Kupang, Delegasi.com – Salah satu tokoh masyarakat Kecamatan Kota Komba- Manggarai Timur, Sale Alexius menyayangkan pernyataan politik salah satu cabub Manggarai Timur Adreas Agas.
Mantan Kepala Desa Rongga Koe ini menyebut pernyataan Andreas Agas dalam orasi politik saat kampanye di wilayah itu beberapa waktu lalu sangat tensensius dan tidak mendidik masyarakat dalam berdemokrasi.
Seperti yang dirilis flores post.co, Cagub Andreas Agas dalam orasi politiknya saat kampanye di Lurah Rongga Koe Kecamatan Kota Komba beberapa waktu lalu menyebut “Setelah 10 tahun Kabupaten Manggarai Timur dipimpin oleh bupati dari wilayah Kecamatan Kota Komba, kali ini adalah giliran dari wilayah Kecamatan Poco Ranaka, sebagai bentuk ‘leko leles’ ” –
Menurut Alexius, menjadi pemimpin Manggarai Timur tidak seperti membagi bagi pekerjaan, tidak bergilir seperti arisan atau do’a Rosario.
“Pemimpin adalah jabatan managerial, hanya orang orang yg memiliki kemampuan memimpin dan mempunyai leadership kepemimpinan yang bisa memimpin Manggarai Timur,” tegas Alexius kepada delegasi.com yang dihubungi melalui telephon selulernya, Jumat (23/3/2018).
Menurut Alexius, menjadi pemimpin Manggarai Timur harus memenuhi beberapa kriteria, yakini sosok yang bersih, jujur, disiplin, tegas serta memiliki keberanian moral utk mendongkel berbagai persoalan pembangunan yg terjadi selama ini.
“Jadi kalau satu kampung misalnya sudah ada pemimpin sebelumnya, kemudian muncul lagi figur pemimpin yang lebih hebat seperti kriteria di atas, mengapa tidak kita pilih. Mengapa pake gaya airisan. ini pilih pemimpin, bukan pilih suku apalagi pilih ketua arisan. Saya sangat menyesal pernyataan Andreas Agas yang seolah- olah hajatan politik kali ini sama seperti leko leles di kampung atau arisan bagi bagi kekuasaan,” jelas Alexius.
Agas mengatakan tahun ini adalah tugas orang Kota Komba untuk ‘leko leles’ karena sudah 10 tahun bupatinya dari Kota Komba.
Kini giliran orang Pocoranaka, yang memimpin Manggarai Timur.
Menurutnya, hal itu sudah dikukuhkan dalam ritual adat di rumah gendang Mokel sebelum Andreas Agas dan Yosef Tote mancalonkan diri pada pilkada sebelumnya.
“Kali ini , ulu eta mai (calon bupatinya dari Poco Ranaka) dan wakilnya se mai (dari) Kota komba , ini baru ‘leko leles’ namanya karena sudah diresmikan melalui ‘dara kaba’ ( dara kerbau) di gendang Mokel” ungkap Andreas Agas.
Leko leles dalam bahasa Manggarai merupakan kebiasan tradisi gotong royong atau balas budi terhadap suatu kesepakatan dari kedua kelompok, biasanya hal ini dilakukan para petani. //delegasi (*/hermen)
Myanmar, negara yang kaya akan budaya dan sejarah, juga menawarkan keindahan alam yang luar biasa,…
Laos, negara yang terkenal dengan kekayaan alam dan keindahan alamnya, memiliki banyak tempat wisata yang…
Afrika Selatan selalu menjadi destinasi yang memikat hati para wisatawan dengan kekayaan alam dan budaya…
Afrika Selatan terkenal dengan keindahan alamnya yang memukau dan sejarah budaya yang kaya, salah satu…
Pretoria, ibu kota administratif Afrika Selatan, adalah sebuah kota yang kaya akan sejarah, budaya, dan…
Afrika Selatan dikenal dengan keindahan alamnya yang menakjubkan, mulai dari pantai yang indah hingga pegunungan…