panggilan untuk mencintai dan mengasihi, dan panggilan kepada penghampaan diri terhadap Tuhan dan kesejahteraan sesama manusia,”ulas Padre Marco lebih dalam.
“Keramahan di dalam tradisi Yahudi, disimbolkan melalui penawaran air dan pembasuhan kaki di gerbang pintu, dan juga jasa pelayanan seorang budak.
Bagi orang yang bebas, untuk mencuci kaki orang lain. Artinya, dia mengambil posisi sebagai budak.,”katanya, lagi.
Padre Marco menegaskan, Ajakan Yesus untuk saling membasuh kaki adalah sebuah panggilan, bukan sebuah perintah atasan terhadap bawahan.
“Untuk Kita zaman kini, hal ini semata-mata sebuah panggilan untuk membagi sebuah jenis kasih dan perhatian khusus yang ditandai dengan nilai pengorbanan, mungkin juga sebuah kejutan (surprise) yang membahagiakan orang lain.
Nampak, Yesus berlaku adil, baik terhadap kawan maupun lawan.
Ia membasuh kaki Yudas yang mengkianatiNya dan Petrus yang menyangkalNya.
Panggilan adalah sesuatu yang berasal dari Tuhan.
Sifatnya universal, tidak pandang muka, tidak membeda-bedakan,”pungkasnya semangat.
Menurutnya, didalam konteks Proyek Kerajaan Allah, Kita dipanggil untuk melayani dengan semangat kerendahan hati, jauh dari interese-interese pribadi dan kelompok.
Kita melakukannya ibarat penabur yang menabur benih di tengah malam. Tugasnya adalah menabur, bukan menyelidiki mana tanah subur, mana tanah tandus, mana wilayah berbatu, mana wilayah rawa. Semuanya harus ditaburkan secara merata.
“Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan,”demikian Padre Marco, mengutip bacaan 1Korintus 3:6.
Dimana, segala sesuatu ada waktunya dan terjadi di dalam waktuNya.
“Yudas dan Petrus kemudian menyesal. Kasih tulus ikhlas dalam semangat seorang pelayan yang merubah secara radikal.
Kita melakukannya untuk menemukan jalan menuju keselamatan kekal.
Akan tetapi, kini dan disini, Kita memberikan kesaksian ini terhadap dunia sekitar Kita, agar mereka pun melihat ‘terang’ ini dan mengikuti jalan yang benar,”pungkas Padre Marco.
Ia pun mengajak, mari terus mencintai dan menghormati kesakralan Perayaan Ekaristi yang merangkul begitu banyak nilai kesucian dan mandat untuk saling mengasihi, agar Dia yang memerintahkan Kita untuk melakukannya, hadir di tengah Kita.
Sekalipun, Kita hanya mengenang dan merayakannya secara tidak langsung, karena Kita diwajibkan untuk tinggal di rumah masing-masing (Bahaya Covid 19).
Tetapi, Tuhan hadir di tengah-tengah Kita dan merayakan PerjamuanNya bersama dengan Kita.
Kepada Kita, Dia bersabda, “Terimalah dan Makanlah, dan seterusnya, Terimalah dan Minumlah, dan seterusnya.
Dia juga berfirman, ‘Sebab, Dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, disitu Aku pun ada di tengah-tengah Mereka,”bebernya mengutip Mat;18-20.
Padre Marco diakhir renungannya mengucapkan Selamat Merenungkan Peristiwa Kamis Putih bagi seluruh Umat. Tuhan Memberkati Kita.
//Delegasi.Com/BBO).
Myanmar, negara yang kaya akan budaya dan sejarah, juga menawarkan keindahan alam yang luar biasa,…
Laos, negara yang terkenal dengan kekayaan alam dan keindahan alamnya, memiliki banyak tempat wisata yang…
Afrika Selatan selalu menjadi destinasi yang memikat hati para wisatawan dengan kekayaan alam dan budaya…
Afrika Selatan terkenal dengan keindahan alamnya yang memukau dan sejarah budaya yang kaya, salah satu…
Pretoria, ibu kota administratif Afrika Selatan, adalah sebuah kota yang kaya akan sejarah, budaya, dan…
Afrika Selatan dikenal dengan keindahan alamnya yang menakjubkan, mulai dari pantai yang indah hingga pegunungan…