Kupang, Delegasi.com – Pernyataan politik calon bupati ManggarainTimur Andreas Agas yang menyebut ‘leko leles’ menuai reaksi keras banyak pihak. Agas dinilai mencederai proses demokrasi di Manggarai Timur saat ini.
Salah satu tokoh masyarakat Manggarai Timur di Kupang, Marthinus Nahas yang juga Ketua Ikatan Keluarga Manggarai Raya (IKMR) Kupang menyayangkan pernyataan Andreas bisa terpeleset seperti itu.
Menurut Nahas, dalam era demokrasi langsung dimana rakyat mutlak memiliki hak untuk menentukan pilihannya sendiri, tanpa ada tekanan atau paksaan dari pihak lain.
“Kesepakatan para pemimpin seperti itu (kalau benar ada) benar benar mengabaikan hak demokrasi rakyat Manggarai Timur secara keseluruhan,” tegas Nahas kepada delegasi.com, Sabtu(24/3/2018).
Nahas menegaskan, kalau benar pernyataan politik Andreas Agas begitu, lalu bagaimana dengan rakyat di kecamatan lain seperti Lambaleda, Poco Ranaka Timur, Borong, Elar, Rana Mese, Sambi Rampas?
Kalau mau mendapatkan kekuasaan menurut Ketua IKMR Kupang itu mestinya melalui dengan cara yg dapat diterima akal sehat dan diterima masyarakat umum, dengan program pembangunan kesejahteraan rakyat, dengan reputasi yg baik.
Sebab lanjut Nahas, kekuasaan itu milik publik bukan milik pribadi siapa-siapa yang dengan gampang dibagi-bagi, dipindahtangankan kesana kemari – aku leso hoo e hau diang-.
“Sayang memang orang terpelajar seperti pak Ande Agas bisa terpeleset seperti itu,” tandas Nahas.
Sementara itu Dosen Sosiologi Universitas Nusa Cendana Kupang, Lasarus Jehamat yang dihubunbi secara terpisah menilai politik leko lime atau leko leles hanya terjadi pada zaman batu. dalam konteks kekinian tidak dipakai.
Karena menurut Jehamat, Politik bukan kerja gotong royong. Politik itu kerja rasional yang sangat kontestatif.
Maka, hanya yang berkualitaslah yang bisa.
“Pernyataan Andreas Agas cenderung dibaca sebagai bentuk ketidakpercaya diri dia dalam berpolitik. Lalu, ketika menyebut leko leles, dia kurang paham esensi politik liberalis dengan tingkat persaingan yg sangat ketat,” tandas Jehamat.
Seperti dirilis flores post.co, Andreas Agas, ketika menggelar kampanye terbatas di Kelurahan Rongga Koe Kecamatan Kota Komba, Selasa (20/3/2018) mengatakan tahun ini adalah tugas orang Kota Komba untuk ‘leko leles’ karena sudah 10 tahun bupatinya dari Kota Komba.
Ia mengatakan kini giliran orang Pocoranaka, yang memimpin Manggarai Timur. Menurutnya, hal itu sudah dikukuhkan dalam ritual adat di rumah gendang Mokel sebelum Andreas Agas dan Yosef Tote mancalonkan diri pada pilkada sebelumnya.
“Kali ini , ulu eta mai (calon bupatinya dari Poco Ranaka) dan wakilnya se mai (dari) Kota komba , ini baru ‘leko leles’namanya karena sudah diresmikan melalui ‘dara kaba’ ( dara kerbau) di gendang Mokel” ungkap Andreas Agas.
// delegasi(ger wisung)
Editor: Hermen Jawa
Rumah minimalis, dengan kesederhanaannya yang elegan, kini semakin dipercantik dengan sentuhan desain geometris. Bentuk-bentuk geometris,…
Bayangkan sebuah rumah yang dihiasi pintu minimalis, bukan sekadar pembatas ruangan, tetapi sebuah karya seni…
Bayangkan rumah yang tenang, harmonis, dan memancarkan kedamaian. Itulah esensi dekorasi rumah minimalis ala Jepang,…
Rumah minimalis, lebih dari sekadar tren, merupakan refleksi dari kebutuhan manusia modern akan efisiensi dan…
Ruang tamu, jantung sebuah rumah, kini bertransformasi. Tren minimalis, didorong oleh penelitian psikologis tentang keterkaitan…
Bayangkan sebuah ruangan, tenang, seimbang, dan penuh ketenangan. Itulah keajaiban seni dinding minimalis. Lebih dari…