KUPANG,DELEGASI.COM–Kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dalam program desa model yang dilaksanakan oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Provinsi NTT di 22 Desa Model di NTT menyasar Ibu Hamil, Ibu Menyusui, Balita dan anak Sekolah Dasar. PMT Desa/Kelurahan Model menggunakan bahan pangan lokal yang dimasak Tim Penggerak Pembinaan Keluarga Sejahtera (TP-PKK Desa/Kelurahan Model) alias bebas dari makanan siap saji/pangan instan.
Demikian disampaikan Kepala Dinas PMD Provinsi NTT, Viktor Manek saat dikonfirmasi Tim Media ini di Dinas PMD NTT, Jumat (16/07/21).
“PMT Desa/Kelurahan Model yang dilaksanakan oleh Dinas PMD NTT yang di laksanakan di 22 Desa/Kelurahan Model bertujuan untuk mencegah terjadinya stunting. Karena itu kami menyasar Bumil, Busui, Balita hingga anak SD. Jadi kalau ada Ibu yang mulai hamil (0 bulan, red), kami langsung intervensi dengan PMT,” jelas Kadis Viktor Manek.
Menurutnya, PMT adalah salah satu kegiatan yang dilaksanakan di 22 Desa/Kelurahan Model yang dibentuk Dinas PMD NTT.
“Ketua PKK mengusulkan kegiatan dan anggaran (sesuai jenis makan yang akan dimasak, red). Kemudian PKK membeli bahan makanan (bahan lokal, red), lalu dimasak bersama oleh ibu-ibu PKK. Masing-masing penerima PMT membawa peralatan makan sendiri dan makan bersama di tempat yang disepakati. Jadi kami tidak menggunakan makanan siap saji atau instan,” tandasnya.
Menurut Viktor Manek, menu makanan yang dimasak dalam kegiatan PMT di 22 desa, kandungan gizinya sama tapi jenisnya pangan berbeda, tergantung bahan pangan yang tersedia di desa/kelurahan tersebut. Selain itu, bahan makanan yang dipilih untuk dimasak adalah bahan makanan yang segar.
“Jadi ada karbohidrat dan sayur serta protein seperti: nasi, sayur,daging ayam kampung, ikan, telur ayam kampung dan lain-lain” jelasnya.
Pelaksanaan kegiatan PMT desa model, lanjut Viktor Manek, Dinas PMD NTT bekerja sama dengan Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) desa/ kelurahan dengan mentransfer dana melalui rekening tim PKK. Selanjutnya dana tersebut dicairkan koordinator PKK dengan persetujuan Kepala Desa/Lurah. Lalu dibelanjakan untuk kegiatan PMT.
“Jadi saat pelaksanaan, kita dapat data ibu hamil, ibu menyusui, dan balita dari posyandu, lalu dananya kita transfer ke koordinator PKK desa/kelurahan kemudian dicairkan dengan persetujuan Kepala Desa/Lurah. Setelah itu, dananya dipakai untuk belanja bahan makanan untuk PMT”, bebernya.
Selain itu, kata Viktor, kegiatan PMT dilakukan di lokasi yang telah disepakati bersama antara penerima manfaat dan PKK. Para penerima manfaat kegiatan PMT juga membawa tempat makan dari rumah masing-masing.
“Lalu mereka makan bersama dilokasi yang sudah disepakati bersama,” ujar Viktor.
Viktor Manek juga menjelaskan, bahwa penerima manfaat kegiatan PMT di 22 Desa Model tidak hanya Ibu hamil kekurangan energi kronis (Bumil KEK) dan balita kurus, tetapi juga ada ibu menyusui, balita, serta anak PAUD dan SD. Tujuannya adalah untuk mencegah masalah stunting sejak dini, mulai dari anak yang masih dalam kandungan sampai anak SD.
“Jadi dalam intervensi kegiatan PMT, tidak hanya untuk Bumil KEK dan Baluta Kurus, namun menyeluruh karena konsepnya adalah pencegahan stunting dan pemberdayaan masyarakat. Kita juga ingin cegah stunting sejak dini dan menghasilkan generasi yang bebas dari stunting,” jelasnya lagi.
Kegiatan PMT, kata Kadis PMD NTT itu, dilaksanakan selama 10 bulan di tahun 2020 dimana ada 5 hari kegiatan PMT di desa model dilaksanakan setiap minggu, mulai dari hari Senin sampai Jumat. Program tersebut masih akan berlanjut hingga tahun 2021.
Dalam memilih desa model, lanjutnya, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Diantaranya desa tersebut harus ada Kampung KB, Rumah Pangan Lestari, PAUD dan beberapa syarat lain. Dalam program desa model, aktivitas yang dilakukan tidak hanya PMT saja, tetapi ada kegiatan pemberdayaan lainnya yang bersifat menyeluruh.
Menurut Manek, Desa Model tersebut memiliki kegiatan lain seperti menganyam dan menenun bagi lansia. Kegiatan pendampingan PAUD seperti pelatihan guru PAUD agar bersertifikat, membuat pagar, tandon air dan alat permainan edukasi kreatif agar tercipta PAUD yang terakreditasi.
“Lalu ada pembagian bibit sayur dan ternak ikan Lele. Juga ada pengembangan minat dan bakat remaja. Misalnya pembuatan lapangan voli, futsal, pelatihan menenun bagi remaja putri, sanggar budaya dan lain lain,” urai Viktor.
//www.delegasi.com (*/tim)