LARANTUKA-DELEGASI.COM–Pasca diselamatkannya Katarina Kewa Tupen (21), Gadis asal Desa Lamabunga, Pulau Adonara Flores Timur, dari tangan Jaringan Human Trafficking NTT-Medan, di lokasi penampungan PT. Mitra Asia Sehati, di Tebung, Jalan Bersama Ujung Dekat Galon Air Rizki Water, Medan, Plat Mobil BK 1962 VK, oleh Tim Pegiat Kemanusiaan bersama Kepolisian Resort Kota Besar, dan Polsek Percut Sei Tuan, Polda Sumut dan Polda NTT, didesak segera mengejar dan menangkap jaringan Perdagangan Manusia, NTT-Jakarta-Medan, ke pelosok Kabupaten/Kota.
Demikian pula, Pemerintah Daerah, melalui Dinas Tenaga Kerja dan Sosial, termasuk di Flores Timur, agar serius melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang Human Trafficking, untuk mencegah korban-korban berikutnya.
Baca juga: Kewa Tupen, Korban Calon Pekerja Migran Asal Adonara-Flotim Diselamatkan Pegiat Kemanusiaan di Medan
Desakan dan peringatan keras ini dilontarkan Ketua Dewan Pembina PADMA Indonesia, Gabriel Goa dari Jakarta dan Pegiat Kemanusiaan, Lusi Tampubolon, dari Medan, saat dihubungi terpisah Delegasi.Com, Kamis, 31/03/2022, Siang.
“Kasus Katarina ini peringatan keras bagi Pemprop NTT, Kabupaten Flotim dan Kabupaten lain di NTT, Polda NTT dan Jajaran Polresnya, serta elemen masyarakat lainnya, bahwa Jaringan Perdagangan Manusia, yang menyasar Pekerja Migran untuk dikirim ke Malaysia dan Singapura, masih menjadikan NTT sebagai target operasinya, yang menggunakan Medan dan Kepulauan Riau sebagai pintu keluar-masuk.
Dan, ini harus diputuskan. Pelaku-pelaku harus ditangkap dan diadili,”tegas Gabriel Goa.
Pemprop NTT dan Pemda Kabupaten/Kota, seperti Flotim, yang kini salah satu warganya menjadi korban, harus tanggapi serius.
Bangun Balai Latihan Kerja Pekerja Migran, dan Layanan Terpadu Satu Atap, tingkatkan kompetensi, ketrampilan dan profesionalitas pekerja migran, agar bisa bersaing di Bursa Pasar International, dan mencegah korban-korban Human Trafficking berikutnya,”ungkap Gabriel Goa.
Hal yang sama ditegaskan Pegiat Kemanusiaan Lusi Tampubolon.
Menurutnya, kasus Katarina Kewa Tupen ini membuktikan kalau jaringan perdagangan manusia, Medan-Kupang, NTT, ada dan makin profesional bekerja, menyasar Anak-Anak Gadis, yang masih muda, polos dan berpendidikan rendah, sehingga gampang dirayu, ditipu dan diiming-iming berbagai kemudahan, serta menggiurkan.
“Dan, ini masalah yang serius, sehingga Polisi harus dikejar, diusut, dibongkar dan ditangkap pemain-pemainnya.
Baik yang sedang beroperasi di Kupang-Jakarta dan Medan.
Karena rupanya Medan, menjadi pintu keluar masuk jaringan ini ke Malaysia-Singapura,”tohoknya.
Pemerintah Daerah Propinsi NTT, juga Kabupaten/Kota se NTT, harus berupaya mencegah warganya, melalui Dinas Sosial, Tenaga Kerja untuk mensosialisasikan tentang Pekerjja Migran dan bahaya Human Trafficking,”sambung Lusi Tampubolon.
Pasalnya, sebut Dia, ditengah situasi kelesuan ekonomi akibat Pandemi Covid-19, dan banyak tawaran pekerjaan yang menggiurkan, membikin orang berani ambil jalan pintas.
Apalagi, pemain jaringan perdagangan manusia, pun makin profesional, menyasar anak-anak muda, dengan tingkat pendidikan yang rendah dan ekonomi keluarga yang sedang susah.
“Nah, kasus Katarina asal Adonara, Flores Timur-NTT ini, menjadi warning serius bagi Pemda Flotim, juga orang tua dan masyarakat, serta Pemprop NTT, supaya terus meningkatkan sosialisasi kepada seluruh pihak akan bahaya human trafficking dan mencegah korban lainnya.
Berhati-hatilah dengan iming-iming informasi bekerja di tempat lain seperti Medan, tanpa mencari tahu melalui jalur resmi Pemerintah,”sergahnya.
Untung saja, sebut Lusi Tampubolon, bisa gerak cepat bersama Polisi Resort Kota Besar Medan dan Polsek Percut Sei Tuan, Selasa, 29/03/2022, Malam, dan langsung bawa keluar dengan selamat Katarina Kewa Tupen dari rumah penampungan, milik Pelaku, yang juga pemilik Perusahan PT. Mitra Asia Sehati.
Jika tidak, nasib Katarina Kewa Tupen, bisa lebih buruk.
Pasalnya, Dia sudah disekap beberapa hari sejak tiba di Medan, Selasa, 22/03/2022.