Satu Jam Spesial Bersama Jusuf Kalla di Vatikan

Avatar photo
Padre Marco Solo Kewuta,SVD (kiri/kacamata) bersama Mantan Wapres Indonesia Dua Kali, Muhammad Jusuf Kalla (Tengah) saat berada di Museum Borobudur di Vatikan, baru-baru ini. (PM/Delegasi.Com/BBO)

VATIKAN, DELEGASI.COM – Jusuf Kalla, Mantan Wakil Presiden Indonesia, pada periode 2004-2009 era Presiden SBY dan 2014-2019 era Presiden Jokowi, diundang khusus ke Vatikan bertemu Paus Fransiskus, Jumat (23/10/2020).

“Beliau datang untuk bertemu Paus Fransiskus atas undangan Komisi Tinggi Dokumen Abu Dhabi ‘Persaudaraan Insani’ (Human Fraternity) yang ditandatangani oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar al-Azhar, Dr.Ahmad al-Tayyib di Abu Dhabi, 4 Februari 2019 itu.

Jusuf Kalla ikut dipilih oleh Komisi Tinggi Dokumen Abu Dhabi, untuk menjadi salah satu Anggota Dewan Yuri, dari 6 orang untuk menominasi penerima Zayed Award dari Dokumen Abu Dhabi, yang akan diserahkan pada Hari Ulang Tahun ke-3 Dokumen ‘Bersejarah’ ini, pada 4 Februari 2021, mendatang.

Tim Yuri Internasional itu diterima Paus Fransiskus pada 23 Oktober 2020, Pagi, di Istana Keuskupan Vatikan. Pertemuan mereka berlangsung selama satu jam. Dan, sangat spesial.

Demikian rilis berita yang dikirim langsung oleh Anggota Dewan Penasehat Kepausan asal Indonesia, yang menangani Dialog antar Umat Beragama, Padre Markus Solo Kewuta,SVD dari Tahta Suci Vatikan, Sabtu, 24 Oktober 2020, Pagi.

“Selama satu jam Pak Jusuf Kalla berada sangat dekat dengan Paus Fransiskus. Itu sesuatu yang sangat spesial,”kata Padre Marco,SVD yang Kantornya didaulat menerima dan menemani Jusuf Kalla saat berkunjung ke Taman Borobudur dan Kapel Sixtin di Museum Vatikan usai bertemu Paus Fransiskus.

Ia juga menerangkan, sebelumnya, Kantornya dikontak oleh KBRI untuk Tahta Suci Vatikan, untuk agenda dimaksud.

“Dan, Kantor Saya juga sangat mendukung, karena kehadiran Pak JK di Vatikan, adalah bagian penting dari upaya membumikan Dokumen Abu Dhabi, yang juga merupakan salah satu tugas Dewan Kepausan untuk Dialog antar Umat Beragama, tempat Saya bekerja.

Padre Marco Solo Kewuta,SVD (tengah) bersama Bapak Jusuf Kalla beserta rombongan di Museum Vatikan, belum lama ini. (PM/Delegasi.Com/BBO)

 

Apalagi, Ketua Komisi Tinggi Dokumen Abu Dhabi dari pihak Katolik adalah Kardinal Petinggi Kantor Saya,”ujar Padre Marco,SVD.

Jusuf Kalla, tulis Padre Marco, SVD, adalah seorang Pengusaha sekaligus Politikus sukses. Dan, semua orang pasti sangat mengenalnya.

“Termasuk Saya sebagai WNI, sekalipun sudah lama berdomisili di Eropa, Saya juga mengenal Beliau dan segala perkembangan karir politiknya. Paling kurang lewat Media.

Tak pernah terbayangkan, kalau hari ini Saya bertemu Pak JK di Vatikan dan menghabiskan satu jam bersamanya,”ungkap Padre Marco, penuh gembira.

Lebih lanjut Pastor asal Indonesia-Flores ini menceritakan, sekitar setengah jam sebelum JK dan rombongan datang, pihaknya sudah menanti di pintu belakang Quattro Cancelli yang berhadapan dengan Taman Vatikan, Basilika Santo Petrus dan Istana Kepausan.

