FRANKFURT, DELEGASI.COM – Museum budaya dunia atau Weltkulturen Museum di Frankfurt mengoleksi alat musik Sasando asal Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dipajang pada Kamis 13 Januari 2022.
Peristiwa ini ditandai dengan penyerahan Sasando oleh Konsul Jenderal Republik Indonesia, Acep Somantri kepada direktur museum Eva Raabe.
Momentum itu merupakan hari yang penting bagi museum budaya dunia atau Weltkulturen Museum di Frankfurt yang berdiri sejak tahun 1904 itu dilengkapi dengan Sasando, alat musik kebanggaan orang Rote dan NTT.
Hubungan kerjasama Indonesia-Jerman sudah berlangsung 70 tahun dan hadiah Sasando kepada museum menjadi simbol eratnya relasi kedua negara.
Lebih lanjut dalam sambutannya, Acep Somantri menegaskan kekayaan dan keberagaman budaya Indonesia yang harus selalu diperkenalkan kepada dunia.
BACA JUGA:
Saksi Sebut Munarman Terkait Pengeboman Gereja Katedral Jolo Filipina
“Masih banyak aset budaya kita yang belum sepenuhnya dikenal, contohnya Sasando. Untuk itu, bersama dengan kepala bidang penerangan sosial budaya, ibu Risa Kostradiyanto, kami berinisiatif menyerahkan Sasando kepada museum, agar dikenal publik Jerman,”ungkap Acep Somantri dalam siaran pers yang diterima Selasa 18 Januari 2022 dari Jerman.
Acara petang hari itu dimeriahkan dengan permainan Sasando oleh pastor SVD Vinsensius Adi G. Meka yang bertugas sebagai dosen di Köln, Jerman.
Setelah menjelaskan asal, falsafah, struktur dan cara bermain Sasando, Pater Vinsensius membawakan lagu Ofa Langga, Indonesia Pusaka, Sipatokaan dan lagu Bahasa Jerman Marmor Stein.
Para staf KJRI turut bernyanyi bersama dan lagu berbahasa Jerman juga diikuti para pegawai museum. Seluruh rangkaian acara berlangsung selama hampir dua jam, dilanjutkan dengan minum kopi dan santap kue asli Indonesia yang disiapkan oleh KJRI Frankfurt.
Di Weltkulturen Museum Frankfurt sebenarnya sudah ada miniatur Sasando, sebuah Sasando kecil pajangan. Namun kedatangan Sasando besar kali ini memang merupakan berkah bagi museum, seperti kata direktur Eva.
Kustodia atau kepala bagian Asia Tenggara di museum, Vanessa von Gliszczynski juga mengungkapkan rasa gembiranya atas hadiah Sasando dari KJRI.
“Saya pernah dihadiahkan Sasando saat berada di Indonesia, tetapi sangat sulit untuk membawanya ke Jerman saat itu. Maka saya hanya membawa Sasando pajangan saja,’’ungkapnya menggunakan bahasa Indonesia yang lancar.
Ia adalah etnomusikolog dengan bidang riset musik dangdut Indonesia.
Lanjut Vanessa, museum Frankfurt ingin lebih memperkaya koleksi musik tradisional dari Asia Tenggara dengan mendatangkan lebih banyak lagi alat musik dari sana.
Pater Vincent sendiri adalah putra Manggarai, NTT dan belajar Sasando secara otodidaktik. Dia merasa bangga karena di seluruh Eropa beliau adalah satu-satunya (atau salah satu dari sedikit orang) yang bisa memainkan alat musik indah dan kebanggaan masyarakat NTT tersebut.
Dia sendiri memilik koleksi dua buah Sasando, yang sudah sering ditampilkan di berbagai acara, misalnya One World Festival di Bonn, Natal di Sankt Augustin dan Nacht der Kirche Festival di Hamburg.
Ia berharap, Sasando akan dikenal lebih luas di dunia dan para artis Sasando nasional seperti Pah Brothers, Natalino Melo, Ivan Nestorman, Gaspar Araja dll bisa mendunia.
//delegasi(*)
Myanmar, negara yang kaya akan budaya dan sejarah, juga menawarkan keindahan alam yang luar biasa,…
Laos, negara yang terkenal dengan kekayaan alam dan keindahan alamnya, memiliki banyak tempat wisata yang…
Afrika Selatan selalu menjadi destinasi yang memikat hati para wisatawan dengan kekayaan alam dan budaya…
Afrika Selatan terkenal dengan keindahan alamnya yang memukau dan sejarah budaya yang kaya, salah satu…
Pretoria, ibu kota administratif Afrika Selatan, adalah sebuah kota yang kaya akan sejarah, budaya, dan…
Afrika Selatan dikenal dengan keindahan alamnya yang menakjubkan, mulai dari pantai yang indah hingga pegunungan…