KUPANG, DELEGASI.COM – Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar aksi membersihkan sampah di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Oenaek Camplong dalam rangka merayakan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) pada Senin (10/08/2020).
Kegiatan tersebut menggandeng sejumlah mitra BBKSDA NTT yakni; Masyarakat Mitra Polhut (MMP), Kader Konservasi, PDAS Noelmina-Benenaen, pegawai BBKSDA NTT, Perwakilan masyarakat yang tinggal di sekitar area TWA Oenaek Camplong, Tokoh Adat dari Gunung Mutis, perwakilan Dinas Badan Linkungan Hidup Daerah Kabupaten Kupang dan insan pers.
Dari aksi tersebut, peserta berhasil mengumpulkan 1.050 kilogram sampah yang diangkut dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Kota Kupang.
BBKSDA NTT juga membagikan anakan pohon (mangga dan salam) kepada peserta untuk ditanam sebagai bentuk partisipasi dalam mendukung upaya konservasi alam yang digalakan pemerintah (BBKSDA, red).
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Nusa Tenggara Timur (BBKSDA NTT), Timbul Batubara pada kesempatan bicaranya mengungkapkan bahwa Konservasi Alam Nasional merupakan bagian dari upaya serius Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sesuai amanah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem tanggal 10 Agustus tahun 1990.
“Tujuannya untuk menjamin kelestarian manfaat yang berkesinambungan dan perlindungan ciptaan Ilahi yang memiliki manfaat besar bagi kelangsungan hidup manusia,” tandas Timbul Batubara.
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem, lanjut Timbul Batubara, juga mengemban amanah strategis dan penting dalam menjaga kelestarian keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan Nasional di kanca global.
Kemudian, lanjutnya, berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 22 tahun 2009 tanggal 10 Agustus 2009 sebagai Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN), maka sejak saat itu semarak aksi peringatan HKAN terus dilakukan setiap tahunnya untuk mengkampanyekan pentingnya pelestarian sumber daya alam bagi kesejahteraan masyarakat.
“Termasuk mengedukasi dan mengajak masyarakat berperan aktif dalam menyelematkan ekosistem alam,” ujar Timbul Batubara.
Menurutnya, semarak Road to HKAN telah bergaung di seluruh Indonesia sejak awal bulan Agustus 2020 di Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur. Road to HKAN 2020 mengusung tema “Negara Rimba Nusa, Merawat Peradaban Menjaga Alam.”
Tema ini, katanya, sengaja diangkat guna menggugah hati anak bangsa untuk bangkit dan sadar serta peduli dan menjaga alam raya Indonesia.
Ajakan ini digambarkan dalam logo HKAN 2020 yang mengangkat potret Orangutan Morio (Pongo Pygmeus Morio) yang merupakan satwa endemik Kalimantan Timur, yang juga bagian dari kekayaan bangsa yang harus kita jaga dan lestarikan.
Semarak Road to HKAN 2020 juga bergaung sampai di bumi Flobamora, Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan agenda antara lain serentak Aksi Bersih Sampah, Pelepasliaran Satwa dan Ngobrol Pagi bersama Media.
Aksi pembersihan kawasan alam, kata Timbul Batubara, telah dilakukan sejak tanggal 6 Agustus 2020 di 21 (dua puluh satu) resort.
“Kita juga melakukan aksi serentak bersih sampah di seluruh kawasan konservasi yang dikelola Balai Besar NTT di tingkat Resort, pelepasan tukik (anak penyu, red) dari Taman Wisata Alam (TWA) Menipo dan Taman Buru (TB) Bena sebanyak 238 ekor, penyerahan sebanyak 500 bibit tanaman, pembagian 100 buah tumble dan 150 masker,” bebernya.
Timbul Batubara menjelaskan, Perayaan HKAN tahun 2020 mengusung tema “Negara Rimba Nusa, Merawat Peradaban Menjaga Alam. Tema ini sengaja diangkat guna menggugah hati anak bangsa untuk bangkit dan sadar serta peduli dan menjaga alam raya Indonesia.
Ajakan ini, tambahnya, digambarkan dalam logo HKAN 2020 yang mengangkat potret Orangutan Morio (Pongo Pygmeus Morio) yang merupakan satwa endemik Kalimantan Timur, yang juga bagian dari kekayaan bangsa yang harus dijaga dan dilestarikan.
Menurut Timbul Batubara, dipilihnya Taman Wisata Alam (TWA) Oenaek-Camplong sebagai lokasi kegiatan bertujuan untuk memberi contoh kepada masyarakat. “Salah satu upaya kampanye konservasi dan edukasi kepada masyarakat, terutama masyarakat sekitar bahwa TWA Camplong adalah kawasan wisata alam harus identik dengan Keindahan, Kebersihan, dan Kenyamanan,” paparnya.
Oleh karena itu, lanjut Timbul Batubara, pihaknya menghimbau semua pihak agar selalu bersama-sama menjaga kawasan wisata alam di NTT, khususnya TWA Camplong sehingga bersih dari sampah.
“Hidup bersih harus menjadi budaya dan kebutuhan setiap orang,” pintanya.
Dengan lingkungan yang bersih, jelasnya, akan memberi dampak positif dalam banyak hal, antara lain; kualitas hidup kita akan menjadi lebih baik, sehat dan cerdas.
“Mari Kita Bangkit, optimis jaga dan lestarikan alam kita, untuk sekarang dan masa yang akan datang,” ajaknya mengakhiri pembicaraannya.
//delegasi (hermen/gerwis)
Myanmar, negara yang kaya akan budaya dan sejarah, juga menawarkan keindahan alam yang luar biasa,…
Laos, negara yang terkenal dengan kekayaan alam dan keindahan alamnya, memiliki banyak tempat wisata yang…
Afrika Selatan selalu menjadi destinasi yang memikat hati para wisatawan dengan kekayaan alam dan budaya…
Afrika Selatan terkenal dengan keindahan alamnya yang memukau dan sejarah budaya yang kaya, salah satu…
Pretoria, ibu kota administratif Afrika Selatan, adalah sebuah kota yang kaya akan sejarah, budaya, dan…
Afrika Selatan dikenal dengan keindahan alamnya yang menakjubkan, mulai dari pantai yang indah hingga pegunungan…