Sekitar pukul 11.45 Pagi, rombongan yang didampingi oleh Ibu Lina bersama Staff KBRI untuk Tahta Suci Vatikan,serta Pak Danang dari Staff KBRI untuk Italia, tiba di Quattro Cancelli.

“Ibu Lina lantas memperkenalkan Saya kepada Pak JK. Serta merta Pak JK menyalami Saya, “Selamat bertemu Romo Markus”. Saya kembali menyalami Beliau sambil menyebut namanya. Kami semua hanya bisa semua bersenyum ria dari balik masker dan bersalaman ala kadarnya, tetapi tidak mengurangi rasa gembira Kami sebagai Orang Indonesia,”tulisnya lagi.

Bahkan, Ahli Islamologi dari Universitas al-Azhar Kairo, Mesir ini pun sangat memuji sosok Jusuf Kalla.

“Kesan pertama saya, Pak JK, orangnya sangat ramah, terbuka, komunikatif dan mudah bersahabat.

Jadi, cepat sekali akrab, seperti sudah pernah bertemu berkali-kali. Apalagi, Kami sama-sama berasal dari Timur Nusantara. Tidak juga dekat sekali, karena Sulawesi dan Flores jauh. Paling kurang logat bicara Kami sama-sama kental ketimuran.

Itu sudah sesuatu yang mendekatkan Kami secara Linguistik. Logat Bahasa bisa powerful.

Lantas, Saya jelaskan kepada Pak JK bahwa ada aturan ukur suhu tubuh sebelum pergi lebih jauh dari situ.

Sebenarnya, Saya sudah klarifikasi hal ini dengan petugas penjaga pintu Quattro Cancelli sebelum kedatangan Pak JK.

Tapi, ini aturan Vatikan untuk setiap pengunjung tanpa kekecualian. Jadi, Pak JK juga harus buat.

Ketika menjelaskan ini kepada Pak JK, Beliau serta merta mengatakan: Tidak apa-apa Romo. Tadi Saya juga sudah ukur suhu sebelum bertemu dengan Paus. Tapi, ini kan aturan di sini.

Saya merasa legah dan berkata dalam hati: Pak JK ini luar biasa. Sangat sadar dan patuh aturan.

Beliau memberikan contoh yang baik. Sebenarnya ukur suhu tubuh juga tidak repot-repot.

Jalan tiga meter ke titik telapak kaki.

Berdiri menghadap kamera dua detik. Lalu, kata pengukur: Beres,”bebernya.

Padre Marco, lalu lebih lanjut menukilkan, “Kami bergerak menuju Taman Borobudur di area Etnologi di lantai bawah Museum Vatikan.

Ketika ada jedah sedikit, Saya bertanya karena ingin tahu. Pak, bagaimana kesan pertemuan dengan Paus tadi?

Spontan Beliau menjawab: Bagus dan berkesan sekali. Pikiran-pikiran Paus sangat jelas dan menarik.

Saya tidak ingin bertanya lebih lanjut. Apalagi, jalan berkelok-kelok dan bertangga banyak. Jawaban itu saja sudah sangat menarik,”terangnya.

Tiba di Gerbang area Etnologi, sambung Padre Marco, yang terkenal sangat konsen dengan bidang Perdamaian Dunia, Toleransi dan Dialog antar Umat Beragama itu, rombongannya diterima oleh Padre Mapelli yang bertanggungjawab atas Departemen Etnologi.

“Beliau pernah dua kali ke Indonesia untuk urus Taman Borobudur ini. Pak JK merasa senang melihat Stupa Borobudur dan Patung Budha berukuran besar berdiri di ruang khusus beratap kaca.

Di Replika Borobudur yang dihadiahkan ke Vatikan sekitar sepuluh tahun lalu, Kami berdiri sejenak,”.

Pak JK lantas berkomentar: “Menarik. Di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, tapi referensi budaya dan turismenya adalah Borobudur, milik agama Budha.

Di India, yang mayoritas penduduknya memeluk agama Hindu, namun referensi budaya dan turismenya ialah Masjid Raya Taj Mahal.

Kami senyum dan mengangguk sepakat.

Lantas, Saya menyambung: Luar biasa Pak. Itu artinya, orang tidak lupa akan sejarah. Simbol toleransi agama,”tukas Padre Marco, lebih dalam.

