KUPANG, DELEGASI.COM – Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT akan melakukan penanganan darurat terhadap Jalan Provinsi, Ruas Noa-Golowelu yang sering terputus akibat tanah longsor dengan mengurangi kemiringan dinding tebing (dibuat trap, red) dan melakukan penanaman bambu.
Demikian dikatakan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat melalui Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Provinsi NTT , Ir. Maksi Nenabanu, MT terkait bencana tanah longsor yang sering melanda ruas Jalan Provinsi Noa-Golowelu, Selasa (12/1/21).
“Pemprov akan melakukan penanganan darurat untuk mencegah terjadinya longsor-longsor susulan yang mungkin lebih besar. Kita akan mengurangi kemiringan dinding tebing dengan membuat trap. Setelah itu kita tanami pohon bambu dan jenis pohon lainnya untuk mengikat tanah yang labil di sekitar dinding tebing jalan agar tidak mudah longsor,” jelas Nenabu yang dihubungi via panggilan telepon selularnya.
Penanganan tersebut, lanjut Nenabu, harus dilakukan karena selain mencegah longsor yang lebih besar, juga untuk menghindari adanya korban dari masyarakat pengguna jalan. “Karena dalam beberapa bulan terakhir ini sering sekali terjadi longsor di ruas jalan tersebut. Bahkan pekan lalu terjadi hingga 10 titik longsor,” ujarnya.
Nenabu berjanji, pihaknya akan mengalokasikan anggaran guna melakukan penanganan darurat di ruas Jalan Noa-Golowelu. “Kita akan melakukan pelebaran pada titik-titik yang rawan longsor dan mengurangi kemiringan dinding tebing jalan dengan membuat trap,” tuturnya.
Untuk itu, Ia mengharapkan adanya kerja sama dari Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat dan masyarakat setempat agar bisa menyerahkan lahannya sepanjang ruang milik jalan (Rumija, red) untuk bisa diperlebar lagi. “Dengan begitu, kejadian tanah longsor di ruas jalan tersebut bisa kita minimalisir,” harap Nenabu.
Selain itu, Ia juga menghimbau agar masyarakat tidak menanam tanaman umur pendek pada lahan disekitar ruas jalan tersebut (khususnya Rumija, red) karena kontur tanah yang labil di daerah itu akan memicu kondisi tanah menjadi tidak kuat menahan erosi. “Kita juga sangat berharap agar masyarakat tidak menebang pohon di daerah (dinding tebing/jurangm, red) jalan. Apalagi curah hujan saat ini cukup tinggi yang mengakibatkan tanah mudah longsor,” pinta Nenabu.
Nenabu menjelaskan, setelah 2 hingga 3 tahun setelah pohon ditebang, maka akarnya akan membusuk. “Akibatnya saat curah hujan tinggi, air akan masuk dicelah-celah akar sehingga mengakibatkan tanah menjadi labil. Tanah labil dengan kemiringan tertentu akan mudah longsor. Hal ini perlu diketahui dan dimengerti oleh masyarakat kita,“ paparnya.
Seperti yang perna diberitakan tim media ini sebelumnya, curah hujan yang cukup tinggi yang mengguyur Ibukota Kabupaten Manggarai Barat, Labuan Bajo dan sekitarnya pekan lalu mengakibatkan terjadinya longsor pada sepuluh titik/tebing yang berada di Jalan Propinsi Noa-Golowelu, Kecamatan Kuwus dan sempat memutus akses lalu lintas masyarakat setempat ke Kota Labuan Bajo, pada Kamis ( 8/1/2021) malam.
Pantauan media ini, nampak beberapa alat berat milik PT.Gunung Sari Indah sedang melakukan pembersihan material longsor. Pembersihan terus dilakukan dibantu aparat TNI-Polri, BPBD Manggarai Barat, dan aparat Kecamatan Kuwus sehingga ruas jalan tersebut dapat dilalui kendaraan.
//delegasi (*/tim)