TEHERAN, DELEGASAI.COM – Aparat keamanan Iran menangkap sejumlah orang yang diduga terlibat pembunuhan ilmuwan nuklir Mohsen Fakhrizadeh.
Menurut Sekretaris Ketua Parlemen Iran, Hossein Amir-Abdollahian, informasi tentang penangkapan itu dipaparkan pada Selasa (8/12) kemarin. Namun, dia tidak merinci jumlah orang yang dibekuk aparat.
“Para pelaku pembunuhan, sebagian berhasil diidentifikasi, sudah ditangkap aparat keamanan dan tidak akan bisa lari dari hukuman,” kata Amir-Abdollahian dalam wawancara dengan stasiun televisi Al Alam yang dikutip kantor berita semi resmi Iran, ISNA, dan Al Monitor, Rabu (9/12).
Fakhrizadeh dibunuh saat melintas dengan kendaraan di luar ibu kota Teheran pada 27 November lalu. Saat itu dia dikawal oleh sebelas ajudan.
Menurut Komandan Korps Garda Revolusi Iran, Laksamana Muda Ali Fadavi, menyatakan Fakhrizadeh dibunuh dengan senjata mesin khusus yang dikendalikan dari jarak jauh dengan dipandu sistem satelit.
Menurut Fadavi, senapan mesin itu diarahkan tepat ke wajah Fakhrizadeh dan melepaskan 13 kali tembakan.
Sedangkan menurut saksi, sebuah truk meledak sebelum sekelompok orang melepaskan tembakan ke arah Fakhrizadeh.
Iran menuduh Israel dan kelompok Mujahidin Rakyat Iran (MEK) menjadi dalang serangan itu. Stasiun televisi pemerintah Iran, Press TV, menyatakan aparat menemukan senjata buatan Israel di lokasi kejadian.
“Bagaimana Zionis (Israel) bisa melakukan hal ini sendirian tanpa bantuan, contohnya, intelijen Amerika Serikat? Mereka pasti tidak mampu melakukannya,” kata Amir-Abdollahian.
Israel sampai saat ini tetap bungkam terhadap kejadian itu. Namun, pemerintahan AS menyatakan operasi pembunuhan Fakhrizadeh dilakukan oleh Badan Intelijen Israel (Mossad).
Iran bersumpah bakal membalas kematian Fakhrizadeh. Namun, Presiden Iran, Hassan Rouhani, mengatakan mereka akan tetap bersabar dan tidak masuk ke dalam perangkap.
Sejumlah pihak menyatakan pembunuhan terhadap Fakhrizadeh menjadi bukti bahwa aparat keamanan Iran sudah disusupi, dan negara itu rentan diserang dari dalam.
//delegasi(CNN)