LARANTUKA, Delegasi.Com – Sejumlah proyek fisik di Kecamatan Ile Bura tak mempunyai papan nama informasi sehingga tidak diketahui identintasnya.
Meskipun, proses pengerjaannya hingga kini sudah sampai pada tahapan pengatapan.
Proyek-proyek itu antara lainnya, di Desa Nurri, lokasinya di Rumah Puskesmas Pembantu, di Desa Riangrita, lokasinya di kompleks Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Ile Bura, kemudian di Desa Lewotobi, yakni di areal Puskesmas Ile Bura. Sementara, satu proyek di Desa Lewoawang, yakni di kompleks pasar, saat dipantau, papan nama proyek hanya diletakan begitu saja di belakang, sehingga tak bisa dilihat saat berada di depan jalan raya.
Pantauan media, proyek-proyek tersebut progress pekerjaannya berjalan baik dan lancar. Hanya, tak bisa diketahui sumber biaya dan berapa nilai kontraknya, siapa pelaksana, pengawas dan perencana.
Serta milik instansi mana dan berapa lama waktu pengerjaannya. Warga pun turut mempertanyakan identitas proyek tersebut.
Sebut saja, terkait proyek di dalam kompleks Puskesmas Ile Bura, selalu dipertanyakan warga, setiap kali datang di Puskesmas, apakah untuk berobat atau urusan lainnya. Kepala Dusun A Lewotobi, Kanisius Uran misalnya, ikut mempertanyakannya.
“Pak, itu proyek apa kok tidak punya papan nama? Gedung besar begitu kok tidak punya identitas. Kita kerja rabat desa dengan biaya dana desa Rp. 218.577.541, harus pasang papan nama, kok kenapa Pemerintah Kabupaten Flotim buat proyek besar tanpa papan nama. Bupati Anton Hadjon dan DPRD Flotim harus tegur Kontraktornya, supaya segera pasang itu papan nama,”ujarnya, serius.
Menurutnya, kontraktor yang enggan pasang papan nama proyek, karena takut diawasi kualitas pekerjaannya. Padahal, sebagai pekerja jasa konstruksi publik, mestinya profesional dan berani jujur menunjukkan identitas serta kualitasnya ke publik.
“Iyah, Desa saja dituntut wajib pasang papan nama proyek, kenapa Kabupaten tidak. Nah, Dinas terkait, Bupati dan DPRD Flotim harus turun periksa pekerjaan proyek tersebut. Kontraktor yang tak mau pasang bendera, bila perlu diberikan sanksi,”pungkasnya serius. Demikian pula, dengan Kepala Desa Lewotobi, Tarsisius Buto Muda, dalam obrolannya bersama Media, belum lama ini, ikut pertanyakan kenapa proyek tersebut tak ada papan namanya sejak peletakan batu pertama.
Sementara, kontraktornya pun tak pernah punya itikad baik untuk memasangnya. “Ini menunjukkan kalau kontraktornya bukan profesional dan tak punya komitmen baik,”katanya lagi.
Memang, gara-gara tak ada papan nama proyek, sulit menjelaskan kepada publik, tentang identitas dan progress pekerjaannya. Berikutnya, warga pun sulit mengetahuinya jika ada proyek besar yang ada di desanya.
“Memang, ada aktivitas kendaraan yang bongkar muat pasir, batu, semen dan kayu.
Namun, tak diketahui untuk proyek apa. Mau tanya kontraktor dan konsultan pengawasnya pun tak diketahui identitasnya,”sambung Kanisius lagi.
Untuk proyek di Puskesmas Ile Bura, saat ini sedang pengatapan. Sementara, di kompleks BPP Ile Bura dan Desa Nurri sudah mau masuk tahap pasang kuda-kuda.
Diharapkan, ada teguran keras buat kontraktor yang lalai dan sengaja tak pasang papan nama proyek. //delegasi(BBO)
Ruang tamu, jantung sebuah rumah, kini bertransformasi. Tren minimalis, didorong oleh penelitian psikologis tentang keterkaitan…
Bayangkan sebuah ruangan, tenang, seimbang, dan penuh ketenangan. Itulah keajaiban seni dinding minimalis. Lebih dari…
Ruang sempit bukan lagi penghalang bagi hunian yang nyaman dan estetis. Faktanya, ilmu desain interior…
Bayangkan rumah yang bukan sekadar tempat tinggal, tetapi sebuah karya seni fungsional. Rumah minimalis modern,…
Bayangkan rumah mungil yang nyaman, di mana setiap sudutnya dirancang dengan cermat untuk memaksimalkan ruang…
Bayangkan sebuah rumah, bersih, lapang, dan menenangkan. Bukan sekadar tren, desain minimalis didasarkan pada prinsip-prinsip…