Jakarta, Delegasi.com – Tak hanya disebut-sebut mirip mata uang China, yuan, gambar pahlawan uang rupiah emisi 2016 juga ramai dibicarakan. Pembicaraan itu khususnya soal gambar pahlawan Aceh, Tjut Meutia, dalam uang pecahan Rp 1.000 yang tidak memakai jilbab.
Seperti dikutip dari Kompas.com, Deputi Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Andi Wiyana mengatakan, gambar pahlawan yang ada di semua uang rupiah emisi 2016 mengikuti foto pahlawan resmi yang terdaftar pada Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan, dan Restorasi Sosial Kementerian Sosial (Kemensos).
Dengan demikian, tampilan pahlawan di pecahan rupiah tersebut merujuk pada penampilan yang sudah ditetapkan negara.
“Kami tidak bisa mengubah penampilan pahlawan yang sudah ditetapkan,” kata Andi kepada tribunnews.com saat bincang-bincang media di Gedung BI, Jakarta, Rabu (21/12/2016).
Menurut dia, sebelum didesain dalam pecahan rupiah, gambar pahlawan tersebut juga sudah dikonfirmasi kepada masing-masing keluarga. Setelah pihak keluarga menyetujui, gambar tersebut juga dikonfirmasi kepada pemuka adat.
Setelah itu baru dibuat sketsanya, dicantumkan dalam uang. Kalau dulu pakai sorban atau pakai baju adat, gambarnya harus seperti itu.
“Apa yang dicantumkan ini berdasarkan yang diregistrasi di direktorat yang melakukan pendataan pahlawan,” katanya.
Serambi Indonesia memberitakan bahwa anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) dari fraksi Partai Amanat Nasional, Asrizal H Asnawi memprotes ketiadaan jilbab pada gambar Tjut Meutia.
“Kami di Aceh sedang menggalakkan penggunaan pakaian dengan aturan syariat Islam dan penegakan hukumnya, jangan dilemahkan usaha tersebut dengan gambar sang pejuang tanpa penutup kepala,” katanya.
Dwi Estiningsih, warga Yogyakarta, melalui akun twitternnya @estiningsihdwi juga melayangkan pernyataan bernada serupa.
“Cut Meutia, ahli agama dan ahli strategi, bukan ahli agama bila tak menutup aurat.”
Dikutip dari Tirto.id, di rumah milik Tjut Meutia (Cut Meutia) di Pirak, Matangkuli, Aceh Utara, tergantung sebuah lukisan perempuan berkerudung hijau dengan pinggiran berwarna kuning.
Kerudung itu cukup rapat sehingga membuat rambut sang perempuan sama sekali tak terlihat.
Perempuan dalam lukisan itu disebut sebagai Tjut Meutia, padahal ia bukan benar-benar Tjut Meutia. Sejauh ini, belum ada gambar, lukisan, atau foto Tjut Meutia dari masa ia hidup.
Lukisan yang beredar selama ini hanya rekonstruksi dan imajinasi yang didasari penuturan orang-orang yang pernah melihatnya.
Lukisan terbaru yang dipajang di rumahnya pun bukanlah wajah asli Tjut Meutia, melainkan cucunya, Cut Nursiah. Ia adalah anak perempuan dari anak semata wayang Tjut Meutia yang bernama Ampon Chik Raja Sabi.
Rumah Usman di Aceh tak jauh dari rumah Tjut Meutia, hanya tiga kilometer. Usia Usman sekarang 37 tahun, ia lahir dan besar Aceh Utara.
Saat Usman masih kecil, pada 1980-an, Usman tak melihat ibu-ibu dan remaja-remaja perempuan di Aceh waktu itu memakai jilbab dalam kesehariannya seperti sekarang.
Dalam acara-acara tertentu, ibu-ibu hanya menutup kepala mereka dengan selendang panjang. Tudung, mereka menyebutnya.
Ibu-ibu yang bekerja di sawah pun menutup kepala mereka dengan kain panjang yang biasa dipakai untuk menggendong bayi. Itu agar kepala mereka terlindung dari sengat matahari. Saat Usman SD hingga SMA, pelajar-pelajar masih pakai rok pendek. Guru-guru juga masih banyak yang pakai rok selutut.
Jilbab baru banyak dipakai di Aceh sejak sekitar tahun 1990-an akhir. Lalu semakin menjadi kewajiban sejak aturan syariat Islam ditegakkan dan perempuan-perempuan tak berjilbab dirazia.
Teuku Ramli, salah satu keluarga Tjut Meutia, menilai gambar yang dipakai dalam uang baru sudah benar.
“Dalam peperangan dulu mana ada pakai jilbab, jilbab itu kan baru-baru ini. Orang Aceh pakai jilbab itu kan baru sekarang-sekarang ini,” katanya saat dihubungi Tirto.id.
Ramli memang bukan keturunan langsung Tjut Meutia, ia adalah cucu dari kakaknya Cut Meutia. Tetapi dia tahu banyak tentang Meutia dan Aceh karena lahir dan hidup di sana.
Dia bercerita, Tjut Meutia adalah orang yang taat beribadah. Tetapi dia tak pernah memakai jilbab seperti yang dipakai perempuan-perempuan di masa kini.
Seperti diceritakan Usman, perempuan Aceh di zaman dahulu hanya memakai selendang tipis menutupi sebagian kepala.
“Jadi kalau gambar Tjut Meutia di uang yang baru tidak pakai jilbab, ya sudah benar seperti itu,” ujarnya.
Teuku Rusli, cucu langsung Tjut Meutia yang kini berusia 77 tahun juga mengungkapkan hal senada.
Selain pakai selendang, katanya, orang Aceh sering memakai kain yang dililitkan di leher, bukan jilbab yang tertutup seperti sekarang.
“Tapi kan Tjut Meutia posisinya tak selalu pakai tudung, kalau lagi pakai baju perang kan tidak pakai,” ujarnya.
Rusli menyatakan tak keberatan dengan tampilan gambar neneknya di uang seribu yang baru.
Keponakannya, Teuku Zulfikar, bahkan ikut menghadiri peluncuran uang baru Senin lalu atas undangan Bank Indonesia.//delegasi (*)
Myanmar, negara yang kaya akan budaya dan sejarah, juga menawarkan keindahan alam yang luar biasa,…
Laos, negara yang terkenal dengan kekayaan alam dan keindahan alamnya, memiliki banyak tempat wisata yang…
Afrika Selatan selalu menjadi destinasi yang memikat hati para wisatawan dengan kekayaan alam dan budaya…
Afrika Selatan terkenal dengan keindahan alamnya yang memukau dan sejarah budaya yang kaya, salah satu…
Pretoria, ibu kota administratif Afrika Selatan, adalah sebuah kota yang kaya akan sejarah, budaya, dan…
Afrika Selatan dikenal dengan keindahan alamnya yang menakjubkan, mulai dari pantai yang indah hingga pegunungan…