KUPANG, DELEGASI.COM – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) NTT meminta aparat Kejaksaan Tinggi (Kejati) NTT dan Inspektorat Daerah Propinsi, Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI NTT untuk melakukan pemeriksaan terhadap proyek Peningkatan Jalan Propinsi NTT di Kabupaten Manggarai Timur (Matim) senilai Rp 14,1 M yang dikerjakan oleh PT. Agogo Golden Group (AGG) pada tahun anggaran 2019.
Demikian dikatakan anggota Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) DPRD NTT, Johanes Rumat dan Wakil Ketua Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (FPDIP) DPRD NTT, Patris Lali Wolo yang dimintai komentarnya melalui telepon selularnya terkait realisasi fisik 5 paket proyek APBD NTT dan APBN yang terlambat diselesaikan oleh kontraktor pelaksana, PT. AGG di Flores pada tahun anggaran 2019.
Tumpukan Kerikil Kali/Bulat Bercampur Pasir di Desa Rana Mbata, Kota Komba yang digunakan PT. AGG sebagai Agregat A. |
“Saya sangat kecewa. Dewan sudah mengalokasikan banyak uang APBD untuk membuka isolasi masyarakat di wilayah Manggarai Timur tapi dikerjakan asal-asalan oleh kontraktor. Karena itu, saya minta Kejati NTT dan aparat pemeriksa baik BPK RI wilayah NTT, BPKP NTT, dan Inspektorat Daerah NTT untuk melakukan pemeriksaan terhadap proyek Jalan Bealaing-Mukun-Mbazang Section 2 yang dikerjakan oleh PT. Agogo,” tandas Rumat yang masuk menjadi anggota DPRD NTT dari Dapil Manggarai Raya.
Menurut Rumat, proyek tersebut harusnya sudah selesai dan telah dinikmati oleh masyarakat setempat.
“Tapi yang terjadi sangat mengecewakan. Realisasi fisik dilapangan belum apa-apa. Kami dapat informasi dari warga, fisikya baru sekitar 50 persen. Kami juga dapat informasi bahwa dikerjakan tidak sesuai bestek. Urukan pilihan dijadikan sebagai agregat A untuk lapisan pekerjaan hotmix,” ungkapnya.
Karena itu selain Kejati NTT, Rumat juga meminta aparat pemeriksa seperti BPK, BPKP dan inspektorat daerah untuk mengawasi pelaksanaan proyek tersebut agar tidak dikerjakan asal jadi dan lebih banyak menimbulkan kerugian bagi daerah. “Kami juga mendapat informasi bahwa lokasi urukan pilihan digunakan untuk proyek APBD tidak punya ijin galian C. Itu tambang ilegal namanya. Saya minta aparat penegak hukum dan instansi terkait di Borong menertibkan tambang ilegal seperti itu,” tandasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, progres Fisik Jalan Propinsi ruas Bealaing-Mukun-Mbazang Section 2 di Kabupaten Manggarai Timur (Matim), NTT senilai Rp 14,1 M yang dikerjakan PT Agogo Golden Group (AGG) mangkrak alias tak ada kemajuan fisik yang berarti sejak Desember 2019. Hingga Jumat (10/1/20) progres fisik proyek tersebut diduga baru sekitar 60%.
Pekerjaan Hotmix sekitar 2 km belum dikerjakan. Sedangkan pekerjaan pelebaran dan perkerasan jalan (dengan urukan pilihan/urpil) baru dikerjakan sekitar 5 km dari 10 km sesuai kontrak. Realisasi fisik proyek tersebut mangkrak. Tak ada aktivitas tenaga kerja/buruh di lokasi proyek. Hanya ada aktivitas 1 excavator dan 1 loder yang dioperasikan untuk pelebaran jalan di Desa Watu Pari, Kecamatan Elar Selatan saat tim investigasi media ini tiba di lokasi proyek.
Seperti disaksikan Tim Investigasi Suara Flobamora.Com di lokasi proyek pada Jumad (10/1/20) tampak pekerjaan Peningkatan Jalan Propinsi (Hotmix) ruas Jalan Bealaing-Mukun-Mbazang Section 2 senilai Rp 14,1 M yang dikerjakan PT Agogo Golden Group sangat menyimpang dari target realisasi proyek. Padahal PT Agogo Golden Group hanya mengerjakan pekerjaan hotmix sekitar 2 km (melanjutkan dari titik akhir pekerjaan section 1) dan pekerjaan perkerasan jalan sekitar 10 km pada ruas jalan tersebut (sekitar belasan km dari titik pekerjaan hotmix).
