JAKARTA, DELEGASI.COM – Bank Dunia (World Bank) menyatakan Indonesia masuk dalam 10 besar negara dengan utang luar negeri (ULN) terbesar di negara berpendapatan rendah dan menengah. Data ini tanpa memasukkan China yang juga tercatat memiliki utang luar negeri.
Mengutip laporan Bank Dunia bertajuk International Debt Statistics 2021, Selasa (13/10), utang luar negeri Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Rinciannya, utang luar negeri Indonesia pada 2009 sebesar US$179,4 miliar, pada 2015 sebesar US$307,74 miliar, pada 2016 sebesar US$318,94 miliar, pada 2017 sebesar US$353,56 miliar, pada 2018 sebesar US$379,58 miliar, dan pada 2019 sebesar US$402,08 miliar.
Mayoritas utang itu bersifat jangka panjang. Misalnya, utang luar negeri jangka panjang Indonesia pada 2019 sebesar US$354,54 miliar, sedangkan jangka pendek sebesar US$44,79 miliar.
Posisi itu menempatkan Indonesia di peringkat ke-6 negara berpendapatan rendah menengah yang memiliki utang besar. Selain Indonesia, negara berpendapatan rendah dan menengah lainnya yang masuk dalam 10 besar dengan utang luar negeri terbanyak adalah Argentina, Brazil, India, Meksiko, Afria Selatan, Thailand, Turki, dan Rusia.
Secara total, utang luar negeri dari negara-negara berpendapatan rendah dan menengah mencapai US$8,1 triliun pada 2019. Angkanya naik 5,4 persen dari posisi 2018.
Mayoritas utang luar negeri ini bersifat jangka panjang. Detailnya, total utang luar negeri jangka panjang mencapai US$6 triliun atau 73 persen dari total utang luar negeri negara-negara berpendapatan rendah dan menengah.
Jika dibandingkan dengan 2018, posisi utang luar negeri dari negara-negara berpendapatan rendah dan menengah naik 7 persen. Sementara, utang luar negeri jangka pendek hanya naik 1,5 persen menjadi US$2,2 triliun pada 2019.
Lebih lanjut Bank Dunia mencatat China menyumbang 26 persen dari total utang luar negeri negara-negara berpendapatan rendah dan menengah pada 2019. Jumlah utangnya naik 8 persen pada 2019.
Kenaikan utang luar negeri China didorong oleh utang jangka panjang yang meningkat 22 persen menjadi US$909 miliar pada 2019. Sebaliknya, utang luar negeri China yang bersifat jangka pendek turun 1 persen menjadi US$14 miliar pada tahun lalu.
Sementara, arus investasi asing (foreign direct investment) ke kawasan Asia Timur dan Pasifik turun 24 persen menjadi US$186 miliar pada 2019. Penurunan paling parah terjadi di China yang mencapai 29 persen menjadi US$131 miliar.
“Penurunan sebagian didorong oleh ketegangan perdagangan,” tulis Bank Dunia dalam laporannya.
Di sisi lain, investasi asing di Indonesia justru meningkat 24 persen menjadi US$25 miliar. Mayoritas investor menanamkan dananya di sektor manufaktur, pertambangan, dan layanan keuangan.
Negara lainnya, seperti Thailand dan Vietnam bernasib sama dengan China, jumlah investasi langsung pada 2019 tercatat turun. Rinciannya, investasi langsung di Thailand anjlok 50 persen menjadi US$6,8 miliar dan Vietnam turun 14 persen menjadi US$12 miliar.
//delegasi(CNN)
Bayangkan rumah yang bukan sekadar tempat tinggal, tetapi sebuah karya seni fungsional. Rumah minimalis modern,…
Bayangkan rumah mungil yang nyaman, di mana setiap sudutnya dirancang dengan cermat untuk memaksimalkan ruang…
Bayangkan sebuah rumah, bersih, lapang, dan menenangkan. Bukan sekadar tren, desain minimalis didasarkan pada prinsip-prinsip…
Bayangkan rumah yang bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga perwujudan harmoni antara manusia dan alam.…
Bayangkan sebuah hunian yang memadukan kesederhanaan minimalis dengan aura industri yang kokoh. Rumah minimalis dengan…
Rumah, tempat bernaung dan beristirahat, tak hanya sekadar bangunan. Ia adalah refleksi diri, sebuah ekosistem…