13 Serangan Bom Hantam Kota Yala Thailand Selatan, Polisi Tewaskan 2 Tersangka

Avatar photo
Dampak ledakan bom yang menghantam kota Yala di Thailand Selatan pada 2018 silam. FOTO/Reuters

BANGKOK, DELEGASI.COM – Setidaknya 13 ledakan terjadi di sebuah kota di Thailand selatan Jumat (28/1/2022) malam. Polisi berhasil menewaskan dua tersangka pemberontak dalam serangan terpisah, setelah pengepungan 20 jam di provinsi terdekat, kata pihak berwenang, Sabtu (29/1/2022).

“Sedikitnya 13 ledakan kecil melanda kota Yala, Jumat malam. Sebagian besar di pinggir jalan di depan toko serba ada, toko, pasar, rumah sakit hewan dan toko perawatan mobil,” kata wakil juru bicara polisi Kissana Phathanacharoen, seperti dikutip dari Reuters.

Polisi pada hari Sabtu menemukan setidaknya tiga alat peledak improvisasi yang tidak meledak, terbuat dari kaleng semprot dan pipa logam dengan pengatur waktu terpasang.

BACA JUGA: Jadi Komandan Batalion Perempuan ISIS, Mama Muda Fluke-Ekren Diciduk FBI

“Kami menduga ledakan itu bertujuan menyebabkan gangguan lebih dari kerusakan atau cedera,” lanjut Phathanacharoen.

Pengepungan itu terjadi di provinsi Narathiwat, di mana pasukan gabungan tentara dan polisi mengepung sebuah rumah di distrik Ra-ngae pada hari Jumat, menyusul petunjuk bahwa tersangka yang terkait dengan serangan bom tahun lalu bersembunyi di dalamnya.

Pihak berwenang mengatakan, mereka mencoba untuk bernegosiasi dengan para tersangka, sebelum akhirnya menggerebek rumah tersebut. Satu relawan ranger terluka dan dua tersangka tewas dalam serangan itu.

Dua insiden ini terjadi beberapa minggu setelah pemerintah membuka kembali dialog dengan pemberontak dari minoritas Melayu-Muslim di bagian selatan negara mayoritas Buddha.

BACA JUGA: Ditolak Selandia Baru, Jurnalis Ini Minta Bantuan Taliban

Seperti kebanyakan serangan di selatan Thailand, tidak ada klaim tanggung jawab. Kelompok pemberontak utama di kawasan itu, Barisan Revolusi Nasional, tidak segera menjawab permintaan komentar Reuters.

Lebih dari 7.300 orang tewas sejak 2004 dalam pemberontakan separatis di provinsi Yala, Pattani dan Narathiwat yang sebagian besar beretnis Melayu di Thailand, menurut kelompok Deep South Watch yang memantau kekerasan tersebut.

Kelompok pemberontak telah menyerukan kemerdekaan untuk provinsi-provinsi yang berbatasan dengan Malaysia ini, yang merupakan bagian dari kesultanan yang disebut Patani yang dianeksasi oleh Thailand pada tahun 1909 sebagai bagian dari perjanjian dengan Inggris.

BACA JUGA: Konferensi Waligereja Australia Desak Pemerintah Terima Lebih Banyak Pengungsi Afghanistan

Pemerintah Thailand telah memulai kembali dialog damai dengan kelompok pemberontak utama setelah jeda selama dua tahun karena pandemi COVID-19.

//delegasi(Reuters)

 

Komentar ANDA?