KUPANG, DELEGASI.COM– Provinsi NTT sampai hari ini masih dalam status negatif virus Corona, karena sejak merebaknya virus corona atau covid-19 di berbagai negara termasuk di Indonesia, Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat mengontrol secara ketat pintu-pintu masuk di Nusa Tenggara Timur; baik itu pintu pelabuhan laut maupun pintu pelabuhan Udara (bandar udara, red).
Gubernur juga membangun koordinasi kekuatan dan menggerakan seluruh infrastruktur pemerintahan; baik TNI-POLRI maupun birokrasi sipil untuk menangani pencegahan masuknya covid-19 ke NTT.
Demikian penyampaian Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Nusa Tenggara Timur, Jelamu Marius, ketika menjawab pertanyaan wartawan Kompas TV melalui telewicara pada Minggu (5/4/2020) pukul 21.00 WITA.
Terutama terkait tindakan apa yang sudah dilakukan pemerintah NTT satu bulan ini sehingga sampai saat ini NTT masih dalam status negatif corona.
Padahala di seluruh Indonesia khususnya di 32 provinsi ada 2.200-an kasus positif covid-19, tetapi di NTT masih Negatif.
Sejak merebaknya virus ini, lanjut Karo Humas dan Protokol Setda NTT itu, Gubernur NTT juga sudah mengkoordinasikan kekuatan dan menggerakan seluruh infrastruktur pemerintahan; baik TNI-POLRI maupun birokrasi sipil untuk menempatkan petugas kesehatan pada pintu-pintu masuk tersebut (pelabuhan dan bandara, red) dengan disertai peralatan-peralatan sesuai standar kesehatan organisasi kesehatan dunia atau WHO.
Di bandara-bandara pemerintah NTT tempatkan scaner yakni thermoscaner dan termasuk di pelabuhan laut juga kita tempatkan termogan selain termoscaner serta para medis. “Kita juga koordinasi dengan dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota bersama dengan kantor kesehatan pelabuhan untuk bersama-sama memantau arus masuk orang dari luar NTT menuju NTT,” ujar Marius.
Lebih lanjut Mantan Kadis Parawisata NTT itu memaparkan bahwa sejak awal Maret 2020, ODP dan PDP di NTT berjumlah 881 orang dimana 177 dari 881 orang tersebut dinyatakan sembuh atau selesai pemantauan, dan 20 orang diantaranya dalam status Pasien Dalam Pengawasan (PDP).
Terkait pertanyaan; sejauh ini ada banyak kasus positif corona yang kemudian diketahui asymptomatik. Hasil pengecekan suhu tubuh menggunakan termogan atau termometer scaner bisa tricky (=penuh tipu daya, disengaja, intrik, red). Lalu seberapa ketat perijinan keluar masuk NTT untuk memastikan tidak ada kecolongan warga yang positif tetapi asymtomatik? Dr. Jelamu Marius menjawab Pemerintah NTT sejauh ini tidak bisa melarang orang masuk NTT karena mereka sebenarnya kembali ke rumah setelah di PHK di daerah kerja mereka atau di daerah-daerah terpapar virus.
“Kita tidak mungkin melarang orang untuk masuk, karena mereka kembali ke rumah setelah terjadi PHK di daerah kerja atau di daerah-daerah terpapar virus, atau pelajar mahasiswa atau para pelaku ekonomi. Kita juga tidak bisa menghalanginya,” tandas Marius.
Yang kita lakukan, Lanjut Marius, ialah menerapkan kontrol secara ketat di pintu-pintu masuk itu. Para medis kita dan Kantor Kesehatan Pelabuhan satu per satu untuk mengontrol para pendatang dari luar NTTdan kita siapkan alat health card dan setelah mereka isi kita akan mengikuti orang itu sampai ke rumahnya untuk memastikan. Itu menjadi koordinasi semua infrastruktur pemerintahan untuk mengontrol dan memastikan jikalau ia (orang yang masuk/datang dari luar NTT, red) misalnya adalah ODP, maka ia melakukan isolasi secara mandiri di rumah dan kalau ada tulisan klinis maka ia dirawat di rumah sakit.
Bisa saja NTT belum ada yang positif karena alat testnya tidak ada, apakah sejauh ini alat testnya tidak ada?
Juru bicara Penanganan Covid-19 NTT itu gamblang menjawab bahwa dokter-dokter dan para medis punya standar pemeriksaan pasien dan bagaimana pemeriksaan orang yang datang. “Ketika misalnya suhu tubuhnya di atas 38°C (derajat celsius, red) kita akan periksa secara ketat. Lalu kemudian pemeriksaan klinis menentukan dia harus rawat klinis, maka dia harus masuk rumah sakit dan dirawat di rumah sakit,” ujarnya.
Karo Humas dan Protokol Setda NTT itu pun menambahkan bahwa selama ini yang kita tahu bahwa untuk menentukan positif dan negatif itu berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium di Surabaya dan Jakarta. “Sampai saat ini kita sudah mengirim 38 sampel ke Surabaya dan Jakarta dan 17 sampelnya negatif dan 21 sampelnya masih dalam proses. Kita tetap berdoa supaya hasilnya tetap negatif. Suatu saat ada kecolongan ya nanti kita akan buktikan,” tegas Marius.
//delegasi(*/tim)
Editor : Hermen Jawa