ILE BURA-DELEGASI.COM–Hadirnya SMA Swasta Ile Bura, ternyata punya daya tarik kuat, bagi para guru yang kini dipercaya mendapuk sekolah menengah atas pertama di Ile Bura, sekaligus bungsu di Flotim ini.
Semangat baru, tekad kuat dan optimisme yang tinggi, memajukan Sekolah yang berusia ‘satu hari’ ini, plus menjadikan sumber daya manusia Ile Bura yang bebas dan merdeka berintelektual, yang berkualitas dan berdaya saing, pun telah ‘membaja’ dalam hati, jiwa dan pikiran para guru.
Meski letak SMA Swasta Ile Bura ini, berjarak cukup jauh dari Kota Larantuka, ibukota Flores Timur, serta punya tantangan dan kekurangan yang masih banyak.
Demikian pernyataan dan ungkapan hati, Regina Isabela Sado, Guru Biologi SMA Swasta Ile Bura, jebolan Magister Biologi Universitas Negeri Yogyakarta 2020 dan Adrianus Soko Aran, Guru Agama dan Kesenian, Jebolan Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero, saat ditemui Delegasi.Com, di sela-sela persiapan pemantapan, Selasa, 13/07/2021, Malam, pukul 19.00 Wita, di pelataran Kantor Camat Ile Bura, jelang Apel Perdana Buka Tahun Ajaran Baru dan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) tahun 2021, Rabu, 14 Juli 2021.
“Iyah, sebagai sekolah baru, SMA Ile Bura punya daya tarik tersendiri.
Ini yang membuat semangat baru bagi Saya untuk bisa ada disini.
Tentu, ini juga yang memotivasi Saya. Sehingga saat Saya dengar awal tentang informasi seleksi guru SMA Ile Bura, Saya putuskan ikuti.
Dan, puji Tuhan, dengan semangat baru, dan penuh perjuangan, Saya bisa berada disini untuk ikut bersama mencerdaskan anak-anak di Ile Bura,”ujar Isabella, penuh semangat kepada Delegasi.Com.
Ia juga mengakui, kalau masih banyak tantangan dan kekurangan yang dihadapi.
Seperti jarak yang cukup jauh dengan ibukota Larantuka, serta akses internet yang masih susah, namun hal itu bukanlah menjadi masalah utama.
“Kan, masih banyak cara untuk mengatasinya. Desa-desa tetangga juga masih punya akses internet yang baik, jadi tak masalah dengan buruk jaringan internet di Lewotobi,”pungkasnya, tersenyum.
Sementara itu, terkait tempat tinggal yang kerap jadi alasan utama pegawai dan tenaga kerja yang ditempatkan di Ile Bura, Guru Isabella, yang juga dipercayakan sebagai Wakil Kepala Bidang Kurikulum, menjelaskan, kalau rumah tinggal sudah tidak masalah.
“Saya menetap di Lewotobi. Apresiasi yang luar biasa kepada masyarakat Lewotobi, yang ramah dan selalu membantu,”sebutnya, polos.
Sembari menambahkan, ini yang menjadi tantangan tersendiri bagi dirinya, dan juga Tim Guru SMA Swasta Ile Bura, untuk siap membesut 17 siswa/siswi yang sudah dipastikan ikut dalam tahun ajaran perdana ini, menjadi model untuk angkatan selanjutnya sesuai visi-misi sekolah.
Terkait kurikulum belajar mengajar, Isabella juga menegaskan, memang ini tanggungjawab besar, apalagi di masa pandemi, yang masih dibatasi tatap muka.
“Tapi, tekad Kami kuat. Selain wajib baca buku, namun Media belajar langsung dengan Alam dan Lingkungan sekitar pun sangat baik.
Tentunya, Kami juga sangat mengharapkan agar Media Tatap Muka bisa berjalan normal.
Dan, sejauh ini Tim Guru pun amat solid serta kompak, walaupun Kami baru bisa mengenal satu sama lain, kurang lebih sebulan lalu.
Dan, kedepannya tentu akan semakin baik,”timpalnya, sambil berharap dukungan dari masyarakat dan orang tua agar semakin banyak menyekolahkan anak-anaknya di SMA Ile Bura.
Hal yang sama diungkapkan Adrianus Soko Aran.