Penting untuk diketahui, Museum Vatikan adalah salah satu Museum ternama dan terbesar di dunia.

Nama aslinya ‘Musei Vaticani’, dari Bahasa Italia.

Dalam bentuk jamak, artinya di dalam Museum itu ada banyak Museum dengan berbagai obyek bersejarah sepanjang dua ribuan tahun.

“Sebelum masa Covid-19, jumlah pengunjung bisa sampai 6 (enam) juta per tahun.

Jadi, Borobudur sudah menjadi obyek kekaguman banyak orang,”timpalnya, sekali lagi.

Usai dari Museum Vatikan, rombongan meninggalkan Padre Mapelli, dan bergerak menuju Kapel Sixtin.

Dalam perjalanan ke sana, Padre Marco pun menjelaskan kepada JK tentang sejarah Kapel Sixtin.

“Kapel ini dibangun oleh Paus Sixtus IV pada bagian kedua abad ke-15.

Ini menjadi penting dan terkenal karena, Pertama: Merupakan satu-satunya Kapel di dunia yang berisikan lukisan-lukisan Michael Angelo.

Dua lukisan yang terkenal sekali adalah penciptaan manusia pertama (Adam), dimana Tuhan dan Adam berbaring sambil merentangkan tangan ke arah satu sama lain, pertanda saling merindukan dan saling mencari, tetapi jari telunjuk mereka tidak bisa bersentuhan.

Dan, lukisan terkenal lainnya adalah pengadilan terakhir.

Kedua: Kapel Sixtin adalah tempat pemilihan para Paus yang dikenal dengan nama Konklav (dengan kunci: di balik ruang tertutup),”bebernya.

Mendengar itu, JK pun menyambung, “Oh, yang ada asap hitam dan putih itu,”.

“Lalu, Saya pun menjelaskan secara ringkas apa itu Konklav dan bagaimana prosedur pemilihan seorang Paus. Pak JK pun nyambung lagi : Oh, jadi sangat demokratis,”pungkasnya, menarik.

Padre Marco,SVD menambahkan, saat di Kapel Sixtin, Pak JK memilih untuk berdiri saja, supaya lebih leluasa melihat keindahan lukisan-lukisan Michael Angelo di abad pencerahan (renaissance) itu.

Beliau kelihatan sangat kagum.

Sayangnya, oleh karena terbatasnya waktu, dan mengingat Beliau harus bergegas ke Bandara Leonardo da Vinci, untuk terus ke Riyadh dan Mekah di Arab Saudi, maka kunjungannya berhenti di sini.

Meski demikian, dalam perjalanan kembali, Saya sempat berbicara dengan Pak JK, tentang berbagai hal, termasuk Sikon politik Indonesia saat ini.

JK sempat nyatakan, suhu politik tanah air naik turun. “Ada banyak Demo,”katanya.

Baik JK dan Padre Marco,SVD berharap situasi ini segera berakhir.

Pada kesempatan itu, JK mengajak Padre Marco,SVD untuk bertemu kembali di Jakarta.

JK sangat tertarik untuk bahas lebih banyak soal dialog lintas agama, untuk perdamaian dan kerukunan hidup antar umat beragama.

“Iyah, dengan hati senang, Saya menyambut keinginan dan ajakan Beliau (JK).

Di pintu keluar, Kami sempat berfoto bersama. Sebelum berpisah, Saya membisik halus ke Beliau: Pak, jangan lupa selalu pakai Masker yah.

Covid-19 dimana-mana sedang menular drastis.

Beliau pun angguk sambil menepuk bahu pengganti jabat tangan,”nukilnya, lagi.

Yah, ini sebuah pertemuan indah dengan banyak pesan eksplisit dan implisit, yang pasti akan selalu membekas di dalam hati dan ingatan.

Kalaupun, banyak hal akan hanyut terkikis oleh waktu, maka minimal satu hal ini menarik untuk dikenang: Dari Jakarta ke Vatikan, lalu ke Riyadh dan Mekah, kemudian kembali ke Jakarta.

“Sebuah perjalanan penuh makna dan pesan. Semuanya untuk Dokumen Abu Dhabi, ‘Persaudaraan Insani’.

 

//delegasi (BBO)

Komentar ANDA?