Tim investigasi media ini yang didampingi Wakil Danramil Borong, Robert, tiba di lokasi awal proyek ruas jalan Bealaing-Mukun-Mbazang section 2 (pekerjaan hotmix, red) sekitar pukul 11.30 Wita. Tak tampak ada aktivitas pekerjaan proyek di lokasi awal pekerjaan hotmix di Desa Rana Mbata, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur.
Tak tampak papan proyek peningkatan jalan propinsi pada section 2 di lokasi proyek tersebut. Diduga papan proyek yang sebelumnya terpasang di lokasi tersebut sengaja dicabut untuk mengelabui pekerjaan yang belum selesai tersebut. Papan proyek tersebut ditemukan tim investigasi media ini di base camp PT Agogo Golden Group di Desa Watu Pari, Kecamatan Elar Selatan (sekitar belasan km dari lokasi awal proyek).
Di Rana Mbata, belum ada timbunan atau hamparan agregat di lokasi awal hotmix. Pada lokasi yang menanjak ini sudah dilakukan pelebaran badan jalan. Sekitar 200 meter dari titik awal, tampak 10 timbunan kerikil kali/bulat bercampur pasir (Urukan pilihan/Urpil) yang disebut pengawas PT AGG, Paskalis sebagai agregat B untuk persiapan pekerjaan hotmix.
Untuk pekerjaan drainase, tampak baru dikerjakan sekitar 200 meter. Namun dinding drainase yang telah dikerjakan tampak patah dan hancur pada beberapa titik. Dasar drainase pun tampak jebol alias berlubang karena kikisan air hujan.
Pasangan drainase tampak lepas ketika digesek dengan jari telunjuk. Diduga pekerjaan drainase tersebut tak sesuai dengan bestek karena campuran semennya terlampau sedikit dibandingkan pasir untuk pekerjaan pasangan dinding dan dasar drainase.
Sekitar 200 meter dari titik pekerjaan awal, tampak sebuah deker yang sudah selesai dicor namun belum dilakukan pekerjaan penimbunan badan jalan pada deker tersebut. Bagesting dari bambu bulat di lubang drainase tampak belum dibuka.
Sekitar 500 meter dari titik awal pekerjaan, tampak 1 unit Fibro milik PT AGG yang berusaha menarik mobil tanki air yang tak dapat menanjaki jalan yang licin tersebut. Tak ada tenaga kerja lain yang tampak selain operator Fibro dan sopir tanki air tersebut.
Pada titik ini, tampak sudah dilakukan pekerjaan pelebaran namun belum ada hamparan agregat. Sudah ada galian drainase, namun pasangan drainase dan dinding penahan belum dikerjakan. Memasuki permukiman Desa Rana Mbata, tampak galian drainase sudah dikerjakan. Tampak juga sekitar 10 timbunan urukan pilihan (yang dipakai PT AGG sebagai agregat B, red).
Di kawasan permukiman, tampak sudah dihampar urukan pilihan (kerikil kali/bulat dicampur pasir yang dipakai PT AGG sebagai agregat B, red) sekitar 200 meter. Urukan pilihan tersebut tampak telah digilas. Dari pekerjaan hotmix 2 km tersebut, hanya sekitar 400 meter yang telah dihampar kerikil kali/bulat bercampur pasir yang dipakai sebagai agregat.
Sekitar belasan kilo meter (km) dari titik pekerjaan hotmix, terlihat 1 unit excavator milik PT AGG di parkir di tepi jalan. Menurut warga setempat, excavator tersebut diparkir di tempat tersebut pada tanggal 24 Desember 2019. “Exca ini dipakai untuk ambil galian di bawah. Tapi sudah parkir sejak tanggal 24 Desember, sudah lebih dari 2 minggu,” ujar seorang ibu yang ditemui di lokasi tersebut.
Sekitar 2 km dari lokasi excavator diparkir, tepatnya di Mamba, Desa Paan Waru, Kecamatan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, tampak titik awal pekerjaan pelebaran dan perkerasan jalan dengan urukan pilihan (tanjakan sebelum gereja Mamba, red). Namun tak terlihat papan proyek di lokasi tersebut.
Tampak galian drainase sekitar 100 meter. Namun pekerjaan pasangan drainase dan dinding penahan baru dilakukan sekitar 40 meter. Mesin molen (pengaduk campuran semen, pasir, kerikil, red) ditutup dengan terpal. Menurut warga setempat, pekerjaan sudah dihentikan pada tanggal 24 Desember 2019.
Tak jauh dari titik pekerjaan awal, tim investigasi menemukan base camp PT AGG (sekitar 30 m dari jalan, red). Tak ada aktivitas di base camp tersebut. Tampak 1 unit damp truck warna merah tanpa ban diparkir di base camp tersebut. Papan proyek tampak disandarkan pada rumah yang dijadikan base camp.
