KUPANG, DELEGASI.COM – Tokoh Muda Alor yang juga Sekretaris Badiklat DPP Partai Demokrat, Abdullah Apa mengkritik pembangunan Kolam Renang Viktori Cottage Wolwal di Desa Wolwal Kecamatan Alor Barat Daya yang desainya diklaim bentuk telapak kaki Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat.
Abdullah Apa kepada Delegasi.com melalui sambungan selulernya, Minggu(16/8/2021) mengaku miris dan sedih ketika mendengar pembangunan kolam renang yang bersumber dari Dinas Pariwisata NTT itu desainya diklaim berbentuk telapak kaki Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat.
“Saat membaca berita itu, hati saya miris dan sangat sedih. Saya pun bertanya mengapa Dinas Pariwisata Provinsi NTT tidak bangun menggunakan telapak kaki Raja-Raja Gunung Besar seperti: Raja Abuy, Raja Kui, maupun raja raja lain atau model situs Alor lainnya.
Jujur secara pribadi saya trauma membaca berita yang isinya tentang “Telapak Kaki”. Apa lagi Telapak kaki yang tidak menggambarkan cerita latar belakang sejarah dan budaya khusunya Alor,” kata Abdulah Apa.
Kritikan dan reaksi tokoh muda Alor ini terkait dengan pemberitaan di media online, suarakampung.online.
Dalam berita itu mengutip pernyataan Pengelolah Viktori Cottag Wolwal Ishak Agung S. Atacay yang mengatakan jika pembuatan kolam renang berbentuk tapak kaki Gubernur NTT itu menjadi daya tarik tersendiri di dunia pariwisata dengan tujuan menjadikan Alor sebagai sentral pariwisata.
“Kita membuat kolam renang (berbentuk) tapak kaki itu dengan tujuan untuk daya tarik pariwisata Alor,” ujar Agung, mengutip suarakampung.online.
Agung menjelaskan, kolam renang berbentuk tapak kaki Gubernur merupakan buah dari mitra bersama dengan Dinas Pariwisata NTT. Ia menyebutkan kolam renang berbentuk tapak kaki bagian kiri itu pertama di dunia.
“Pas pengerjaan kolam, saya kasih (beri) saran akhirnya diterima Pemprov (NTT). Yang namanya mitra kita mau membangun Alor kita tidak melihat uangnya tapi bagaimana sesuatu (kolam renang) yang bisa membuat daya tarik Alor,” jelas Agung yang juga Anggota Asidewi Provinsi NTT
Menurutnya warga Alor dan dirinya salut dan mendukung upaya Dinas Pariwisata Provinsi NTT mengembangkan kepariwisataan di NTT, termasuk khususnya di Kabupaten Alor. Namun harusnya setiap langkah, gerak dalam kerangka pengembangan secara normatif diharapkan tetap bertumpu pada kebudayaan daerah setempat atau wilayah. Dengan demikian segala aspek yg terkait pariwisata seperti : Promosi, atraksi, arsitektur, etika, organisasi, pola manajemen, makanan, souvenir sedapat mungkin menggunakan potensi kebudayaan daerah setempat itu.
“Pemda Provinsi perlu ingat bahwa kedudukan sebuah seni dan kebudayaan dalam pengembangan pariwisata itu tidak saja sebagai media pendukung, tetapi juga sebagai pemberi “identitas” yg melekat kepada masyarakat itu sendiri dimana pariwisata itu dibangun. Jadi keliru jika kolam renang milik publik dibangun dgn APBD Prov NTT namun menggunakan Telapak Kaki Gubernur,” tegasnya.
Ia menjelaskan Dinas Pariwisata NTT harus nya menggunakan sumber daya budaya lokal Alor dan dikembangkan menjadi daya tarik wisata baik itu berupa : Monumen, galeri seni, situs budaya kuno dan arsitektur, tekstik, pusat kerajinan tangan, sendratari, lagu daerah, teater jalanan, eksibisi foto, festifal, Masjid, Gereja dan situs lokal lainnya yang ada di Alor.
//delegasi(hermen Jawa)
Bayangkan rumah yang bukan sekadar tempat tinggal, tetapi sebuah karya seni fungsional. Rumah minimalis modern,…
Bayangkan rumah mungil yang nyaman, di mana setiap sudutnya dirancang dengan cermat untuk memaksimalkan ruang…
Bayangkan sebuah rumah, bersih, lapang, dan menenangkan. Bukan sekadar tren, desain minimalis didasarkan pada prinsip-prinsip…
Bayangkan rumah yang bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga perwujudan harmoni antara manusia dan alam.…
Bayangkan sebuah hunian yang memadukan kesederhanaan minimalis dengan aura industri yang kokoh. Rumah minimalis dengan…
Rumah, tempat bernaung dan beristirahat, tak hanya sekadar bangunan. Ia adalah refleksi diri, sebuah ekosistem…