Ia bahkan sedikit berceritra saat-saat pulang kampung sewaktu masih studi Filsafat di Ledalero, Dirinya melihat banyak anak-anak Ile Bura, juga di Kampungnya Watobuku seperti ‘Anak Ayam yang kehilangan induknya’.
“Hingga selalu ada pertanyaan di Kepalanya, Siapa yang mau berperan untuk mengatur mereka.
Mimpi Saya adalah suatu saat ikut berperan langsung menatanya.
Dan, inilah momentumnya, ketika awal dengar berdirinya SMA Swasta Ile Bura.
Saya coba ikuti seleksi guru. Dan, puji Tuhan, Saya diterima,”tohoknya, serius.
Ia bahkan akui, kalau seleksinya amat ketat, dengan harus menembus kompetensi kecakapan guru abad 21, dengan 40 indikatornya.
“Jadi mau atau tidak mau, saatnya siap maju bersama SMA Swasta Ile Bura.
Tentang kualitas, pasti jadi target utama setiap sekolah.
Dan, tekad Kami sudah bulat tampil berdaya saing serta berkarakter.
Apalagi, semangat SMA Swasta Ile Bura bukanlah hal yang baru. Jiwa dan pikiran itu sudah ada sejak dulu di hati masyarakat Ile Bura.
Sejalan dengan usia sekolah dasar dan SMPK Ile Bura, yang sudah melewati masa emas 50 tahun.
Sehingga seleksi alam pun akan berjalan dengan sendirinya.
Lihat saja nanti,”pungkasnya, penuh optimis.
Sedangkan, 17 siswa/siswi perdana, yang sudah siap, Adrianus, yang akrab disapa Guru Arkas, sedikit diplomatis, tegaskan, ini angka keramat yang luar biasa, angka dan tanggal penanda bebas dan merdeka, sebagai tanggal kemerdekaan Bangsa Indonesia, yakni 17 Agustus 1945.
“Yah, ini sesungguhnya penanda yang sangat baik. Ile Bura akhirnya bebas dan merdeka.
Menata dan Menentukan masa depannya sendiri.
Percayalah, kedepan pasti semakin banyak yang bersekolah di SMA Swasta Ile Bura.
Masyarakat dan Orangtua, juga Pemerintah Desa, Tokoh adat, agama dan pemuda, harap memberi amunisi dukungan yang besar.
Manfaatkan situasi ini. Pendekatan pelayanan pendidikan sudah ada, dekat sekali.
Tak perlu keluar jauh-jauh lagi. Karena sekolah berkualitas itu, tak harus jauh-jauh keluar,”tohoknya, memberi motivasi.
Arkas dan Isabella, mewakili Tim Guru SMA Swasta Ile Bura, diakhir obrolannya bersama Delegasi.Com,juga Pendiri sekaligus Penasehat Yayasan Persekolahan Masyarakat (Yapermas) Ile Bura, Jack Ara Kian,S.Sos,M.AP, pun bertekad, siap memberikan terbaik, membuat para siswa menonjol di bidangnya.
Plus kegiatan kreativitas pun pasti digembleng habis-habisan sesuai karakter alam dan lingkungan sekitarnya.
“Termasuk minat baca dan pengenalan budaya Ile Bura.
Jangan ragukan kualitas Kami para Guru SMA Ile Bura. Kami siap bertarung jadikan Anak-anak Ile Bura maju berintelektual, berdaya saing dan berkarakter,”tutupnya, dengan satu catatan menarik, Siap Mengabdi ‘Selamanya Satu Untuk SMA Swasta Ile Bura’. Semangat!!! (Delegasi.Com/BBO)
Ruang tamu, jantung sebuah rumah, kini bertransformasi. Tren minimalis, didorong oleh penelitian psikologis tentang keterkaitan…
Bayangkan sebuah ruangan, tenang, seimbang, dan penuh ketenangan. Itulah keajaiban seni dinding minimalis. Lebih dari…
Ruang sempit bukan lagi penghalang bagi hunian yang nyaman dan estetis. Faktanya, ilmu desain interior…
Bayangkan rumah yang bukan sekadar tempat tinggal, tetapi sebuah karya seni fungsional. Rumah minimalis modern,…
Bayangkan rumah mungil yang nyaman, di mana setiap sudutnya dirancang dengan cermat untuk memaksimalkan ruang…
Bayangkan sebuah rumah, bersih, lapang, dan menenangkan. Bukan sekadar tren, desain minimalis didasarkan pada prinsip-prinsip…