ILE BURA-DELEGASI.COM–Makin meluasnya kerusakan (abrasi, red) pada kawasan pesisir di sepanjang Pantai Desa Lewotobi Kecamatan Ile Bura, Flores Timur, sejak beberapa tahun terakhir, termasuk saat Badai Seroja, tahun 2021, membikin permukiman warga, sarana publik seperti Gereja, Sekolah, Asrama Putra-Putri SMPK Ile Bura, juga Stadion Olahraga Desa Lewotobi, dan Sumur Air Minum, ikut terancam, jika tidak segera ditangani, dengan membangun Talud Pengaman Pantai.
Pasalnya, potensi kerusakan kawasan pantai Lewotobi, yang panjangnya lebih dari 1 Kilometer itu, pergerakannya terbilang cukup cepat selama ini.
Rata-rata volume terkikisnya tanah pun, tinggi sehingga membuat jarak pantai dengan pemukiman warga, serta sarana publik lainnya, lumayan dekat.
Tak kurang dari 3 meter.
Dan, ini sangat membahayakan permukiman warga, fasilitas publik lainnya.
Baca juga: Rumah Korban Bencana di Desa Sagu Adonara Hingga saat ini Belum Diperbaiki
Pun, berpotensi menjadi kendala atau menghambat program kegiatan Pemerintah Desa Lewotobi, yang sedang digalakkan saat ini seperti Konservasi Penyuh, Terumbu Karang dan pengembangan pariwisata di masa depan.
Demikian pernyataan yang disampaikan beberapa warga Desa Lewotobi, diantaranya Kanisius Uran, yang juga menjadi Anggota BPD Desa Lewotobi, kemudian Nicolaus Nara, kini menjabat Sekretaris Desa Lewotobi, serta Yohanes Kedang, saat ngobrol bersama Delegasi.Com, Minggu, 20/03/2022, Siang, di Pantai Waibele, Desa Lewotobi.
Menurut Anis Uran, keberadaan Talud Pengaman Pantai Lewotobi, sangat mendesak dibutuhkan saat ini.
Mengingat tingkat kerusakan akibat abrasi kian besar ke darat, dan mengancam permukiman warga dan sejumlah fasilitas publik, seperti Gereja, Sekolah, Asrama Putra-Putri SMPK Ile Bura dan Stadion Olahraga Lewotobi.
Baca juga: Lambannya Proses Hukum Kasus Fitnah Oknum Pengacara di Flotim Disoroti PADMA Indonesia
Hal ini diakibatkan, karena dihantam ombak, saat musim gelombang tinggi, juga tumpahan banjir kiriman dari arah gunung, seperti Badai Seroja tahun 2021, yang membikin garis pantai banyak tererosi ke laut.
“Lihat saja, pohon besar seperti Reo, Asam yang ditanam sudah puluhan tahun lalu saja, tumbang semua.
Tinggal beberapa pohon saja.
Jika tumbang semua, maka sangat mengancam, abrasi makin besar ke darat, dan sampai ke rumah warga, gereja, Asrama Putra-Putri SMPK Ile Bura, Sekolah dan Stadion Olahraga Lewotobi,”ujarnya, mengingatkan, sembari menunjuk ke arah muara kali, dari arah Plat Deker Jalan Raya, yang lebarnya makin besar.
Anis Uran meminta dukungan dan perhatian Pemerintah Kabupaten Flotim, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) agar bisa memperjuangkan Talud Pengaman Pantai Lewotobi ini.
Sementara Nico Nara, Sekdes Lewotobi, menjelaskan, talud pengaman Pantai Lewotobi ini sudah diusulkan beberapa kali, termasuk tahun 2021, namun belum ditanggapi Pemda Flotim.
“Mudah-mudahan bisa dijawab tahun 2022.
Memang, sudah sangat darurat kondisi pantai Lewotobi. Abrasinya kian mengancam wilayah pesisir.
Dulu, daratannya masih jauh ke laut, tapi lihat hari ini sudah hilang lebih dari 3 meter.
Relatif cepat volume kerusakannya. Untung masih ada pohon Reo , Asam dan pohon lainnya,”katanya, sambil menunjuk ke arah beberapa bagian wilayah pesisir yang terkena abrasi.
Dibagian lainnya, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Kalak BPBD), Alfonsius Bethan, melalui Sekretaris BPBD Flotim, Tarsisius Kopong, SE menjelaskan, pihaknya menyambut baik dan akan memprosesnya jika ada usulan dari Desa dan Kecamatan terkait wilayah-wilayah yang terkena dampak Badai Seroja, maupun bencana alam lainnya, yang menyebabkan kerusakan dan mengancam permukiman, serta keselamatan lingkungan.
“Iyah, berbagai data kerusakan dan kebutuhan, bisa diusulkan, agar bisa diproses,”ujarnya, singkat, saat ditemui belum lama ini.
Baca juga: Kecewa Kades Tak Dilantik, Sumpah Adat Sasin Tepo Bae Bolak Dunbata Lewoingu di Kantor Bupati Flotim
Asal tahu saja, Desa Lewotobi Ile Bura, merupakan salah satu wilayah pesisir pantai selatan, Flotim daratan, dari 7 Desa di Kecamatan Ile Bura, yang berhadapan langsung dengan Laut Sawu, yang selalu menjadi langganan tetap dihantam gelombang tinggi, air pasang, juga banjir kiriman gunung Lewotobi, setiap tahun.
Selain, Desa Lewotobi, kerusakan wilayah pesisir pantai yang mengancam permukiman warga dan fasilitas publik lainnya, pun terjadi di Desa Riangrita, Dusun Riangbunga, tepatnya di Belakang Gereja St. Stefanus.
Panjangnya tak kurang dari 100 meter, dengan ketinggian lebih dari 4 meter.
Kondisinya amat darurat, jika tak ditangani dengan Talud Pengaman.
Bayangkan rumah yang bukan sekadar tempat tinggal, tetapi sebuah karya seni fungsional. Rumah minimalis modern,…
Bayangkan rumah mungil yang nyaman, di mana setiap sudutnya dirancang dengan cermat untuk memaksimalkan ruang…
Bayangkan sebuah rumah, bersih, lapang, dan menenangkan. Bukan sekadar tren, desain minimalis didasarkan pada prinsip-prinsip…
Bayangkan rumah yang bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga perwujudan harmoni antara manusia dan alam.…
Bayangkan sebuah hunian yang memadukan kesederhanaan minimalis dengan aura industri yang kokoh. Rumah minimalis dengan…
Rumah, tempat bernaung dan beristirahat, tak hanya sekadar bangunan. Ia adalah refleksi diri, sebuah ekosistem…