Dirilis Timor Express.com, Modesta Amnanu Melia membuat batin dalam penampungan.
Modesta Amnanu yang merupakan warga Desa Silawan, dikurung bersama dua orang TKW asal Kabupaten Belu lainnya dan ratusan TKW asal Jawa dalam sebuah gedung berlantai empat di Jakarta Barat milik PT Para Putra Utama Karya.
Selama berada di rumah penampungan di Jakarta Barat, Modesta dan teman-hanya dikasih makan sehari dua kali.
Sebelum diberangkatkan ke Jakarta, Modesta dan lima orang TKW asal Beluapun ditampung di gedung penampungan PT Para Putra Utama Karya selama dua minggu di Kelurahan Liliba Kota Kupang.
“Saya keluar sejak 4 Mei menuju Kupang. Setelah di Kupang, saya dan lima orang teman dari Belu dikurung selama dua minggu setelah itu baru diteruskan ke Jakarta. Di Jakarta kami di kurung dalam satu gedung lantai empat tanpa ada kegiatan apa-apa,” jelasnya saat tiba di bandara AA Bere Tallo bersama juru bicara Satgas Anti Human TraffickingPartai Golkar NTT, Riesta Megasari dan Suster Laurensia, SPI, Sabtu (16/6).
Modesta mengaku mengalami tekanan batin selama dikurung di Kupang maupun di Jakarta.
Selain karena kondisi kesehatannya, ia merasa tertipu dengan janji-janji dari petugas lapangan di Belu maupun di Kupang.
“Waktu pemeriksaan kesehatan di Kupang saya bilang sama petugas bahwa saya sering sakit lambung. Tapi mereka bilang tidak apa-apa nanti minum obat sembuh.
Jadi saya mau minta pulang tapi mereka bilang kalau saya batal jalan nanti saya harus kembalikan uang Rp 25 juta jadi saya terpaksa jalan saja. Terus setelah di Jakarta saya dengar cerita teman-teman yang sudah pernah kerja di Malaysia bahwa nanti gaji kami di potong dua bulan terus gaji setiap bulan bagi kami TKW baru Cuma 800 Ringgit.
Padahal, waktu saya direkrut dijanji gaji setiap bulan 1.200 Ringgit tanpa potongan. Karena dengar cerita teman-teman sehingga saya rasa tertipu dan berusaha lari keluar dari rumah penampungan di Jakarta Barat,” jelas ibu tiga anak ini.
Modesta lolos dari gedung penampungan sejak 9 Juni lalu saat petugas jaga pintu mempercayakan untuk memegang kunci pintu gerbang.
Menurut Modesta, dia lolos melarikan diri hanya bermodalkan uang Rp 50 ribu dan pakaian di badan.
“Waktu itu ada teman dari Jawa yang pegang kunci pintu gerbang kebetulan pagi itu sekitar jam lima di mau pulang ke rumahnya, jadi dia percayakan saya untuk pegang kunci.
Begitu dia keluar jalan, saya juga langsung lari ke jalan umum dan tahan taksi menuju ke sebuah pasar.
Disana baru saya telepon suami untuk telepon om Agus Tulasi, anggota DPRD TTU Fraksi Partai Golkar untuk bantu selamatkan saya pulang ke rumah di Silawan,” terang Modesta.
Selain itu Modesta mengaku sejak dia diterima menjadi TKW yang akan dikerjakan di Malaysia, dirinya belum menandatangi kontrak kerja dengan perusahaan perekrut.
“Saya tamat SD tapi saat lengkapi berkas persyaratan di Nakertrans. Saya cuma kasih KTP, akta kelahiran dengan kartu keluarga saja. Mereka tidak minta fotokopi ijazah. Setelah itu tes tulis dan membaca dan serahkan surat pernyataan setuju dari suami lalu saya dinyatakan bisa ikut TKW,” jelasnya.
Sementara itu, anggota Fraksi Partai Golkar DPRD TTU, Agustinus Tulasi menjelaskan, setelah menerima informasi dari korban dia langsung menyampaikan ke ketua DPD I Partai Golkar NTT, Melkiades Laka Lena.
Tidak hanya itu, Agustinus juga berusaha meminta tolong ke salah seorang suster asal Biboki yang sedang bertugas di Jakarta untuk segera mencari keberadaan korban yang saat itu kebingungan mencari tempat perlindungan sementara.
“Waktu kami sementara ikut kegiatan partai di Flores, saya ditelepon oleh tanta Desta (korban, red) dan kasih tahu masalah yang dialami.
Setelah terima telepon saya langsung sampaikan ke ketua DPD I Partai Golkar NTT. Saat itu juga beliau perintahkan untuk segera sampaikan ke Satgas Anti Human Trafficking partai untuk segera tangani sampai tuntas,” katanya.
Korban kata Agustinus, akhirnya dijemput oleh sejumlah suster dari Serikat Penyelenggara Illahi Jakarta Barat untuk menginap sementara sambil menunggu bantuan biaya transportasi pulang dan biaya lain dari Satgas Anti Human Trafficking Partai Golkar NTT.
“Kami mewakili keluarga juga partai hanya meminta agar kasus ini diusut tuntas secara hukum karena ada indikasi penipuan dan lain sebagainya sehingga kejadian ini tidak dialami oleh Modesta Modesta lainnya,” ujarnya.
Sementara itu, juru bicara Satgas Anti Human Trafficking Partai Golkar NTT, Riesta Megasari mengaku senang karena partainya berhasil membawa pulang Modesta Amnanu ke rumahnya dalam keadaan selamat.
Riesta menilai, kasus yang dialami korban terindikasi human trafficking karena petugas lapangan PT Para Putra Utama Karya, Odete sempat menyerahkan uang senilai Rp 3 juta kepada korban dan keluarganya.
Indikasi lainnya yaitu ketika Odete mengancam korban untuk mengganti rugi Rp 25 juta jika korban batal menjadi TKW yang direkrut perusahaannya.
“Sebenarnya tidak terjadi human trafficking hanya perusahaan perekrut dan Dinas Nakertrans tidak memperhatikan kondisi psikis korban di mana Modesta sedang terganggu batinnya karena harus meninggalkan seorang anak balitanya yang sedang sakit,” kata Riesta.
Ia mengancam akan melaporkan PT Para Putra Utama Karya jika terus melakukan ancaman kepada korban dan keluarganya.
Sebab, kasus yang dialami Modesta masuk kategori pidana. “Kami akan minta Fraksi Partai Golkar DPRD Belu untuk kawal dan tuntaskan masalah ini,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua DPD II Partai Golkar Belu, Yohanes Jefri Nahak menegaskan, pihaknya akan memerintahkan Fraksi Partai Golkar DPRD Belu untuk segera berkoordinasi dengan komisi Dinas Nakertrans dan perusahaan perekrut untuk mempertanggungjawabkan kasus ini agar tidak terulang kepada warga Belu lainnya.
“Partai yang berlaku adil terhadap kasus ini. Ada Fraksi Partai Golkar jadi pasti genjot fraksi untuk perjuangkan kasus ini sampai selesai, ”tegasnya. // delegasi (timex)