JAKARTA, DELEGASI.COM – Presiden ke-6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menyatakan hubungan diplomatik Indonesia dan Amerika Serikat (AS) tidak akan terpengaruh jika petahana Donald Trump atau sang rival, Joe Biden, memenangkan pemilihan presiden pada 3 November mendatang.
“Hubungan bilateral Indonesia dan Amerika Serikat tidak semata-mata ditentukan oleh dari mana presidennya, Partai Demokrat atau Partai Republik,” kata SBY dalam siniar yang ia bagikan di akun Facebook resmi miliknya, Jumat (30/10).
Jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) AS, SBY mengamati situasi memang di Negeri Paman Sam memang semakin panas. Selain kasus infeksi virus corona AS yang terus meningkat, masyarakatnya pun terbelah antara kubu Trump dan kubu Biden.
ertentangan pendapat pun seperti itu pun dia temukan di Indonesia. Ia melihat ada sebagian yang menginginkan Trump kembali menjabat sebagai presiden.
Alasannya, karena dari Partai Republik, Trump dianggap tidak akan ikut campur urusan dalam negeri Indonesia, tidak ikut mempersoalkan isu hak asasi manusia juga isu perubahan iklim.
Ada juga yang berpendapat Trump bakal membawa hubungan ekonomi maupun bisnis lebih hidup. Sebaliknya, ada juga pihak yang lebih menjagokan Biden.
“Mengapa? Tidak suka dengan kepribadian dan gaya Trump, apa yang diharapkan Indonesia dari orang yang egois dan ultranasionalistik, Amerika itu yang pertama, tidak peduli dengan bangsa lain,” ujarnya.
SBY mengakui dirinya menghargai perbedaan pendapat. Menurutnya tidak ada yang mutlak salah atau benar dari pandangan terhadap kedua kubu.
Dalam tulisan yang dibacakan oleh politikus Partai Demokrat Ossy Dermawan, SBY bercerita hubungan kerja sama baik dengan George W. Bush dan Barack Obama. Kedua Presiden AS di dua periode berbeda ini berasal dari partai berbeda.
Calon presiden Amerika Serikat, Joe Biden (kiri) dan Donald Trump (kanan). (Jim WATSON and SAUL LOEB / AFP) |
Bush berasal dari Partai Republik sedangkan Obama berasal dari Partai Demokrat.
Dari pengalaman kerja sama dengan keduanya, ia mengamati tajamnya perbedaan antara kubu oposisi dan pemerintahan tidak mempengaruhi hubungan internasional AS. Tiap kali kunjungan ke AS, lanjutnya, Indonesia selalu diagendakan untuk bertemu dengan kedua pihak baik dari oposisi maupun pemerintah.
“Kalau menyangkut hubungan bilateral, kebijakan luar negeri ke Indonesia pada hakikatnya sama antara yang oposisi maupun yang pemerintah. Kalaupun beda, tidak banyak dan tidak prinsip,” imbuhnya.
Menurut SBY, saat Bush memimpin AS, tidak benar bahwa AS tidak peduli dengan HAM, lingkungan, dan seolah hanya mementingkan bisnis saja. Pada 2005, AS mencabut embargo dan sanksi militer terhadap Indonesia selama 12 tahun.
SBY menilai keputusan ini sebagai wujud Bush dan AS meyakini TNI sudah menghormati HAM dan demokrasi.
Sementara itu, jika Obama yang dari Partai Demokrat dianggap cuma tertarik pada HAM dan demokrasi, SBY menampik lewat pengalamannya saat East Asian Summit 2011 silam. Di sela gelaran ini, ia dan Obama menyempatkan bertemu dan menggarisbawahi pentingnya kerja sama investasi dan perdagangan Indonesia-AS.
“Obama di Bali tanda tangan kontrak bisnis antara perusahaan swasta Indonesia dan AS. Saya harus mengatakan siapapun presidennya, agenda kerja sama bilateral tetap luas dan mencakup sektor penting kedua negara,” katanya.
“Siapapun yang terpilih jadi presiden kita harus siap.”
//delegasi(cnn)
Belgia adalah negara yang kaya akan budaya dan sejarah, salah satu keindahan destinasi wisata yang…
Delegasi.com - Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Rote Ndao kembali mengambil langkah maju dalam penguatan…
Delegasi.com - Bawaslu Kabupaten Kupang langsung menanggapi laporan dugaan Politik Uang yang dilakukan salah satu…
Delegasi.com - Tokoh aktivis perempuan dan lingkungan hidup Nusa Tenggara Timur (NTT), Aleta Baun mengatakan…
Delegasi.com - Insiden mengejutkan terjadi saat kampanye dialogis pasangan calon gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT)…
Delegasi.com - Kelompok Mahasiswa di Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) yang tergabung dalam…