Tanam Jagung Panen Sapi, Strategi Bangkitkan Ekonomi Rakyat

  • Bagikan
Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat bersama dengan rombongan memanen jagung di Desa Letneo Selatan, Selasa (7/4/2020). //Foto: ISTIMEWA

KUPANG, DELEGASI.COM – Program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) merupakan salah satu strategi yang dilaksanakan Pemerintah Provinsi NTT yang dinahkodai Gubernur/Wakil Gubernur, Viktor Bungtilu Laiskodat – Josef Nae Soi (Viktory -Joss) untuk meningkatkan produktifitas dan daya beli petani demi mengentaskan kemiskinan di NTT.

 

Demikian dikatakan Kepala Dinas (Kadis) Pertanian NTT, Lecky Frederick Koli kepada wartawan di sela-sela launching TJPS di Kabupaten Sumba Tengah, Senin (7/9/20).

Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat bersama dengan rombongan memanen jagung di Desa Letneo Selatan, Selasa (7/4/2020). //Foto: Istimewa

 

Menurut Lecky, Program TJPS yang dikelola Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT, merupakan program Duet Viktory-Joss yang tepat untuk mengentaskan kemiskinan di NTT.

 

“Program TJPS yang sedang dilaksanakan Bapak Gubernur/Wakil Gubernur saat iii merupakan salah satu program yang sangat tepat untuk mengentaskan kemiskinan di NTT. Karena sebagian besar masyarakat NTT adalah petani. Pelaksanaan TJPS akan meningkatkan produksi jagung. Produksi Jagung akan disisihkan untuk ketersediaan pangan dan stok lainnya akan dijual (difasilitasi Pemrov NTT, red). Uang hasil pennualan jagung akan dipakai untuk membeli sapi (untuk penggemukan/paron sapi, red). Jadi TJPS sudah pasti akan berdampak pada peningkatan taraf hidup petani. Kita harap TJPS dapat mengantar petani NTT keluar dari belenggu kemiskinan.” ujarnya Lecky yang didampingi Kabid Tanaman Pangan, Umbu Wanda.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT, Lecky Frederick Koli //Foto: delegasi.com (Istimewa)

 

Lecky menjelaskan, dalam semangat NTT Bangkit menuju NTT Sejahtera, pihaknya bersama para pendamping dan masyarakat (dibantu aparat Korem 161 Wirasakti, red) akan berupaya mencapai target TJPS TA 2020 10.000 Ha. “Saat musim kering ini, taget yang kita dicapai sekitar 1.400 Ha, “ ujarnya.

 

Capaian target itu, lanjutnya, akan terus didorong agar daerah-daerah potensial (yang masih menyimpan air di musim panas, red) bisa ditanami jagung. “Kita ingin buktikan bahwa NTT yang terkenal jering ini bisa panen jagung di puncak musim panas yakni pada Bulan Oktober nanti,” katanya optimis.

 

Karena itu, paparnya, dengan dukungan berbagai pihak dan dukungan alsintan (alat dan mesin pertanian, red) seperti traktor dan pompa air, pihaknya terus melakukan identifikasi areal/lahan potensial untuk diolah dan ditanami jagung.

 

“Penanaman jagung pada musim panas, sudah pasti akan meningkatkan produksi jagung. Lahan yang biasanya ditanami jagung sekali setahun, kita tingkatkan jadi 2 kali tanam/tahun. Sedangkan lahan yang 2 kali tanam setahun, kita tingkatkan jadi 3 kali setahun. Jadi jelas ada peningkatan luas tanam dan luas panen,” tandas Lecky.

 

Lecky menjelaskan, dengan dilaksanakannya Program TJPS maka lahan kering di NTT dapat dioptimalkan pemafaatannya.

 

“Pertanian NTT adalah pertanian lahan kering. Karena itu melalui Program TJPS, lahan-lahan kering yang belum dimanfaatkan harus diolah agar dapat meningkatkan taraf hidup petani,” tandasnya.

 

Menurut Lecky, berdasarkan sejarah, jagung menjadi makanan pokok masyarakat NTT.

 

“Mengutip Misi dari Gebernur NTT dan taglinevNTT Bangkit, NTT Sejahtera. Maka salah satu langkah strategis yang diambil untuk mencapai Visi tersebut adalah mengembangkan pertanian lahan kering, yakni TJPS,” katanya.

 

Dijelaskan, salah satu hal yang disampaikan oleh Gubernur NTT saat debat Pilgub adalah Lahan kering di NTT masih banyak yang belum diolah.

 

“Sehingga lahan-lahan yang belum dimanfaatkan harus diolah sehingga dapat meningkatkan taraf hidup petani,” jelas Lecky.

 

Terkait dengan Program TJPS, kata Lecky, akan menimbulkan banyak pertanyaan di masyarakat.

 

“Kok bisa, tanam jagung, menghasilkan sapi? Iya, betul tanam jagung bisa menghasilkan sapi. Bagaimana caranya?” tandasnya.

 

Ia menjelaskan, sejak program ini diluncurkan pada Musim Tanam (MT) I Februari 2020, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan sudah merekrut tenaga teknis untuk mendampingi petani dalam menjalankan program TJPS.

