KUPANG, DELEGASI.COM- Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur siap menyukseskan program Nasional Food Estate pada musim tanm 2021, dengan menyiapkan 10.000 hektar lahan yang tersebar di daratan Timor dan Sumba. Di daratan Timor Sendiri di pusatkan di Kabupaten Belu yang dipusatkan di Bendungan Rotiklot dan di daratan Sumba dipusatkan di Kabupten Sumba Tengah. Sehingga NTT menjadi Model Percontohan Food Estate untuk wilayah Indonesi Timur.
Demikian dikatakan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT, Lecky Frederich Koli kepada wartawan di Kupang, Jumat(24/6/2021)
Menurut Lecky, Food Estet di Kabupaten Sumba Tengah, tahun ini pihaknya telah menyiapkan 5.000 hektar lahan di Kecamatan Katiku Tana. Lahan tersebut disiapkan guna mewujudkan ketahanan pangan lebih baik.
Hal itu sejalan dengan kunjujugan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Maret 2021 lalu ke Kabupaten Sumba Tengah, yang meminta pemerinth setempat menyiapkan lahan untuk program tersbut
Saat itu Presiden meminta pemerintah daerah menyiapkan lahan. Permintaan itu ditanggapi positif pemerintah setempat, sehingga saat ini sekitar 5.000 hektare lahan telah disiapkan untuk food estate atau lumbung pangan di Kabupaten Sumba Tengah,” kata Lecky Koli.
Menurutnya dari 5.000 hektare yang disiapkan, akan ditanami padi seluas 2.000 hektare, sisanya akan ditanami jagung.
Mengutip pernyataan Jokowi saat berkunjung ke NTT Maret lalu, Pemerintah pusat masih mendorong pemerintah daerah yaitu Bupati Sumba Tengah untuk menambah area lahan dari program itu,
“Tapi ke depan akan diperluas lagi dengan perluasan 10.000 hektare yang nanti dibagi 5.600 hektare untuk padi dan 4.400 untuk jagung,” kata Jokowi saat meninjau lokasi food estate di Kabupaten Sumba Tengah waktu itu.
Lecky Frederich Koli mengungkapkan alasan pemerintah pusat membangun lumbung pangan di NTT ialah karena masih tingginya angka kemiskinan di daerah itu, termasuk masyarakat Sumbah Tengah yang 34 persen masyarakat masih kategori warga miskin.
Selain itu, selama ini panen padi di Sumba Tengah masih setahun sekali.
“Pemerintah menargetkan agar panen padi dapat berlangsung dua kali setahun dan satu kali panen jagung atau kedelai dalam setahun,” ujar Lecky Frederich Koli .
“Problem-nya adalah memang masih di seluruh NTT sama yaitu masalah air. Jadi kuncinya adalah air,” ujarnya. Dia menuturkan, pemerintah telah membangun sejumlah sumur bor yang dapat digunakan untuk kebutuhan sawah pada 2015 – 2018.
Selain itu, pembangunan embung besar juga telah dibangun. Akan tetapi langkah ini disebut masih belum cukup. “Masih jauh dari cukup. Masih kurang.
Adanya kawasan food estate di Nusa Tenggara Timur menambah jumlah food estate di Indonesia. Sebelumnya pemerintah juga telah membangun food estate di Sumatra Utara dan Kalimantan Tengah.
Rotiklot, Model Percontohan Food Estate Nasional
Selain Kabupaten Sumbah Tengah, Pemerintah juga mengembangankan kawasan bendungan Rotiklot di Kabupaten Belu sebagi model percontohan Food Estate di Indonesia.Area seluar 5.000 hekatar itu juga sangat cocok dijadikan lahan pertanian tanaman angan (padi dan jagung).
Ketika Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo meninjau kawasan lumbung pangan baru itu pada Februari 2020, dia mengatakan bahwa lokasi yang akan dijadikan pengembangan program Food Estate Rotiklot ini terletak di Kecamatan Kakuluk Mesak Kabupaten Belu Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Kabupaten Belu diharapkan dapat menjadi daerah model percontohan di Indonesia dalam upaya pengembangan ketahanan pangan berskala besar di wilayah Timur,”ujar Mentan pada kunjungannya di kawasan food estate Rotiklot pada saat itu.
Sejalan dengan kehadiran Mentan di wilayah itu, pda musim tanam 2021, Pemrintah Kabupten Belu telah mngusulkan lhan seluas 5.080 hektar di area Bendungan Rotiklot.
Tahun ini Pemerintah Kabupatn Belu sudah mengajukan usulah %.080 Hektar untuk dijadikan perogram Nasional Food Estate. Manfaat membangun kawasan food estate dalam skala luas di kawasan tersebut merupakan pengintegrasian proses laju pertanian dari hulu sampai dengan ke hilir,” kata Lecky Frederich Koli.
Menurutnya, Provinsi NTT memiliki potensi alam yang luar biasa dan peluang tersebut harus dikembangkan dalam membangun sektor pertanian.
“Kita ubah hamparan ini menjadi lahan pertanian. Kita lakukan olah lahan dan tanam sehingga menghasilkan karna bertani itu perintah Tuhan. Apapun agamamu kita wajib persiapkan makan untuk semua orang,”katanya.
Menurut Lecky Frederich Koli pemerintah mendorong pengembangan pola food estate ini dengan memberikan bantuan sarana produksi, alat pra panen dan pasca panen guna meningkatkan produktivitas, juga mendorong para petani untuk menggunakan fasilitas kredit usaha rakyat (KUR), serta pengembangan pertanian berbasis korporasi dan klaster.
“Pemerintah perbaiki varietas benih, perbaiki tata kelola irigasinya sampai dengan bagaimana pasca panennya juga tertangani dengan baik,”
Lebih lanjut, Lecky Frederich Koli berharap agar kerjasama terjalin dari seluruh stakeholder pertanian bersatu padu membangun wilayah Belu untuk mewujudkan harapan tersebut.
“Melalui sinergi dan komitmen bersama antara pemerintah pusat dan daerah, dukungan TNI – Polri dan pemangku kepentingan, food estate akan berhasil di sini” imbuhnya.
Pemerintah Kabupten Belu saat ini telah nenydiakan lahan seluas 5.080 hektar di Desa Fatuketi dengan potensi lahan food estate 380 ha.
Pemkab Belu bertekat komoditi yang akan dikembangkan pada Musim Tanam I padi seluas 350 ha dan di Musim Tanam II adalah komoditas palawija seluas 200 hektare.
Selain pengembangan komoditas tanaman pangan, direncanakan juga pengembangan komoditas hortikultura seluas 25 hektare dan perkebunan sebanyak 50 hektare.
Mata pencarian masyarakat Belu utamanya pertanian. Belu memiliki musim kering lebih lama dari pada musim hujan sehingga kabupaten Belu harus membendung semua sungai disini sebagai sumber air untuk sawah petan
Kabupaten Belu saat ini memiliki bendungan Rotiklot. Guna pengembangan kawasan lumbung pangan baru maka perlu dibangun sistem irigasi sekunder dan tersier untuk mengairi lahan tersebut.
//delegasi(*/Tim)