Sekitar 4 km dari lokasi awal pekerjaan perkerasan, telah dihampar urukan pilihan (Urpil) dan telah digilas. Ketika tim investigasi media ini sampai di Kampung Bong, Desa Watu Pari. Tampak pekerjaan dinding penahan jalan disisi kiri dan kanan jalan (permukiman warga berada di samping bawah badan jalan, red).
Tak jauh dai permukiman warga, tampak 2 unit deker yang baru dibuat pasangan dindingnya. Belum dilakukan pekerjaan pengecoran plat beton. Agar kendaraan bisa melintasi lokasi tersebut dibuat jalan alternatif di sisi jalan. Namun jalan alternatif di sisi badan jalan tersebut digenangi air dan berlumpur sehingga menyulitkan kendaraan yang melintas.
Menurut warga setempat yang juga pekerja proyek tersebut, 2 deker tersebut sudah dibiarkan sekitar 3 bulan. “Deker itu sudah kerja dari September 2019 tapi sampai sekarang belum dilanjutkan. Kami tunggu-tunggu bahan tapi tidak datang sampai saat ini,” ujarnya.
Ia juga mengungkapkan, upahnya dan 4 orang rekannya belum dibayar lunas. “Kami baru terima uang sekitar Rp 400 ribu. Sudah 3 bulan pekerjaan dihentikan dan belum ada kejelasan kelanjutan pekerjaan,” ujarnya memelas.
Sementara itu, warga lainnya mengungkapkan kekesalannya karena dinding tembok penahan setinggi 3 meter dengan jarak hanya 2 meter dari pintu rumahnya, telah retak mengangga. “Saya sudah laporkan dan minta diperbaiki. Tapi mereka hanya menutup retakan dengan semen licin. Sekarang sudah pecah kembali. Saya kuatir kalau tembok itu runtuh dan menimpa rumah serta anak kami yang sedang bermain,” ujarnya kesal.
Kepala Desa Watu Pari, Kecamatan Elar Selatan yang baru dilantik sehari sebelumnya tidak dapat ditemui karena sedang mengikuti kegiatan Natal Bersama dengan Wakil Gubernur NTT, Yoseph Nae Soi dan Bupati Manggarai Timur, Andreas Agas di Kecamatan Elar.
Tak Lama kemudian pengawas PT AGG, Paskalis melewati lokasi tersebut dengan mengendarai sepeda motor. Tim investigasi media ini bersama warga memanggilnya untuk dikonfirmasi tentang proyek tersebut. Menurutnya, saat itu ada 1 unit excavator dan 1 loder yang sedang melakukan pelebaran jalan sekitar 3 km dari lokasi tersebut.
Namun saat ditanya mengapa tidak ada aktivitas buruh, Paskalis tak menjawabnya. Ia juga tak menjawab ketika ditanya mengenai banyaknya tenaga kerja yang sedang bekerja saat itu. Paskalis hanya diam membisu saat ditanya dihadapan puluhan warga setempat.
Mengenai realisasi pekerjaan pelebaran dan perkerasan jalan, Paskali mengatakan telah mencapai 5 km dari kontrak sekitar 10 km. “Yang sudah kerja sekitar 5 kilo,” ujarnya.
Menurut Paskalis, urpil yang diambil untuk pekerjaan perkerasan jalan diambil dari lahan milik masyarakat di Galong. Menurut Paskalis, timbunan material di lokasi pekerjaan hotmix merupakan agregat B. “Itu bukan urpil tapi agregat B untuk persiapan hotmix,” ujarnya.
Direktur PT AGG, Rekta yang dikonfirmasi media ini pada Senin (13/1/20) juga mengakui kalau material di lokasi proyek hotmix (kerikil kali/bulat dicampur pasir, red) merupakan agregat B untuk persiapan hotmix. “Saya akan cek JS-nya. Kalau bisa tolong dikirim fotonya. Saya sendiri belum pernah sampai ke lokasi proyek. Saya lebih fokus ke proyek APBN. Kalau di Mukun saya belum sampai lokasi. Kami masing-masing ada yang urus APBD dan APBN,” ujarnya.
Saat dikonfirmasi mengenai asal material urpil untuk pekerjaan perkerasan jalan 10 km, Direktur PT AGG juga tidak mengetahuinya. “Saya kurang tahu pak karena saya belum sampai lokasi. Itu yang lebih tahu pengawasnya, Paskalis. Saya belum pernah sampai lokasi proyek maka Pak sebut nama tempat saya tidak tahu,” ujarnya.
//delegasi(cn/tim)