 

Daerah sasaran untuk program ini, kata Lecky, berada di Pulau Timor (4 Kabupaten) dan Pulau Sumba (3 Kabupaten).

 

“Tenaga Pendamping tekni TJPS yang direkrut sebanyak 100 Orang yang menyebar di tujuh Kabupaten,” katanya.

 

Dari tenaga 100 orang ini, paparnya, diberikan tugas untuk mendampingi Petani dengan standar setiap pendamping akan mendampingi 25-50 KK yang memiliki lahan seluas 1 Ha/KK.

 

Dari lahan 1 Ha lahan per KK, lanjutnya, diharapkan hasil produksi jagung minimal 5 ton per hektar.

 

“Dari hasil 5 ton ini, 1,5 ton akan disimpan untuk konsumsi keluarga dan sebagian dijual untuk beli sapi,” ujarnya.

 

Selain itu, katanya, petani akan difasilitasi berupa pengolahan lahan, benih, pupuk dan obat.

 

“Sehingga tidak perlu diragukan lagi kalau program ini tidak berhasil. Inilah alasan kenapa program ini diberi nama Tanam Jagung Panen Sapi,” jelasnya.

 

Dijelaskan, pada rapat evaluasi pengelolaan Dana Bagi Hasil – Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT) dan pelaksana kegiatan Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) awal Februari lalu, pada pelaksaan kegiatan TJPS MT II 2020, disepakati dan diputuskan program dan angaran oleh bapak Gubernur NTT saat melaksaan panen jagung TJPS di kelompok tani sehati Desa Oeteta, Kecamatan Sulamu pada tanggal 24 April 2020.

 

Selanjutnya, ditetapkan penganggaran melalui biaya tak terduga (BTT) sebesar Rp 25 miliyar yang bersumber dari refocusing anggaran Covid-19 yang di peruntukan untuk pemberdayaan ekonomi rakyat.

 

Target TJPS MT II 2020

Pada Musim Tanam (MT) 202O, pemerintah Provinsi NTT menyiapkan lahan seluas 10.000 ha yang tersebar di 16 kabupaten yaitu Kabupaten Kupang, TTS, TTU, Belu, Malaka, Rote Ndao, Manggarai, Manggarai Barat, Manggarai Timur, Ngada, Ende, Flores Timur, Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat dan Kabupaten Sumba Barat Daya.

 

Sementara calon petani dan calon lokasi (CPCL) untuk sementara mencapai 10.030 hektar, dengan luas lahan terifikasi 4.318,45 hektar.

 

Realisasi Tanam

Realisasi tanam per 31 Agustus 2020 mencapai 1.435,61 ha atau 33% dari total luas lahan terverifikasi 4.318,45 ha atau 14,35% dari total luas areal 10.000 ha.

 

Rendahnya luas tanam, menurut Lecky Koli, disebabkan karena kurang efektifnya kegiatan sosialisasi yang dilakukan di kelompok tani, akibat adanya Pandemi Covid- 19.

 

Selain itu, proses pengadaan benih yang lamban juga disebabkan pandemi Covid-19 dan proses revisi. Hal itu memberi dampak pada petani yang menanam dengan pola swadaya (di luar ketentuan TJPS).

 

“Proses verifikasi dengan pendataan riil luas areal tanam dan dukungan alat mesin pompa air di 16 kabupaten masih yang berubah-ubah, menyebabkan lambannya proses pengadaan pompa air,” bebernya.

 

Kendati demikian, sebelumnya itu Dinas Pertanian provinsi menurunkan pompa air stok provinsi untuk mengatasi sementara bagi daerah yang segera tanam.

 

“Prediksi panen padi terjadi penggeseran yang berakibat terhadap penggeseran waktu tanam jagung,” kata Lecky Koli.

 

Menurutnya, sisa lahan seluas 8.564,38 hektar akan di tanam pada MT I Oktober –Maret 2020-2021, terutama lahan yang sedang dalam proses verifikasi yang sebagian besar sudah ditanami oleh petani.

 

Saat ini, pihaknya sementara melakukan penggeseran lahan dari calon lahan saat ini adalah lahan sawah 20.000 ha dari dana regular APBD 2 digeser ke calon lahan kering bukan sawah. Sedangkan ketersediaan benih dan sarana produksi lainnya sudah tersedia dan sebagian sudah di tangan petani.

 

Rencana kegiatan TJPS tahun 2021

Di Tahun Anggaran 2021 nanti, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT telah mengalokasikan program TJPS seluas 40.000 ha yang tersebar di 21 kabupaten, wilayah prioritas di wilayah Timor dan Sumba dengan tingkat kemiskinan di atas rata-rata provinsi.

Untuk mendukung evektifitas pendampingan, beberapa waktu lalu telah menandatangani kesepakatan bersama (MoU) antara Gubernur NTT dengan Danrem 161 Ws Kupang dalam rangka memperkuat di pendampingan di tingkat lapangan replikasi program Upsus (Operasi Khusus).

 

//delegasi (*/tim)

Komentar ANDA?

  • Bagikan