DELEGASI.COM, HOKENG – Komitmen kuat menghapus kekerasan terhadap perempuan dan anak, terus ditunjukkan Relawan Justice Peace and Integrity Creation (JPIC).
Pasca menggelar aksi turun ke jalan mengkampanyekan secara damai semangat anti kekerasan terhadap perempuan dan anak, beberapa hari lalu, kini JPIC mempertajam komitmennya, dengan menggelar Talkshow ‘Kiat Menghapus Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di Indonesia, Khususnya di NTT, di Susteran SSpS Hokeng, Jumat 9 Desember 2022 Sore.
Sejumlah narasumber dihadirkan, yakni Romo Ece Muda,Pr (Sarjana Psikologi Anak), Anton Luli Uran dan Ibu (Keluarga Berpengalaman), Ardianus Mbaji (Konsultan Hukum).
Sementara Narasumber Pembanding yakni: Ben Liwu, Don Boruk dan Ibu Formin.
Talkshow dimoderatori Suster Wilhelmina Kato,SSpS.
Peserta Talkshow dari unsur Kepala Desa, Orang tua, para guru, Tim PKK Desa, para Suster dan Siswa/Siswi Asrama Sta.Agnes Hokeng, St.Arnoldus dan St.Emaus Hokeng, yang berjumlah tak kurang dari 100 orang.
Giat Talkshow berlangsung semarak dan semangat anti kekerasan terhadap Perempuan dan Anak di Indonesia, khususnya NTT, dengan Thema ‘Kiat Menghapus Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak, dimulai Pukul 16.00 WITA, dipandu MC Berto Namang.
Sejumlah masalah, isu dan solusi yang dibedah secara tajam dan mendalam oleh para narasumber dan pembanding.
Salah satunya menyangkut banyaknya kekerasan terhadap anak, dengan batasan usia anak yakni 0-18 tahun sesuai UU No.23 Tahun 2002 Perlindungan Anak baik di keluarga, sekolah dan masyarakat.
Termasuk pengaruh maraknya teknologi komunikasi seperti Handphone Android yang banyak mempengaruhi anak-anak, akibat keluasan yang diberikan orang tua bagi anak menggunakan HP tanpa kontrol yang baik.
Juga termasuk fenomena maraknya pernikahan dini, yang berdampak pada tidak terjaminnya pendampingan anak secara baik, juga pada tumbuh kembang karakter anak pada fase-fase usia selanjutnya.
Hal ini disampaikan Narasumber Antonius Luli Uran dan Pembanding Ben Liwu, Ibu Formin serta Ben Boruk.
“Iyah, kontrol Orangtua menjadi sangat penting sejak anak Nol tahun hingga Lima Tahun.
Ini yang dinamakan Usia Emas Anak.
Dalam usia ini anak harus dirawat dan dijaga dengan benar oleh Orangtua.
Sebab, karakter yang terbentuk pada usia emas ini, akan terbawa sampai pada usia selanjutnya.
Yakni saat memasuki usia sekolah PAUD/TK, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.
Juga bagi lingkungan masyarakat sekitarnya,”terang Romo Ece Muda, diamini Anton Uran, Ben Liwu dan Ibu Formin.
“Ada anak di Keluarga dijaga baik karakternya oleh Orangtua, tapi saat di Sekolah, atau Masyarakat bertemu Anak-Anak lainnya, bisa berubah karakternya.
Sehingga ini penting untuk dimonitoring oleh Orangtua setiap waktu.
Juga para guru di sekolah dan lingkungan masyarakat umumnya,”tambah Romo Ece Muda.
Sementara Ben Boruk menukik pada faktor penyebab menjamurnya teknologi HP Android di kalangan anak.
Sehingga penting untuk diantisipasi oleh Orangtua.
“Boleh memberikan HP Android tapi harus dibatasi, diedukasi tentang batasan pemakaian kepada anak oleh Orangtua.
Demikian juga bagi para guru di sekolah, harus dikontrol dan dibatasi secara ketat.
Sambil diberikan edukasi yang baik dan benar dalam menggunakan HP Android, supaya Anak tahu membedakan mana yang baik dan benar,”ujar Ben Boruk.
Pada bagian lainnya, isu kekerasan terhadap perempuan, atau KDRT, semua narasumber berpendapat sama yakni faktor ekonomi yang lebih banyak menjadi faktor penyebabnya. Selain faktor sosial budaya.
“Lebih banyak ketidaksiapan ekonomi keluarga, saat mulai menjalani hidup bersama ketika Orangtua hadapi kebutuhan anak dan keluarga lainnya.
Disinilah faktor yang paling rentan terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
Apalagi, keluarga yang diawali dengan pernikahan dini dan tak ada kesiapan suami istri, serta tak ada komunikasi yang baik.
Masing-masing tertutup dan tidak terbuka, mau sendiri-sendiri.
Olehnya, butuh saling terbuka, bicara dari hati ke hati, maka semuanya bisa cair dengan sendirinya,”ujar Anton Luli Uran dan Romo Ece.
Kemudian faktor budaya patriarki, yakni dominasi kaum pria kepada wanita.
“Terkadang Suami, maunya menjadi superior. Selalu dilayani Istri kapan saja.
Padahal, Istri sedang sibuk dengan kegiatan di dalam rumah,”ujar Ibu Formin.
Sementara, Pembanding Don Boruk melihat justru faktor utama terjadinya KDRT, seperti banyak kasus selingkuh, Karena banyak keluarga yang tercabut dari akar budayanya.
Pernikahan yang dibangun diatas akar budaya yang kuat.
Banyak keluarga yang tidak takut lagi dengan sanksi dan hukum Adat.
“Banyak HP Android membuat Keluarga lupa diri. Bergaul bebas di dunia Maya, keluar dari akar budayanya,”ujarnya.
Karena itu, Dia meminta agar perlu diperkuat lagi peran tua-tua adat, untuk selalu memberikan pendampingan nilai adat budaya bagi keluarga, agar tidak terjebak dengan dunia modernisasi dan era digitalisasi.
Terkait ini, Romo Ece Muda dan Anton Luli Uran memberikan saran agar intensitas komunikasi keluarga sangat perlu dilakukan.
“Suami Istri perlu terbuka satu sama lain.
Terkait penggunaan HP Android ini perlu keterbukaan antara Suami Istri, dalam hadapi bahaya HP Android.
Apapun, jikalau selalu bicara dari hati ke hati agar tetap cair dan bisa menepis hal-hal negatip dari bahaya HP Android,”tambah Romo Ece dan Anton Uran.
Tak kalah cerdas, Narasumber Pembanding memberikan resep jitu bagi kaum perempuan, agar tetap urus diri, jaga kecantikan agar Suami jangan selingkuh.
Diskusi hangat ini berlangsung hingga suasana di halaman Gua Maria Sustersan SSpS, gelap.
Peserta Dialog dan Diskusi tetap bertahan, duduk dan mengikuti dengan baik sampai pukul 19.00 WITA.
Meskipun, Materi yang dibahas masih berlanjut.
Hingga berita ini dikirim Redaksi Delegasi.Com, sekitar pukul 19.00 WITA, Moderator Talkshow Suster Wilhelmina Kato,SSpS, terus memainkan tajinya.
//delegasi(WAR)