KUPANG, DELEGASI.COM – Sekretaris Jendral (sekjen) Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Republik Indonesia, Suharyono, mengatakan sekitar 9,5 juta penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya pada kawasan konservasi dan hidup dalam keterbatasan atau tertinggal.
Pernyataan itu disampiakan sekjen dalam sambutanya mewakili Direktorat Jendral KSDAE Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI saat pembukaan HKN 2021 di Kupang, Senin (22/11/2021) .
“Setidaknya terdapat 6.831desa yang berbatasan dengan kawasan konservasi atau equivalen dengan sekitar 9,5 juta orang menggantungkan kehidupan sosial, ekonomi, budayanya pada kawasan – konservasi dan hidup dalam keterbatasan atau tertinggal, kata” Suharyono.
Baca juga: Peduli Hari Bumi, BBKSDA NTT Lakukan Baksos di Tempat Persiapan HKAN 2021
Menurutnya, pada umumnya masyarakat di sekitar kawasan bekerja pada sektor pertanian, sektor pariwisata alam baik jasa maupun non jasa dan mayoritas menggantungkan hidupnya kepada kawasan konservasi dengan memanfaatkan sumber daya alam sekitar.
Pemanfaatan jasa lingkungan oleh masyarakat sekitar kawasan menurut Suharyono telah berlangsung secara turun temurun, baik untuk kegiatan komersial maupun kebutuhan sehari-hari.
“Produk jasa lingkungan yang tidak lepas dari dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan konservasi setidaknya meliputi air, sumber makanan, tumbuhan obat, sumber bahan bakar, dan keindahan bentang alam,” imbuhnya.
Ia mencontohkan jasa lingkungan bidang wisata alam di kawasan-konservasi, pada beberapa tempat telah terbukti memberikan multiplier effects yang cukup besar, baik bagi masyarakat maupun pemerintah.
Suhardjono juga menyinggung soal dampak pandemi Covid-19 yang terjadi diberbagai tempat di dunia tidak pelak telah memukul berbagai sektor baik ekonomi, Pendidikan, bisnis, transportasi dan termasuk kegiatan pariwisata alam dan kebudayaan di kawasan konservasi dan sekitarnya.
“Meskipun adanya penurunan PNBP bidang pariwisata alam akibat pandemi Covid-19 selama tahun 2020 menjadi sebesar Rp. 53, 81 M atau turun 68,5% dari tahun 2019 atau sebesar Rp. 171,18 M. Namun demikian adanya reaktifasi obyek wisata alam di 106 TN/TWA, kegiatan pengusahaan pariwisata alam berhasil menyerap sekitar 6.893 orang tenaga kerja dan sampai dengan Bulan Oktober 2021 jumlah telah menyetorkan PNBP sebesarRp.35,53 Milyar,” bebernya.
“Ini membuktikan bahwa tata kelola jasa lingkungan berbasis masyarakat merupakan peluang pemerintah untuk meningkatkan taraf perekonomian dan kompetensi masyarakat. Selain itu, seiring dengan menguatnya perekonomian masyarakat, maka tekanan terhadap kawasan pun dapat berkurang. Dengan demikian, hutan lestari masyarakat sejahtera dapat terwujud”
Ia juga mengatakan bahwa, penerapan reaktivasi obyek wisata alam di kawasan konservasi selama pandemi Covid-19 menjadi tantangan berat bagi kami di Direktorat Jenderal Konservasi Alam dan Ekosistem dan mengedepankan prinsip kehati-hatian.
“Penyiapan sarana prasarana pendukung, Standart Operational Procedure (SOP) dan Sumber Daya Manusia (SDM) serta koordinasi dengan Satgas Covid-19 serta para pihak terkait guna memotong rantai penyebaran virus Covid-19,” tuturnya.
Setditjen KSDAE berharap agar kedepan kemitraan dengan berbagi para pihak tetap berjalan.
“Hilirisasi industri pariwisata alam yang melibatkan banyak stakeholders dan digitalisasi UMKM dalam pemasaran dan promosi perlu ditingkatkan. Pelibatan masyarakat adat perlu ditingkatkan, budaya dan kearifan local menjadi modal utama dalam mengatasi krisis akibat Pandemi Covid-19 melalui pengembangan wisata alam. Inilah saatnya masyarakat sebagai pelaku utama dalam pengelolaan konservasi dan budaya,” harapnya.
Puncak Peringatan HKAN 2021 kali ini juga diselenggarakan bersamaan dengan peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional yang diperingati setiap 5 November dengan mengusung tema: Keanekaragaman Puspa dan Satwa: Aset dasar pemulihan ekonomi nasional.
“Tentu saja tema tersebut sangat berkaitan erat dengan kegiatan – kegiatan peringatan HKAN yaitu, pelepas liaran satwa liar dan penanaman pohon sebagai upaya rehabilitasi habitat, serta pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar untuk kesejahteraan masyarakat dan penerimaan pendapatan dan devisa negara,” tuturnya.
Diakhir sambutannya, Setditjen KSDAE berpesan kepada seluruh pengelola kawasan konservasi yang hadir hari untuk merangkul masyarakat, memberikan akses serta prioritas kepada masyarakat sekitar kawasan untuk ikut terlibat dalam pengelolaan kawasan konservasi, serta memberikan pendampingan secara berkelanjutan.
Sementara Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi KLHK RI Nandang Prihadi S. Hut, M.Sc., selaku Panitia Pelaksanan dalam laporannya mengatakan bahwa kegiatan Perayaan Jambore Hari Konservasi Nasional Ini sebenarnya dilaksanakan di bulan Agustus Namun karena situasi covid-19 dan ada pemberlakukan PPKM sehingga ditunda sampai bulan November.
“ Pada hari ini kita lebih banyak melakukan kegiatan yang bersamaan dan sebetulnya hari ini yang hadir duduk sebetulnya 400 an orang, tetapi yang hadir 1000 lebih.
LHK akan meluncurkan aplikasi wisata alam yang memuat semua data pariwisata, informasi termasuk booking online dari wisata Nasional dan taman wisata Alam. Aplkasi ini akan membudah kita dan pengunjung untuk bisa mengecek dulu mana taman Nasional yang akan dikunjungi dan berapa biayanya.
//delegasi(Agust T)