Padre Marco, SVD: Marilah Saling Mendoakan & Hiduplah Dengan Ajaran Luhur dan Mulia

Avatar photo
Padre Markus Solo Kewuta,SVD, Anggota Dewan Penasehat Kepausan Untuk Dialog Antar Umat Beragama. (PM/Delegasi.Com/BBO)

VATIKAN-DELEGASI.COM– Meski telah lewat hampir sepekan, namun peristiwa Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makasar, Ahad lalu yang bertepatan dengan perayaan Minggu Palma, masih menyisahkan kesan mendalam.

Termasuk dari Tahta Suci Vatikan.

Padre Markus Solo Kewuta, SVD, Anggota Dewan Penasehat Kepausan Untuk Dialog Antar Umat Beragama di Vatikan, dalam pesannya kepada Media, turut memberikan kabar bahwa Paus Fransiskus pun berdoa khusus terhadap apa yang telah terjadi di Makassar, agar tidak boleh saling membenci dan tetaplah tenang.

“Tidak terprovokasi dan teruslah berdoa bagi musuh-musuh.

Baca juga:  Pemprov NTT Akan Luncurkan Aplikasi ‘Dari Desa Menuju BAHTERA’, Ini Tujuannya!

Marilah, para Pemimpin agama dari berbagai agama, teruslah mengajarkan nilai-nilai luhur dan mulia kepada umat Kita masing-masing.

Jauh dari berbagai doktrin-doktrin yang mengandung unsur-unsur kekerasan.

Terbuka terhadap perbedaan-perbedaan iman dan agama.

Serta kesediaan untuk saling memaafkan, agar Kita boleh hidup rukun dan damai, “Terang Padre Marco, Pendeta asal Indonesia, yang bugar di Tahta Suci Vatikan, saat ini.

Padre Markus Solo Kewuta, SVD saat menerima kedatangan Bapak HMJusuf Kalla, mantan Wapres Republik Indonesia, di Vatikan, beberapa waktu lalu. (PM / Delegasi.Com / BBO)

 

Padre Marco menyampaikan, Paus Fransiskus sama sekali tidak mengutuk peristiwa itu.

Berhenti berdoa. Doanya memiliki pesan yang sangat kuat.

Bukan tanda sebuah kelemahan, “katanya, lagi, saat diwawancarai wartawan, termasuk dari Rumah Kebudayaan Nusantara, Jakarta.

Ia bahkan menceritrakan, saat menyinggung tentang kemungkinan yang lebih buruk, yang bisa terjadi seandainya, pelaku bom bunuh diri bisa masuk ke wilayah dalam, atau ke dalam Katedral, bertahan masih berlangsung Misa, tidak aktif berhenti, karena tidak bisa lagi bicara.

“Saya berusaha membendung rasa sedih dan haru, tapi tidak bisa.

Baru pertama kali, Saya mengalami seperti ini.

Selain penghargaan yang diberikan, dan merasa tak sesuai dengan hakekat Anugerah Palma, yang adalah Anugerah Raja Damai, juga Saya bersyukur dalam haru terhadap Tuhan yang menghindari malapetaka terbesar, “pungkasnya, lagi.

Lebih dari itu, lanjut Padre Marco, dirinya punya nostalgia dengan Gereja Katedral Makasar.

Yakni, pada Misa Minggu Pertama Advent 2009, pernah mendampingi Almahrum, Kardinal Tauran, Presiden Dewan Kepausan Untuk Dialog Antar Umat Beragama di Vatikan, merujuk Misa.

“Katedral Makasar penuh dengan umat sampai di halaman Gereja.

Lagu-lagu dan Tarian indah mengiringi Misa hari itu.

Dimana, Pertama kali pula dalam hidupnya Kardinal kelahiran Perancis itu, Misa dalam Bahasa Indonesia, “kenang Padre Marco, penuh rasa haru.

Suasana bathinnya itu, sambung Padre Marco, hingga wawancara sedikit jedah, sampai membuat wartawan pun kaget.

Namun, akhirnya dialognya pun bisa selesai.

Padre Marco, bahkan secara terbuka mengungkapkan kalau perasaannya itu, tentu juga menyenangkan oleh banyak orang.

Olehnya, Dia berharap, dengan peristiwa tragis ini, bisa membawa semua pihak untuk lebih dekat dan terus membangun toleransi, memasuki peristiwa Jumad Agung, yang dirayakan hari ini, mengenang kisah sengsara Tuhan Yesus Kristus yang memikul Salib-Nya hingga wafat, dan bangkit pada hari Raya Paskah keselamatan dan kemenangan bagi seluruh umat manusia. Amin.

(Delegasi.Com/BBO)

Komentar ANDA?