Palu, Delegasi.com – Aktivis, peneliti dan penulis George Junus Aditjondro meninggal dunia di Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu, 10 Desember 2016 sekitar pukul 05.45 Waktu Indonesia Tengah. Ia meninggal dalam perawatan di Rumah Sakit Bala Keselamatan di Jalan Woodward, Palu, Sulawesi Tengah.
“Duka mendalam wafatnya seorang tokoh reformasi. Guru dan mentor politik saya semasa mahasiswa di Salatiga: George Junus Aditjondro. Rest in peace,” tulis Menteri Tenaga Kerja (Menaker) Hanif Dhakiri lewat akun Twitter-nya @hanifdhakiri seperti dilihat detikcom, Sabtu (10/12/2016) pagi.
Kabar meninggalnya George ini juga disampaikan aktivis HAM Andreas Harsono lewat akun Facebook-nya. “Dia adalah mentor saya ketika saya sedang belajar di Salatiga, Jawa Tengah, pada 1980-an,” sebutnya.
Semasa hidup, mendiang George dikenal karena sejumlah tulisannya yang menyoroti bisnis Keluarga Cendana yang menurutnya sarat dengan korupsi, kolusi dan nepotisme. Ia aktif juga menulis soal bisnis militer Indonesia.
George lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, pada 27 Mei 1946.
Ia pernah jadi wartawan untuk Tempo. Pada 1994 dan 1995, nama George Aditjondro menjadi dikenal luas sebagai pengkritik pemerintahan Soeharto mengenai kasus korupsi dan Timor Timur. Ia sempat harus meninggalkan Indonesia ke Australia dari 1995 hingga 2002. Ia dicekal oleh rezim Soeharto pada Maret 1998.
Di Australia ia menjadi pengajar di Universitas Newcastle dalam bidang sosiologi. Sebelumnya, saat di Indonesia ia juga mengajar di Universitas Kristen Satya Wacana.
Sepulangnya dari Australia, ia menulis beberapa buku kontroversial.
Saat hendak menghadiri sebuah lokakarya di Thailand pada November 2006, ia dicekal pihak imigrasi Thailand yang ternyata masih menggunakan surat cekal yang dikeluarkan Soeharto pada 1998.
Pada akhir Desember 2009, saat peluncuran bukunya Membongkar Gurita Cikeas, ia dituduh melakukan kekerasan terhadap Ramadhan Pohan, seorang anggota DPR RI dari Partai Demokrat, yang kemudian melaporkan kejadian tersebut kepada polisi.
Beberapa lama setelah peluncuran bukunya terakhir, Membongkar Gurita Cikeas: Di Balik Skandal Bank Century, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan keprihatinannya atas isi buku tersebut. Buku itu sempat ditarik dari etalase toko walaupun pada saat itu belum adaa keputusan hukum terhadap peredaran buku ini.
Di Palu, ia pernah bergabung dengan Yayasan Tanah Merdeka. Di organisasi nonpemerintah yang dibidani kelahirannya oleh Sosiolog Arianto Sangadji ini, George meneliti dan menulis soal silang sengkarut operasi militer dan polisi di Poso selama konflik sosial berlangsung di daerah itu. Ia pernah menulis soal bisnis dan peredaran senjata illegal di daerah konflik. Soal korupsi lunsum prajurit di daerah konflik pun pernah ditulisnya.//delegasi (dtC)
Myanmar, negara yang kaya akan budaya dan sejarah, juga menawarkan keindahan alam yang luar biasa,…
Laos, negara yang terkenal dengan kekayaan alam dan keindahan alamnya, memiliki banyak tempat wisata yang…
Afrika Selatan selalu menjadi destinasi yang memikat hati para wisatawan dengan kekayaan alam dan budaya…
Afrika Selatan terkenal dengan keindahan alamnya yang memukau dan sejarah budaya yang kaya, salah satu…
Pretoria, ibu kota administratif Afrika Selatan, adalah sebuah kota yang kaya akan sejarah, budaya, dan…
Afrika Selatan dikenal dengan keindahan alamnya yang menakjubkan, mulai dari pantai yang indah hingga pegunungan…